Hari hari Halilintar kini terasa begitu melelahkan. Bagaimana tidak, pengusaha muda itu kini harus mengurus dua perusahaan sekaligus. Satu perusahaan miliknya dan satu perusahaan milik Elang. Wajar saja ia harus melakukan itu karena , baik Elang maupun Alexa belum begitu berpengalaman di bidang bisnis, sebab itu Halilintar harus sering mendampingi mereka.Pria itu kini sering meninggalkan istrinya yang kini sudah berperut besar. Sering pulang malam dengan raut lelahnya. Namun ia sedikit bisa bernafas lega , karena Mama dan Ibu mertuanya sering datang untuk menjaga Zha secara bergantian.Tak lupa Halilintar pun kini menempatkan pengawal pengawal terbaiknya untuk menjaga Mansion mereka, dan banyak di antara pengawalnya yang sengaja diambil oleh Zha dari Klan Selatan yang sudah dibubarkan itu dan tentunya atas kesediaan mereka sendiri untuk menjadi pengawal pribadi Keturunan Terakhir Jangkar Perak Klan mereka terdahulu.Halilintar juga menempatkan satu orang kepercayaan yang bernama Rev
"Nona, kita harus segera pergi. Maaf." Rev meminta maaf terlebih dahulu, kemudian tanpa berbicara lagi dia membopong tubuh istri Tuannya itu dan berlari keluar untuk menuju mobil, diikuti oleh Aisyah dibelakang.Alexa yang sudah berhasil menghubungi anak buah Elang yang berada di luar segera menyusul ke mobil untuk mengemudi. Zha berada di jok belakang dengan kepala yang bertumpu di pangkuan Ibunya. Sementara Rev sendiri berada di sisi Alexa dengan menggenggam Pistol di tangannya.Alexa segera melajukan mobilnya dengan perlindungan dari para pengawal dan anak buah Elang.Beberapa mobil anak buah Elang pun terus mengikuti mobil yang membawa Zha guna melindungi Mereka.Sementara itu setelah kepergian mereka, Kondisi di Mansion Zha terlihat masih gencar baku tembak.Anak buah Zha masih terus menyerang balik para penyerang dadakan meskipun tanpa ada yang memimpin mereka lagi, Mereka tetap bisa mengendalikan para penyerang.Dua kelompok sekarang yang telah menyerang musuh. Satu kelompok da
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit dimana Zha dimasukkan, Halilintar sama sekali tidak bisa tenang. Dia duduk dengan perasaan yang sangat gelisah.Meskipun Alexa sudah mengatakan jika Zha baik-baik saja, tetapi itu tidak lantas membuat Halilintar bisa tenang.Kepanikan begitu jelas tergambar di wajah Halilintar saat ini. Dia duduk bersandar di jok mobil dan Elang kini mengambil alih untuk mengemudi karena tidak mungkin membiarkan Halilintar menyetir dengan keadaan perasaannya yang sedang kacau itu.Sekarang ini, Perasaan takut, panik dan khawatir bercampur aduk di benak Halilintar. Apalagi saat Halilintar mengingat jika jadwal Zha melahirkan yang diperkirakan oleh dokter sebenarnya masih sekitar sepuluh hari lagi. Lalu ditambah Zha akan melahirkan di waktu penyerangan Mansionnya. Ini sungguh membuat Halilintar takut bukan main."Ya Tuhan, lindungi istriku. Sisakan kami kesempatan untuk bahagia." bisik Halilintar, tapi itu masih bisa didengar oleh Elang yang saat ini tengah menge
Halilintar langsung bertanya pada sang dokter, "Apa yang terjadi pada istriku?"Sebelum dokter itu sempat menjawab, Aaron sudah mendekati Halilintar."Hall,. Kuatkan dirimu. Saat ini Zha butuh donor darah. Sementara persediaan darah di Rumah Sakit ini yang sama dengan Zha tidak ada. Dan tidak ada satu pun di antara kami yang mempunyai darah yang sama dengan Zha."Ucapan Aaron Albarez sang Ayahnya ini, membuat Halilintar hampir saja berhenti bernafas, tubuh pria itu seketika oleng. Beruntung Elang yang sudah ada disisinya segera menopang tubuhnya, jika tidak Halilintar pasti sudah jatuh terpelanting ke lantai."Tenangkan hatimu Hall? Kamu harus kuat. Kita akan berusaha." ucap Elang berusahalah untuk menenangkan hati Halilintar. Padahal dirinya sendiri ikut terkejut dan hampir syok mendengar jika keadaan adiknya Kristus dan perlu donor darah dan tidak tersedia stok darah di rumah sakit ini. Tetapi demi agar Halilintar bisa kuat, Elang pun harus berpura-pura untuk kuat.Walau sebenarnya
Meskipun ketua mereka harus pergi dengan cara tewas terbunuh oleh seorang pengkhianat yang menikam dari belakang, lalu kehadiran Ardogama yang membawa klan yang terbuang itu kembali bangkit. Hingga Ardogama kembali harus tewas karena melawan pengkhianat.Alexa termenung, meskipun tanpa air mata yang menetes sedikitpun dari matanya, tetapi hatinya sangat merasa hancur.'Harusnya, kami kembali akan kehilangan seorang Pemimpin? Harusnya keturunan Terakhir dari klan kami juga harus pergi meninggalkan kami?' Alexa terus bermonolog dalam hati.Dia tahu jika semua klan telah dibubarkan oleh Zha, dan masa ini telah membawa mereka kepada masa damai yang sangat mereka rindukan dari dulu. Dan orang yang telah berhasil membawa Mereka pada kedamaian ini, sekarang terbaring lemah di dalam sana dan sedang menunjukkan keajaiban.Golongan darah Rh-null? Siapa yang memilikinya? Alexa terus memutar otaknya. Bukankah seorang anak akan mewarisi darah dari orangtuanya? Tetapi kenapa dokter mengatakan jik
Elang yang saat ini sedang mengemudi setir melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju Perusahaan JP Group milik Ibunya.Halilintar yang berada di sampingnya duduk dengan perasaan khawatir dan tidak bisa tenang sedikitpun.Sesekali terdengar dia menghela nafas kasar, lalu sambil mengacak rambutnya yang memang sudah berantakan itu hingga terlihat semakin semrawut dengan matanya yang tak lepas melirik jam tangan miliknya.Tidak ada percakapannya sedikit pun di antara dua pria yang sama sama mencintai Zha itu. Suami dan Kakak yang sekarang sedang dilanda kekhawatiran yang cukup dalam.Dua pria itu tenggelam dalam pikirannya masing masing.Laju mobil Elang begitu cepat, membelok belok menghindari beberapa mobil pengguna jalan lainnya. Begitu lincahnya Elang mengemudi bahkan mereka seperti sedang mengikuti sirkus balapan liar. Itu karena mereka berburu dengan waktu. Hanya diberi waktu dua jam. Bayangkan saja, dua jam kedepan, waktu untuk Zha bisa bertahan. Itu sepertinya sangat musta
Sementara itu, tadi sebelum orang orang ini berkumpul di lantai atas karena panggilan Mr. Ferdan, Elang sudah mencapai luar dan masih terus berlari ke arah mobil di parkiran ikuti Halilintar di belakangnya yang juga berlari sambil terus menggenggam erat tiga kantong darah Golongan Rh-null yang sudah bisa dipastikan jika darah itu adalah milik Ardogama.Elang membuka pintu mobil dengan cepat di ikuti Halilintar. Mereka langsung masuk dan duduk. Secepatnya Elang menghidupkan mesin mobil dan menginjak pedal gas.Entah secepat apa Elang menginjak pedal gasnya, bahkan melebihi saat mereka berangkat kemari tadi, karena hanya sepuluh menit waktu yang mereka butuhkan untuk kembali berada di Rumah sakit di mana Zha di rawat. Sementara di sana Mereka sudah ditunggu semua orang yang ada di satu ruangan itu dengan perasaan harap harap cemas penuh kekhawatiran.Ketika baru saja Elang menginjak rem untuk berhenti di parkiran khusus rumah sakit, Halilintar sudah membuka pintu mobil dan meloncat tur
"Dokter..! Dokter.! Apa yang terjadi pada istri ku? Buka .!!!" Halilintar menggedor gedor pintu.Tidak ada yang mempedulikan Halilintar meskipun dia sudah berteriak kencang dan menggedor gedor pintu. Tim Dokter didalam sana sedang bekerja seoptimal mungkin untuk melakukan transfusi darah pada Zha dengan memburu waktu yang tersisa."Hall, tenanglah. Mereka sedang berusaha. Jangan mengganggu konsentrasinya tim dokter. Istrimu pasti baik baik saja. Ayo kembali." Aaron lagi lagi berusaha untuk menenangkan hati Putranya, kemudian menarik tangan Halilintar kembali ke bangku panjang."Pa, pasti terjadi sesuatu pada Zha Pa.! Mereka semua terlihat panik!" kata Halilintar."Tidak Hall, mereka sedang mengejar sisa waktu yang dimiliki Zha. Bisakah kau berpikir jernih dulu dan jangan selalu berprasangka buruk?!!" tegas Aaron, membuat Halilintar mendongak menatap wajah Ayahnya."Maafkan aku Pa, aku sungguh panik." jawab Halilintar mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.Aaron tahu jika H