Seusai briefing dari panitia acara Man from Mars, Mario mengajak Inez makan malam di restoran sekitar hotel tempat mereka menginap. Rasanya bosan bila harus di kamar terus-menerus jadi Inez pun setuju untuk berjalan-jalan malam bersama Mario.
Cuaca malam itu di Bangkok cerah, jadi cocok untuk berjalan kaki di malam hari. Mungkin karena Bangkok adalah kota destinasi wisatawan asing. Jadi wajah yang mereka temui di sepanjang jalan bermacam-macam, ada bule Eropa atau Amerika, turis Asia yang agak sulit ditebak apakah itu dari Jepang, Cina, atau Korea. Semuanya begitu antusias menyusuri jalanan kota Bangkok dengan berjalan kaki sama seperti Mario dan Inez.
Malam itu Inez mengenakan rok bermotif batik selutut dengan model halterneck, sleeveless berwarna merah maroon. Dia mengenakan sepatu kulit boots hitam setinggi mata kakinya. Berulangkali Mario memuji kecantikannya yang membuat Inez merona karena malu.
Mario merangkul bahu Inez yang mulus seputih porselen. Mereka
"Kamu nggak papa 'kan, Nez?" tanya Edward yang masih melingkarkan lengannya di tubuh Inez.Inez menggelengkan kepalanya lalu mendorong tubuh Edward dengan perlahan agar mereka dapat menjaga jarak. "Terima kasih, Mas Edward." Hanya itu yang dapat Inez katakan karena situasi ambigu itu membuatnya kikuk."Makasih, Edward," ucap Mario lalu merangkul pinggang Inez seraya berkata, "Yuk lanjut jalan sama Mas ke hotel, Nez!"Mario tidak ingin cemburu berlebihan melihat Inez dipeluk oleh pria lain. Itu semua hanya ketidaksengajaan belaka. Mereka berdua pun berjalan agak cepat menuju ke arah hotel meninggalkan kedua pemuda itu agak jauh di belakang mereka.Sesampainya di kamar mereka, Mario mengajak Inez mencuci kaki dan tangan dari debu jalanan. Kemudian melucuti baju batik Inez yang cantik itu. Dia mencumbu Inez untuk meredakan sedikit rasa cemburu di hatinya.Di depan cermin wastafel, mereka berdiri berhadapan dan saling menyentuh satu sama lain. Mario me
Seusai pengumuman top 5 finalis Man from Mars, penonton dan panitia membubarkan diri mereka dari spot acara siang itu.Mario mengajak Inez kembali ke kamar karena dia merasa cukup lelah dengan segala aktivitas kompetisi sedari pagi hingga siang."Mandi dulu ya, Mas? Badannya pasti gerah," ucap Inez ketika sampai di kamar hotel tempat mereka menginap.Mario meletakkan tas jinjingnya yang berisi handuk dan pakaian renang basah di lantai dekat meja rias. Kemudian dia mandi shower sebentar untuk membersihkan dirinya.Dia hanya mengenakan handuk melilit di pinggulnya keluar dari kamar mandi. Matanya bertatapan dengan mata Inez. Dia tahu Inez menginginkan untuk menyentuhnya, maka diapun mendekati ranjang tempat Inez duduk.Inez duduk di tepi ranjang menatap wajah Mario yang mencondongkan tubuhnya, memerangkap tubuh Inez dengan kedua lengan kekarnya di kanan kiri tubuh ramping Inez. Bibir Mario memagut bibir Inez lalu turun ke lehe
Sesuai rencana Inez, pagi itu dia dan Mario menunggu mobil hotel yang akan mengantar mereka berwisata ke obyek wisata menarik di Thailand. Mereka berdua duduk di sofa lobi hotel.Edward dan Anthony keluar dari lift lalu mendekati mereka berdua."Apa mau jalan-jalan dengan mobil hotel juga, Bang?" tanya Anthony pada Mario seraya duduk di sofa seberang Mario dan Inez."Iya, ini nunggu mobilnya belum juga datang. Kalian berdua apa mau jalan-jalan juga?" balas Mario sambil sengaja merangkul bahu Inez.Inez mengenakan kaca mata hitam jadi dia bisa mengamati kedua pemuda yang duduk di seberangnya tanpa harus merasa malu. Dia memang merasa agak waswas terutama pada Edward, sepertinya pemuda tampan itu menaruh hati padanya. Tapi, kenapa sih ganteng-ganteng begitu, rela menjadi pebinor? batin Inez galau."Iya, Bang, kami juga charter mobil hotel untuk jalan-jalan. Ngomong-ngomong, Inez pengin kemana nih jalan-jalannya?" ujar Edward.Inez mering
Setelah membersihkan badan dan berganti pakaian, Inez dan Mario berjalan-jalan di sepanjang garis Pantai Pattaya yang elok permai itu. Angin yang bertiup di tepi pantai menyejukkan hati Mario yang panas. Dia cenderung berdiam diri sambil bergandengan tangan dengan Inez."Apa Mas marah sama Inez?" tanya Inez dengan nada lembut, dia merasa bersalah karena kejadian tak terduga bersama Edward di pantai tadi."Nggak, Inez Sayang. Kamu nggak salah ...," jawab Mario lalu mengecup dahi Inez diapun berkata lagi, "Edward terang-terangan melakukan hal yang melecehkanmu di hadapanku, Nez. Kalau tidak dihalangi oleh Anthony, mungkin aku sudah bikin babak belur si Edward. Habis kesabaranku!""Sudahlah, Mas. Inez pengin Mas fokus dengan kompetisi nanti malam saja. Apa Mas mau kita pulang duluan aja ya ke hotel? Inez nggak pengin mood Mas jadi berantakan kalau kita nerusin wisata sampai akhir dan semobil sebangku dengan Edward," ujar Inez dengan bijak."Oke, Nez. Kita bi
Sesudah mandi, Inez membantu Mario berpakaian dengan setelan tuxedo warna abu-abu silver. Suaminya itu sangat tampan dan mempesona. Penampilan Mario membuat Inez menahan napasnya karena sangat mengagumkan di mata wanita."Kenapa, Nez?" tanya Mario seraya melemparkan senyumnya yang membuat kedua lesung pipitnya nampak di pipinya.Inez memalingkan wajahnya dengan tersipu karena malu ditanyai oleh suaminya. "Ehh nggak ada apa-apa kok, Mas," jawab Inez.Tangan Mario menangkap dagu Inez lalu menatap wajah Inez yang merona. Dia mengecup bibir Inez yang ranum. "Apa kamu terpesona pada suamimu yang tampan ini?" goda Mario dengan suara bassnya yang maskulin."Inez klepek-klepek deh lihat Mas. Ganteng banget!" jawab Inez jujur."Mas seneng dengarnya, Nez. Kalau Mas begitu menarik di mata kamu, itu sudah jaminan di mata kaum Hawa pasti juga menarik. Doakan Mas menang ya malam ini," ucap Mario sambil membelai pipi Inez."Pasti, Mas!" sahut Inez lalu men
Seisi Convention Hall Hotel Sheraton Grande Sukhumvit menahan napas karena merasa tegang menunggu sebuah nama yang tertulis di kertas dalam amplop yang dipegang oleh ketua juri Man from Mars.Apalagi kedua finalis yang tersisa memperebutkan posisi nomor 1 di ajang itu, Mario dan Edward. Mereka berdebar-debar karena tidak jelas siapa yang lebih unggul. Penampilan mereka berdua sama-sama sempurna dan tak bercela.Suara drum dan cymbal mengiringi ketegangan atmosfer pengumuman dari ketua juri."Derumdumdumdumdum ... crashh ... craashh ....""The winner is Mario Chandra! Congratulation!" ucap ketua juri seraya memberi selamat dengan memeluk hangat Mario serta berjabat tangan.Edward pun memeluk Mario dan memberinya selamat dengan sportif. Sementara Mario menanggapinya dengan hangat dan tidak berlebihan karena dia masih merasa waswas pada pemuda itu sehubungan dengan ketertarikan Edward pada istrinya, Inez.Panitia memasangkan selempa
Mario menggendong tubuh polos Inez dari kamar mandi ke ranjang seusai membersihkan diri mereka. Dia menatap wajah cantik istrinya itu dalam gendongannya.Sementara Inez menalikan tangannya di leher Mario dan merasa jantungnya berdetak kencang saat Mario menatapnya begitu intens seolah ingin menelannya bulat-bulat."Mas Sayang kok ngelihatnya begitu ke Inez. Seram lho!" ucap Inez dengan wajah merona.Tubuh Inez direbahkan di atas ranjang dengan perlahan. Bibir Mario menyusuri setiap inchi wajah Inez, telapak tangannya membingkai wajah Inez."Nez, apa Mas boleh minta hadiah buat kemenangan Mas malam ini?" tanya Mario sembari menatap wajah Inez yang hanya berjarak beberapa cm dari wajahnya.Napas Inez beraroma mint segar. Dia menjawab, "Boleh, Mas. Mau minta hadiah apa?""Mas pengin 34+35, Nez," ucap Mario seraya terkekeh.Inez cekikikan mendengar permintaan Mario lalu berkata, "Enam puluh sembilan, Mas. Kalau Inez sebenarnya suka cairan
Sudah tiga hari ini, Max menemani Clara di rumahnya karena kedua orang tuanya sedang pergi ke Thailand. Dia memang ingin menjaga Clara yang tinggal sendirian di Jakarta.Hanya saja pacarnya yang masih remaja itu tak henti-hentinya menggodanya. Clara sangat nakal di usianya yang masih 19 tahun, dia baru mengecap nikmatnya suatu sensasi berhubungan badan dengan pria dewasa yang sudah berpengalaman dan seolah Clara ingin mengulanginya lagi dan lagi bersama Max."Cla, udah dong! Kita sudah dua jam begituan, nanti punyamu lecet lho," tegur Max yang berbaring di ranjang Clara sementara gadis itu menghentak-hentakkan tubuhnya di atas tubuh Max yang masih menegang sempurna."Sssttt ... nggak boleh protes Max Sayang! Akuuu ... eemmm masih kurang sedikit lagi, mau sampai, tahan yang kuat ya?!" jawab Clara bersimbah peluh di seluruh tubuhnya.Max menatap wajah cantik Clara dengan rambut panjang cokelat bergelombang yang tergerai membingkai wajahnya tampak begitu lia