Sesampainya di parkiran tempat fitness Top Adonis milik Mario, Inez segera menghambur turun dari mobilnya masuk ke dalam tempat fitness itu.
"Rika, dimana Mas Mario?" tanya Inez pada bagian resepsionis. sambil menata napasnya yang terengah-engah.
"Di lantai dua, Mbak. Lagi PT dengan klien," jawab Rika dengan tenang. Dia tidak mengerti kenapa istri bosnya itu seperti terburu-buru mencari Mario.
Inez pun berjalan dengan tenang naik tangga ke lantai 2. Akhirnya, dia merasa lega setelah melihat Mario sedang melatih klien. Dia pun duduk di bangku dekat tangga untuk menunggu hingga Mario selesai mengajar.
Setelah hampir 30 menit menunggu akhirnya Mario selesai mengajar fitness.
Mario agak terkejut dengan kedatangan Inez yang mendadak, dia tidak sempat mengecek ponselnya karena dia taruh di tas dalam loker. Dia pun segera mendekati Inez. "Ada apa Nez? tanya Mario penasaran.
Inez pun berdiri lalu segera mendekap Mario. Dia ingin menangis rasan
Hari sudah mulai petang, Mario dan Inez pun akhirnya keluar dari Top Adonis. Mereka berjalan ke arah parkiran mobil di depan ruko itu.Motor Vixion itu mendekat ke depan parkiran Top Adonis dan pengemudinya membidik pistolnya ke arah Mario."DORRR!"Tembakan itu meleset dan mengenai kaca ruko tempat fitness, tapi tidak pecah. Mario merunduk menutupi tubuh Inez dengan tubuhnya. Mereka berlindung di balik mobil Honda CRV milik Mario.Marlon Titis memasang standar motornya dan mendekati tempat Mario dan Inez bersembunyi. Dia menyeringai ketika menemukan mereka berdua dan bersiap menarik pelatuk pistolnya."DORRR!"Suara tembakan terdengar nyaring. Mario dan Inez menutup mata mereka. Berpasrah diri pada perlindungan yang Maha Kuasa.Ternyata bukan mereka yang tumbang melainkan si penembak jitu yang tumbang ke tanah. Petugas polisi yang dihubungi oleh satpam tempat fitness-lah yang menembak si penembak jitu itu.De
Sehari sesudah penangkapan Marlon Titis, polisi mengirimkan surat penangkapan untuk William Jansen di kantornya sekaligus mengambil barang bukti berupa rekaman CCTV percakapan William dan Inez yang berisi pengakuannya yang telah mengirim pembunuh bayaran untuk menghabisi nyawa Mario.Pria itu memberontak ketika ditangkap, tetapi akhirnya dia tak dapat berkutik ketika kedua tangannya diborgol di balik punggungnya dan digelandang menuju ke mobil polisi.Gosip panas itu langsung menyebar ke seluruh penjuru gedung kantor Jansen Pharma. Inez pun sudah mendengarnya, dia merasa William pantas mendapat hukuman atas apa yang telah dia lakukan. Menghilangkan nyawa orang itu adalah tindak kejahatan serius, seharusnya William tidak berbuat senekad itu hanya untuk mendapatkannya."Merry, apa kamu sudah memesankan tiket untuk 2 orang ke Bangkok, Thailand untuk besok pagi?" tanya Inez pada sekretaris pribadinya di ruang kantornya."Sudah, Bu. Hotel juga sudah saya pesan
Pukul 09.00 pagi, pesawat Garuda Indonesia yang ditumpangi oleh Mario dan Inez lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju ke Bangkok, Thailand. Mereka tidak membawa banyak barang bawaan karena hanya berniat untuk mengikuti kontes Man from Mars itu selama 3 hari.Mario sudah mempersiapkan kostum yang dia perlukan. Setelan jas resmi atau lebih cocok disebut tuxedo berwarna abu-abu silver, baju renang terbuka dan tertutup seperti yang diberitahukan oleh panitia acara ketika briefing di akhir semifinal Man from Mars yang lalu."Mas, pinjam bahunya ya? Inez ngantuk ...," ucap Inez manja lalu merebahkan kepalanya di bahu Mario.Namun, Mario meraih Inez ke dekapannya sehingga kepala Inez rebah di dadanya yang lebih nyaman. Dia pun mengecup puncak kepala Inez dengan mesra sembari membelai rambut panjang Inez yang berwarna kecoklatan."Bobo aja, Nez. Masih lama sampainya ini," sahut Mario.Inez pun memejamkan matanya dan jatuh terlelap tak lama sesudah
"Excuse me, Sir. Room service," ujar pegawai hotel yang mengirimkan pesanan makan siang Inez tadi.Dia segera masuk dan menyajikan piring-piring berisi menu makanan yang tampak menggugah selera itu di meja makan kamar yang luas itu. Kemudian segera pamit meninggalkan kamar itu dengan buru-buru karena Mario tidak mengajaknya berbicara sedikit pun.Selepas pegawai room service itu meninggalkan kamar, Mario segera mengunci pintu kamar hotelnya lagi. Kemudian dia melepas celana jeans yang dia pakai serta kaosnya. Sungguh 'senjata keramatnya' sangat siap untuk digunakan."Nez ...?" panggil Mario."Ya, Mas?" sahut Inez."Ehmm ... Nez, yuk kita lanjut ... mau 'kan?" tanya Mario seraya membuka bed cover yang menutupi tubuh polos istrinya itu lalu merangkak mendekatinya."Yuk ... mari, Mas!" jawab Inez sambil cekikikan karena suaminya sudah polos tanpa sehelai kain pun, sepertinya hasrat Mario sudah tak tertahankan lagi.Mario meng
Seusai briefing dari panitia acara Man from Mars, Mario mengajak Inez makan malam di restoran sekitar hotel tempat mereka menginap. Rasanya bosan bila harus di kamar terus-menerus jadi Inez pun setuju untuk berjalan-jalan malam bersama Mario.Cuaca malam itu di Bangkok cerah, jadi cocok untuk berjalan kaki di malam hari. Mungkin karena Bangkok adalah kota destinasi wisatawan asing. Jadi wajah yang mereka temui di sepanjang jalan bermacam-macam, ada bule Eropa atau Amerika, turis Asia yang agak sulit ditebak apakah itu dari Jepang, Cina, atau Korea. Semuanya begitu antusias menyusuri jalanan kota Bangkok dengan berjalan kaki sama seperti Mario dan Inez.Malam itu Inez mengenakan rok bermotif batik selutut dengan model halterneck, sleeveless berwarna merah maroon. Dia mengenakan sepatu kulit boots hitam setinggi mata kakinya. Berulangkali Mario memuji kecantikannya yang membuat Inez merona karena malu.Mario merangkul bahu Inez yang mulus seputih porselen. Mereka
"Kamu nggak papa 'kan, Nez?" tanya Edward yang masih melingkarkan lengannya di tubuh Inez.Inez menggelengkan kepalanya lalu mendorong tubuh Edward dengan perlahan agar mereka dapat menjaga jarak. "Terima kasih, Mas Edward." Hanya itu yang dapat Inez katakan karena situasi ambigu itu membuatnya kikuk."Makasih, Edward," ucap Mario lalu merangkul pinggang Inez seraya berkata, "Yuk lanjut jalan sama Mas ke hotel, Nez!"Mario tidak ingin cemburu berlebihan melihat Inez dipeluk oleh pria lain. Itu semua hanya ketidaksengajaan belaka. Mereka berdua pun berjalan agak cepat menuju ke arah hotel meninggalkan kedua pemuda itu agak jauh di belakang mereka.Sesampainya di kamar mereka, Mario mengajak Inez mencuci kaki dan tangan dari debu jalanan. Kemudian melucuti baju batik Inez yang cantik itu. Dia mencumbu Inez untuk meredakan sedikit rasa cemburu di hatinya.Di depan cermin wastafel, mereka berdiri berhadapan dan saling menyentuh satu sama lain. Mario me
Seusai pengumuman top 5 finalis Man from Mars, penonton dan panitia membubarkan diri mereka dari spot acara siang itu.Mario mengajak Inez kembali ke kamar karena dia merasa cukup lelah dengan segala aktivitas kompetisi sedari pagi hingga siang."Mandi dulu ya, Mas? Badannya pasti gerah," ucap Inez ketika sampai di kamar hotel tempat mereka menginap.Mario meletakkan tas jinjingnya yang berisi handuk dan pakaian renang basah di lantai dekat meja rias. Kemudian dia mandi shower sebentar untuk membersihkan dirinya.Dia hanya mengenakan handuk melilit di pinggulnya keluar dari kamar mandi. Matanya bertatapan dengan mata Inez. Dia tahu Inez menginginkan untuk menyentuhnya, maka diapun mendekati ranjang tempat Inez duduk.Inez duduk di tepi ranjang menatap wajah Mario yang mencondongkan tubuhnya, memerangkap tubuh Inez dengan kedua lengan kekarnya di kanan kiri tubuh ramping Inez. Bibir Mario memagut bibir Inez lalu turun ke lehe
Sesuai rencana Inez, pagi itu dia dan Mario menunggu mobil hotel yang akan mengantar mereka berwisata ke obyek wisata menarik di Thailand. Mereka berdua duduk di sofa lobi hotel.Edward dan Anthony keluar dari lift lalu mendekati mereka berdua."Apa mau jalan-jalan dengan mobil hotel juga, Bang?" tanya Anthony pada Mario seraya duduk di sofa seberang Mario dan Inez."Iya, ini nunggu mobilnya belum juga datang. Kalian berdua apa mau jalan-jalan juga?" balas Mario sambil sengaja merangkul bahu Inez.Inez mengenakan kaca mata hitam jadi dia bisa mengamati kedua pemuda yang duduk di seberangnya tanpa harus merasa malu. Dia memang merasa agak waswas terutama pada Edward, sepertinya pemuda tampan itu menaruh hati padanya. Tapi, kenapa sih ganteng-ganteng begitu, rela menjadi pebinor? batin Inez galau."Iya, Bang, kami juga charter mobil hotel untuk jalan-jalan. Ngomong-ngomong, Inez pengin kemana nih jalan-jalannya?" ujar Edward.Inez mering