Bab 34 : Anak angkat Part 2***"Aku harap Paman itu bisa menolong kami semua. Aku akan sangat berharap Paman itu akan berhasil menang melawan Tuan George." pikir Rian sangat berharap Ronald berhasil."Jika pada akhirnya Paman itu gagal, akan aku lakukan segalanya untuk melindungi Bibi ini." pikir Rian saat menatap Aisyah yang masih saja tidak sadarkan diri. Sementara itu, Ronald kini akhirnya sampai di depan sebuah gerbang besar. Kediaman Tuan George sangat besar dan megah, layaknya sebuah istana. "Berhenti, siapa itu!" dua orang preman amatir yang berjaga segera meneriaki Ronald yang masih di dalam mobil. Ronald kemudian tersenyum. Di pinggangnya sudah tersedia dua buah pistol dan belati. Ronald datang dengan penuh persiapan. Saat Ronald baru saja keluar, dua kali suara tembakan kemudian terdengar. Dua orang tadi kini mati dengan jantungnya yang sudah berlubang akibat peluru. Ternyata, Ronald mempunyai keahlian dalam membidik. Ia selalu telat sasaran dan ia juga bisa menembak d
Bab 35 : Resmi Menjadi Anak Angkat***Rian merasa sangat senang ketika melihat Tuan George yang sekarang terikat Ditambah mulutnya disumpal kaus kaki busuk agar tidak banyak bicara. "P-Paman? Paman berhasil? I-itu benar-benar Tuan George yang sangat kejam kan?" kata Rian yang seolah tidak percaya. Ia berjalan mendekat kemudian tanpa di suruh langsung memukul wajah Tuan George dengan keras. "Rian, pergi dan beri tahukan kepada semua penduduk desa bahwa Tuan George telah dikalahkan. Bagi siapapun yang mau datang membuat perhitungan terhadap Tuan George, bisa datang ke sini." kata Ronald. Mendengar hal itu, Rian semakin senang kemudian segera berlari dengan semua tenaga yang ia miliki. Padahal untuk jalan saja susah. Tapi karena saking senangnya, Rian tiba-tiba bisa berlari dengan sangat baik dan mengabaikan rasa sakitnya di kaki. "Tuan George telah dikalahkan! Tuan George telah dikalahkan!" Rian berlari sambil terus meneriakkan Kalimat yang sama. Saking gembiranya Rian. Ia kemudi
Bab 36 : Resmi Menjadi Anak angkat Part 2***Melihat begitu banyak warga yang antusias membawakan makanan untuknya, Ronald hanya bisa tersenyum. Ia bisa merasakan bagaimana besarnya rasa terima kasih para warga."Kawan-kawanku sekalian, karena sudah terlanjur datang. Maka mari kita rayakan dengan makan sahur bersama." kata Ronald.Para warga malah semakin senang mendengarnya. Ronald ternyata mau makan bersama. Halaman depan dari Villa sederhana itu kemudian akhirnya dijadikan tempat para warga makan bersama. Dari tua hingga muda, dari laki hingga perempuan, bisa dibilang satu warga kampung berkumpul di tempat ini. Membuat tempat yang sebenarnya luas, namun kini terasa sempit. "Kawan-kawanku sekalian, mati kita makan sahur bersama!" seru Ronald sebelum akhirnya mulai makan sahur bersama di halaman depan Villa itu. Setelah kenyang, kini Ronald melamun. "Entah diapakan Tuan George oleh mereka semua." pikir Ronald. Ia tiba-tiba terpikirkan nasib keluarga George yang mungkin hanya t
Bab 37 : Resmi Menjadi Anak angkat Part 3***Ronald dan Aisyah saat ini mengagumi pemandangan air terjun di hadapannya. Mereka berdua menghabiskan waktu beberapa jam di tempat itu. "Aisyah, tempat ini sangat bagus kan?" kata Ronald. Aisyah mengangguk beberapa kali. "Jika dipikir-pikir, hidup ini bagaikan air terjun. Yang apabila sekali terjun, maka tidak bisa kembali. Hanya bisa melanjutkan perjalanan sampai ke tempat tujuan." kata Ronald. Aisyah menghela napas kemudian berkata, "Itu memang benar." Aisyah dan Ronald hanya menikmati pemandangan saja, sekaligus menghirup udara segar. Saat waktu menunjukkan pukul 13.00 siang, Ronald dan Aisyah sudah berada di kolam air panas. Tidak ada yang bisa dilakukan di sana, jadi Ronald dan Aisyah melanjutkan ke tempat yang lainnya. Satu harian itu dihabiskan berjalan-jalan dan bersantai saja. "Rian, kau masih ingat dengan tawaranku semalam bukan?" tanya Ronald saat sudah sampai di Villa dan hanya ada dirinya, Aisyah, dan Rian. "Aku tidak
Bab 38 : Konflik Mahram***Ronald memutuskan untuk singgah di beberapa rumah yang ia temui di pinggir jalan. Ia memutuskan untuk bersedekah. Bagaimanapun, Ronald kebanyakan barang yang ia dapatkan di Desa Routh. Setelah di sedekahkan di beberapa rumah, kini hanya tersisa barang-barang yang ada dalam bagasi mobil. Perjalanan selama beberapa jam kemudian segera berlalu. Mereka akhirnya sampai di apartemen. Di depan pintu apartemennya, Ronald membuka pintu kemudian segera berjongkok di samping Rian dan berkata, "Mulai hari ini, kamu akan tinggal di sini bersamaku." Rian kini tersenyum saat melihatnya. Ia benar-benar senang pada saat ini. "Apa kalian akan terus berdiri di depan pintu?" tanya Aisyah. Ronald dan Rian kini tersenyum. Mereka berdua lalu masuk ke dalam. Aisyah seketika menyiapkan makanan di meja. Karena memang warga Desa Routh ada juga yang memberikan makanan, maka Aisyah tidak perlu memasak setidaknya untuk malam ini. Mereka bertiga kemudian makan bersama. Berbeda da
Bab 39 : Memanggil Ayah***"Nak, kamu benar berasal dari Desa Routh?" tanya Bos Ronald. "Memang benar aku berasal dari Desa Routh." kata Rian. "Bagaimana aku harus memanggil Paman? Aku belum mengetahui siapa nama Paman. Perlukah aku memanggil dengan sebutan 'Bos' juga?" tanya Rian. "Namaku adalah Ferry Orlando, kamu bisa memanggilku Paman Ferry mulai dari sekarang." kata Bos Ronald yang ternyata bernama Ferry Orlando. "Jadi bagaimana keadaan Desa Routh sekarang?" tanya Ferry. "Alhamdulillah, sekarang sudah sangat baik. Semua itu berkat Paman Ronald yang telah mengalahkan Tuan George seorang diri." kata Rian. Pada saat ini, Ferry merasa sangat terkejut. Sebab dia memang sengaja mengusulkan Ronald untuk pergi ke Desa Routh saat Ronald mengatakan ia berencana mau liburan. "Niat awal ku adalah untuk membuat Ronald mampus di tangan Tuan George dengan Ronald yang ke sana. Dengan begitu, aku tidak perlu melihatnya lagi di sini. Kemudian Geng Naga Hitam akan turun tangan untuk menyela
Bab 40 : Membangun tekad pada diri Rian.***Ronald tersenyum saat menyaksikan istrinya sudah tertidur lelap. Tangan Ronald pun menyentuh dan mengusap kepala Aisyah. Ia membelai rambutnya selama beberapa waktu kemudian segera berjalan menuju keluar. Setelah keluar, Ronald masuk melalui pintu yang lainnya. Dalam ruangan empat kali empat meter itu hanya terdapat sebuah sofa dan di atasnya ada Rian yang sedang tertidur. Ronald kemudian berjongkok dan segera menatap Rian dengan senyuman. "Aku harus membangun tekadnya sebelum memutuskan untuk mendidik Rian." batin Ronald. Tangannya pun segera menggoyangkan tubuh Rian agar ia terbangun. "Ayah?! Apa yang Ayah lakukan?" tanya Rian. "Aisyah sudah tidur, aku ingin membawamu melihat sesuatu pada malam ini." kata Ronald. "Membawaku melihat sesuatu?" Rian merasa sangat heran, tidak mengerti dengan yang Ronald inginkan. "Berhentilah bertanya dan ikutilah bersamaku!" kata Ronald. Rian kemudian menghela napas sebelum akhirnya memutuskan untuk
Bab 41 : Membangun tekad pada diri Rian part 2***Lisa kini menghela napas saat melihat Ronald dan Rian kini telah berhasil keluar dari rumah bordil ini dengan aman. "Hey cantik, kenapa aku baru melihat mu? Kau orang baru yah? Temani aku untuk malam ini, maka aku akan memberikan mu uang yang sangat banyak." kata seorang pemuda mesum dari belakang. Lisa yang mendengarnya kini merasa sangat kesal. Dirinya yang adalah salah satu pimpinan tertinggi geng Naga Hitam--sebuah Gangster terbesar di luar negeri. Kini malah ditawarkan sesuatu yang seperti itu oleh seorang pria mesum? Lisa tidak akan tinggal diam. Lima menit kemudian, pemuda mesum itu kini terbaring tidak bernyawa di lantai sementara Lisa sudah pergi tanpa diketahui oleh siapapun. Kemampuan menyelinap Lisa ternyata sangat bagus. Sementara itu, Rian kini menatap Ronald dengan penuh maksud. Ada sangat banyak pertanyaan di dalam kepala Rian pada saat ini. Saat itu Rian dan Ronald berada di bundaran kota Xudong bagian timur. Lok