Seusai pengumuman top 5 finalis Man from Mars, penonton dan panitia membubarkan diri mereka dari spot acara siang itu.
Mario mengajak Inez kembali ke kamar karena dia merasa cukup lelah dengan segala aktivitas kompetisi sedari pagi hingga siang.
"Mandi dulu ya, Mas? Badannya pasti gerah," ucap Inez ketika sampai di kamar hotel tempat mereka menginap.
Mario meletakkan tas jinjingnya yang berisi handuk dan pakaian renang basah di lantai dekat meja rias. Kemudian dia mandi shower sebentar untuk membersihkan dirinya.
Dia hanya mengenakan handuk melilit di pinggulnya keluar dari kamar mandi. Matanya bertatapan dengan mata Inez. Dia tahu Inez menginginkan untuk menyentuhnya, maka diapun mendekati ranjang tempat Inez duduk.
Inez duduk di tepi ranjang menatap wajah Mario yang mencondongkan tubuhnya, memerangkap tubuh Inez dengan kedua lengan kekarnya di kanan kiri tubuh ramping Inez. Bibir Mario memagut bibir Inez lalu turun ke lehe
Sesuai rencana Inez, pagi itu dia dan Mario menunggu mobil hotel yang akan mengantar mereka berwisata ke obyek wisata menarik di Thailand. Mereka berdua duduk di sofa lobi hotel.Edward dan Anthony keluar dari lift lalu mendekati mereka berdua."Apa mau jalan-jalan dengan mobil hotel juga, Bang?" tanya Anthony pada Mario seraya duduk di sofa seberang Mario dan Inez."Iya, ini nunggu mobilnya belum juga datang. Kalian berdua apa mau jalan-jalan juga?" balas Mario sambil sengaja merangkul bahu Inez.Inez mengenakan kaca mata hitam jadi dia bisa mengamati kedua pemuda yang duduk di seberangnya tanpa harus merasa malu. Dia memang merasa agak waswas terutama pada Edward, sepertinya pemuda tampan itu menaruh hati padanya. Tapi, kenapa sih ganteng-ganteng begitu, rela menjadi pebinor? batin Inez galau."Iya, Bang, kami juga charter mobil hotel untuk jalan-jalan. Ngomong-ngomong, Inez pengin kemana nih jalan-jalannya?" ujar Edward.Inez mering
Setelah membersihkan badan dan berganti pakaian, Inez dan Mario berjalan-jalan di sepanjang garis Pantai Pattaya yang elok permai itu. Angin yang bertiup di tepi pantai menyejukkan hati Mario yang panas. Dia cenderung berdiam diri sambil bergandengan tangan dengan Inez."Apa Mas marah sama Inez?" tanya Inez dengan nada lembut, dia merasa bersalah karena kejadian tak terduga bersama Edward di pantai tadi."Nggak, Inez Sayang. Kamu nggak salah ...," jawab Mario lalu mengecup dahi Inez diapun berkata lagi, "Edward terang-terangan melakukan hal yang melecehkanmu di hadapanku, Nez. Kalau tidak dihalangi oleh Anthony, mungkin aku sudah bikin babak belur si Edward. Habis kesabaranku!""Sudahlah, Mas. Inez pengin Mas fokus dengan kompetisi nanti malam saja. Apa Mas mau kita pulang duluan aja ya ke hotel? Inez nggak pengin mood Mas jadi berantakan kalau kita nerusin wisata sampai akhir dan semobil sebangku dengan Edward," ujar Inez dengan bijak."Oke, Nez. Kita bi
Sesudah mandi, Inez membantu Mario berpakaian dengan setelan tuxedo warna abu-abu silver. Suaminya itu sangat tampan dan mempesona. Penampilan Mario membuat Inez menahan napasnya karena sangat mengagumkan di mata wanita."Kenapa, Nez?" tanya Mario seraya melemparkan senyumnya yang membuat kedua lesung pipitnya nampak di pipinya.Inez memalingkan wajahnya dengan tersipu karena malu ditanyai oleh suaminya. "Ehh nggak ada apa-apa kok, Mas," jawab Inez.Tangan Mario menangkap dagu Inez lalu menatap wajah Inez yang merona. Dia mengecup bibir Inez yang ranum. "Apa kamu terpesona pada suamimu yang tampan ini?" goda Mario dengan suara bassnya yang maskulin."Inez klepek-klepek deh lihat Mas. Ganteng banget!" jawab Inez jujur."Mas seneng dengarnya, Nez. Kalau Mas begitu menarik di mata kamu, itu sudah jaminan di mata kaum Hawa pasti juga menarik. Doakan Mas menang ya malam ini," ucap Mario sambil membelai pipi Inez."Pasti, Mas!" sahut Inez lalu men
Seisi Convention Hall Hotel Sheraton Grande Sukhumvit menahan napas karena merasa tegang menunggu sebuah nama yang tertulis di kertas dalam amplop yang dipegang oleh ketua juri Man from Mars.Apalagi kedua finalis yang tersisa memperebutkan posisi nomor 1 di ajang itu, Mario dan Edward. Mereka berdebar-debar karena tidak jelas siapa yang lebih unggul. Penampilan mereka berdua sama-sama sempurna dan tak bercela.Suara drum dan cymbal mengiringi ketegangan atmosfer pengumuman dari ketua juri."Derumdumdumdumdum ... crashh ... craashh ....""The winner is Mario Chandra! Congratulation!" ucap ketua juri seraya memberi selamat dengan memeluk hangat Mario serta berjabat tangan.Edward pun memeluk Mario dan memberinya selamat dengan sportif. Sementara Mario menanggapinya dengan hangat dan tidak berlebihan karena dia masih merasa waswas pada pemuda itu sehubungan dengan ketertarikan Edward pada istrinya, Inez.Panitia memasangkan selempa
Mario menggendong tubuh polos Inez dari kamar mandi ke ranjang seusai membersihkan diri mereka. Dia menatap wajah cantik istrinya itu dalam gendongannya.Sementara Inez menalikan tangannya di leher Mario dan merasa jantungnya berdetak kencang saat Mario menatapnya begitu intens seolah ingin menelannya bulat-bulat."Mas Sayang kok ngelihatnya begitu ke Inez. Seram lho!" ucap Inez dengan wajah merona.Tubuh Inez direbahkan di atas ranjang dengan perlahan. Bibir Mario menyusuri setiap inchi wajah Inez, telapak tangannya membingkai wajah Inez."Nez, apa Mas boleh minta hadiah buat kemenangan Mas malam ini?" tanya Mario sembari menatap wajah Inez yang hanya berjarak beberapa cm dari wajahnya.Napas Inez beraroma mint segar. Dia menjawab, "Boleh, Mas. Mau minta hadiah apa?""Mas pengin 34+35, Nez," ucap Mario seraya terkekeh.Inez cekikikan mendengar permintaan Mario lalu berkata, "Enam puluh sembilan, Mas. Kalau Inez sebenarnya suka cairan
Sudah tiga hari ini, Max menemani Clara di rumahnya karena kedua orang tuanya sedang pergi ke Thailand. Dia memang ingin menjaga Clara yang tinggal sendirian di Jakarta.Hanya saja pacarnya yang masih remaja itu tak henti-hentinya menggodanya. Clara sangat nakal di usianya yang masih 19 tahun, dia baru mengecap nikmatnya suatu sensasi berhubungan badan dengan pria dewasa yang sudah berpengalaman dan seolah Clara ingin mengulanginya lagi dan lagi bersama Max."Cla, udah dong! Kita sudah dua jam begituan, nanti punyamu lecet lho," tegur Max yang berbaring di ranjang Clara sementara gadis itu menghentak-hentakkan tubuhnya di atas tubuh Max yang masih menegang sempurna."Sssttt ... nggak boleh protes Max Sayang! Akuuu ... eemmm masih kurang sedikit lagi, mau sampai, tahan yang kuat ya?!" jawab Clara bersimbah peluh di seluruh tubuhnya.Max menatap wajah cantik Clara dengan rambut panjang cokelat bergelombang yang tergerai membingkai wajahnya tampak begitu lia
Pesawat yang ditumpangi oleh Mario dan Inez akhirnya mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 13.00 waktu Jakarta.Mario dan Inez tidak menyangka kepulangan mereka di tanah air sudah dinantikan oleh banyak wartawan di bandara. Rupanya berita kemenangan Mario Chandra di ajang Man from Mars yang finalnya diselenggarakan di Bangkok, Thailand sudah viral di media sosial. Hal itu menjadi berita hangat yang diincar oleh wartawan majalah dan koran dalam negeri.Lampu blitz kamera berkilat-kilat mengiringi langkah Mario ketika keluar dari gerbang kedatangan penumpang pesawat. Untungnya Mario dan Inez mengenakan kaca mata hitam Rayband sehingga tidak silau."Mas Mario bagaimana pengalaman mengikuti Man from Mars? Apa kompetisinya berjalan mudah atau berat?" tanya seorang wartawan sambil menyodorkan mikrofon ke hadapan wajah Mario."Seru kompetisinya, Mas. Pengalaman berharga bagi saya pribadi karena finalis lain menampilkan sisi terbaik mereka dan membu
Seusai berbincang-bincang mengenai rencana pernikahan Max dan Clara, diputuskan pernikahan itu akan diselenggarakan bulan depan. Tanggalnya menyusul setelah dikonsultasikan tanggal yang baik untuk menikah.Sementara Max pun harus menghubungi kedua orang tuanya yang tinggal di New York. Itu bukan hal yang menyenangkan bagi Max karena papa mamanya selalu sibuk dan seolah tidak memiliki sedikit waktupun untuk puteranya. Dia sudah menerima kondisi itu hampir sepanjang umurnya, tapi dia hanya ingin menjaga perasaan Clara dan Inez. Tentunya bukan hal yang baik bila kedua orang tuanya sama sekali tidak memedulikan pernikahan Max.Mario dan Inez pun berpamitan kepada kedua sejoli itu untuk beristirahat di kamar mereka. Sebenarnya sudah hampir sore, pukul 15.30. Mario mengunci pintu kamar itu dari dalam lalu menyusul Inez ke kamar mandi untuk berganti pakaian dan membasuh tangan kaki serta wajah.Sebuah lingerie sutra merah dipilih Inez untuk pakaian tidurnya. Dia membas