Bab 37 : Resmi Menjadi Anak angkat Part 3***Ronald dan Aisyah saat ini mengagumi pemandangan air terjun di hadapannya. Mereka berdua menghabiskan waktu beberapa jam di tempat itu. "Aisyah, tempat ini sangat bagus kan?" kata Ronald. Aisyah mengangguk beberapa kali. "Jika dipikir-pikir, hidup ini bagaikan air terjun. Yang apabila sekali terjun, maka tidak bisa kembali. Hanya bisa melanjutkan perjalanan sampai ke tempat tujuan." kata Ronald. Aisyah menghela napas kemudian berkata, "Itu memang benar." Aisyah dan Ronald hanya menikmati pemandangan saja, sekaligus menghirup udara segar. Saat waktu menunjukkan pukul 13.00 siang, Ronald dan Aisyah sudah berada di kolam air panas. Tidak ada yang bisa dilakukan di sana, jadi Ronald dan Aisyah melanjutkan ke tempat yang lainnya. Satu harian itu dihabiskan berjalan-jalan dan bersantai saja. "Rian, kau masih ingat dengan tawaranku semalam bukan?" tanya Ronald saat sudah sampai di Villa dan hanya ada dirinya, Aisyah, dan Rian. "Aku tidak
Bab 38 : Konflik Mahram***Ronald memutuskan untuk singgah di beberapa rumah yang ia temui di pinggir jalan. Ia memutuskan untuk bersedekah. Bagaimanapun, Ronald kebanyakan barang yang ia dapatkan di Desa Routh. Setelah di sedekahkan di beberapa rumah, kini hanya tersisa barang-barang yang ada dalam bagasi mobil. Perjalanan selama beberapa jam kemudian segera berlalu. Mereka akhirnya sampai di apartemen. Di depan pintu apartemennya, Ronald membuka pintu kemudian segera berjongkok di samping Rian dan berkata, "Mulai hari ini, kamu akan tinggal di sini bersamaku." Rian kini tersenyum saat melihatnya. Ia benar-benar senang pada saat ini. "Apa kalian akan terus berdiri di depan pintu?" tanya Aisyah. Ronald dan Rian kini tersenyum. Mereka berdua lalu masuk ke dalam. Aisyah seketika menyiapkan makanan di meja. Karena memang warga Desa Routh ada juga yang memberikan makanan, maka Aisyah tidak perlu memasak setidaknya untuk malam ini. Mereka bertiga kemudian makan bersama. Berbeda da
Bab 39 : Memanggil Ayah***"Nak, kamu benar berasal dari Desa Routh?" tanya Bos Ronald. "Memang benar aku berasal dari Desa Routh." kata Rian. "Bagaimana aku harus memanggil Paman? Aku belum mengetahui siapa nama Paman. Perlukah aku memanggil dengan sebutan 'Bos' juga?" tanya Rian. "Namaku adalah Ferry Orlando, kamu bisa memanggilku Paman Ferry mulai dari sekarang." kata Bos Ronald yang ternyata bernama Ferry Orlando. "Jadi bagaimana keadaan Desa Routh sekarang?" tanya Ferry. "Alhamdulillah, sekarang sudah sangat baik. Semua itu berkat Paman Ronald yang telah mengalahkan Tuan George seorang diri." kata Rian. Pada saat ini, Ferry merasa sangat terkejut. Sebab dia memang sengaja mengusulkan Ronald untuk pergi ke Desa Routh saat Ronald mengatakan ia berencana mau liburan. "Niat awal ku adalah untuk membuat Ronald mampus di tangan Tuan George dengan Ronald yang ke sana. Dengan begitu, aku tidak perlu melihatnya lagi di sini. Kemudian Geng Naga Hitam akan turun tangan untuk menyela
Bab 40 : Membangun tekad pada diri Rian.***Ronald tersenyum saat menyaksikan istrinya sudah tertidur lelap. Tangan Ronald pun menyentuh dan mengusap kepala Aisyah. Ia membelai rambutnya selama beberapa waktu kemudian segera berjalan menuju keluar. Setelah keluar, Ronald masuk melalui pintu yang lainnya. Dalam ruangan empat kali empat meter itu hanya terdapat sebuah sofa dan di atasnya ada Rian yang sedang tertidur. Ronald kemudian berjongkok dan segera menatap Rian dengan senyuman. "Aku harus membangun tekadnya sebelum memutuskan untuk mendidik Rian." batin Ronald. Tangannya pun segera menggoyangkan tubuh Rian agar ia terbangun. "Ayah?! Apa yang Ayah lakukan?" tanya Rian. "Aisyah sudah tidur, aku ingin membawamu melihat sesuatu pada malam ini." kata Ronald. "Membawaku melihat sesuatu?" Rian merasa sangat heran, tidak mengerti dengan yang Ronald inginkan. "Berhentilah bertanya dan ikutilah bersamaku!" kata Ronald. Rian kemudian menghela napas sebelum akhirnya memutuskan untuk
Bab 41 : Membangun tekad pada diri Rian part 2***Lisa kini menghela napas saat melihat Ronald dan Rian kini telah berhasil keluar dari rumah bordil ini dengan aman. "Hey cantik, kenapa aku baru melihat mu? Kau orang baru yah? Temani aku untuk malam ini, maka aku akan memberikan mu uang yang sangat banyak." kata seorang pemuda mesum dari belakang. Lisa yang mendengarnya kini merasa sangat kesal. Dirinya yang adalah salah satu pimpinan tertinggi geng Naga Hitam--sebuah Gangster terbesar di luar negeri. Kini malah ditawarkan sesuatu yang seperti itu oleh seorang pria mesum? Lisa tidak akan tinggal diam. Lima menit kemudian, pemuda mesum itu kini terbaring tidak bernyawa di lantai sementara Lisa sudah pergi tanpa diketahui oleh siapapun. Kemampuan menyelinap Lisa ternyata sangat bagus. Sementara itu, Rian kini menatap Ronald dengan penuh maksud. Ada sangat banyak pertanyaan di dalam kepala Rian pada saat ini. Saat itu Rian dan Ronald berada di bundaran kota Xudong bagian timur. Lok
Bab 42 : Membangun tekad pada diri Rian part 3***Rian tidak bisa tidur karena kepikiran masalah di rumah bordil itu. Ucapan-ucapan Ronald juga turut serta dalam membuat Rian susah tidur. Pada subuh hari, Rian masih belum bisa tidur hingga akhirnya Ronald pun mengetuk pintunya untuk membangunkan Rian dengan maksud memanggilnya makan sahur bersama.Mendengar suar ketukan pintu, Rian kemudian berjalan untuk kemudian membuka pintu. Pandangan Ronald dan Rian kemudian bertemu. "Sudah waktunya makan sahur." kata Ronald. Rian masih tetap di tempatnya dan menatap Ronald. Ronald kemudian tersenyum dan membelai kepala Rian kemudian berkata, "Lupakan segalanya untuk saat ini. Semua pertanyaan mu itu akan terjawab besok pagi. Sekarang, kita makan sahur terlebih dahulu." kata Ronald. Rian kemudian menghela napas. ***Di meja makan, Rian hanya diam saat makan sahur. Ronald pun juga begitu, tampak ada sesuatu yang terjadi di antara keduanya. "Sebenarnya kalian ini kenapa sih? Kenapa seperti
Membangun tekad pada diri Rian part 4***Beberapa saat berjalan di arena kumuh kota Xudong yang ternyata sangat luas. Itu artinya, ada sangat banyak sekali rakyat jelata di kota Xudong ini. Dan semuanya berkumpul di satu kompleks yang luas. Ronald dan Rian kini melihat ada keramaian di depannya. Penasaran, Ronald dan Rian segera ke sana. Ronald merasa sangat senang ketika akhirnya melihat seorang preman yang datang dan membawa paksa seorang anak gadis. Mungkin seumuran dengan Rian. "Ayahmu tidak membayar hutang, maka aku akan membawamu sebagai buda, untuk menebus hutang Ayahmu itu!" seru seorang preman. Seorang pria bertubuh gempal sedang berdiri di sana. Dua orang anak buahnya yang bertubuh kekar memegangi seorang anak gadis yang malang. "Tolong jangan ambil putraku, kumohon!" kata seorang wanita paruh baya. Sepertinya dia adalah ibu dari anak gadis itu. "Aku hanya berhutang lima ratus ribu, aku bahkan membayar lebih banyak dari itu. Kenapa masih ada banyak? Lepaskan putriku!"
Membangun tekad pada diri Rian part 5***Tuan tertegun pada saat melihat Ayahnya itu. Pakaian dan pose yang ia tunjukkan pada saat ini, membuat Rian teringat pada patung Ronald yang di buat di Desa Routh. " ... " Rian tidak bisa berkata-kata pada saat ini. "Hahaha, muncul satu pahlawan kesiangan lagi. Bunuh saja sekalian!" seru Pak Baron. "Dor!"Saat Pak Baron akan menembak dan telah mengarahkan pistolnya kepada Ronald, suara tembakan kini terdengar. Gadis kecil itu beserta kedua orang tuanya termasuk Rian kini membuka matanya lebar-lebar. Suara tembakan terdengar, namun Ronald baik-baik saja. Tangan Ronald juga mengarah pada Pak Baron, pistolnya seperti baru saja digunakan menembak. Yang selanjutnya terjadi ..."Argh!" pistol milik Pak Baron terjatuh ke bawah kemudian terdengarlah suara jeritan kesakitan. Anehnya. Para warga memilih masuk ke rumah dan tidak ingin ikut campur. Mereka semua hanyalah sekumpulan pecundang dan pengecut, tidak berguna! "Tunggu apa lagi? Bunuh oran