PART 39
Menjelang Siang, dengan wajah yang suram, Amran keluar dari kantor kepolisian setelah melaporkan kehilangan satu buah mobil truk yang dia sewakan. Laporan surat keterangan dari kepolisian itu sangatlah penting buat dia mengurus ke leasing mobil, tempat dia membeli mobil itu dengan cara kredit. Sudah lima hari berjalan dari masa sewa mobil itu berakhir dan belum juga dikembalikan.
Hari-hari yang sangat buruk bagi Amran. Musibah datang silih berganti. Dari diputuskan kontrak kerja dengan perusahaan perkebunan, kehilangan motor, mobil, istrinya pun Nengsih belum juga pulang ke rumah, untuk menjemput sang istri di rumah mertua, dirinya merasa sungkan, karena dia sendiri yang sudah mengusir Nengsih dari rumah.
Menjelang senja, Amran baru sampai ke rumah. Selepas dia dari kantor polisi dia lanjutan buat mengurusi laporan kehilangan ke pihak leasing, dan dia benar-benar lelah harus bolak balik mengurus ke sana ke mari.
Rumahnya terlihat sepi, terlihat gelaPART 54Setengah jam memasuki waktu subuh, Riswan terbangun dan segera bergegas untuk mandi. Istrinya Eneng masih tertidur pulas, dikecupnya sebentar kening sang istri, yang semalam baru saja melayaninya dengan baik.Riswan baru saja selesai mandi dan Eneng masih terlelap tidur, tersenyum tipis, dihampirinya sang istri, mendekatkan wajahnya ke arah Risma sembari mengusap lembut rambut dan kening wanitanya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan."Neng, bangun Sayang," bisik Riswan lembut di telinga istrinya."Hmmm." tubuh yang terbalut baju tidur berwarna putih berenda itu hanya menggeliat sekejap, lalu kembali terpulas. Riswan tersenyum geli melihatnya.Dikecupnya lama bibir sang istri tercinta, hingga mata cantik berbulu mata lebat itu mengerjap-ngerjap, kelopak matanya terbuka dengan wajah sang suami tepat menempel di wajahnya."Abangg ....," Didorongnya pelan tubuh Riswan, agar sedikit menjauh darinya, dan Riswan masih berada di a
PART 55"Masuk yuk, Bang," ajak Risma kepada Riswan."Neng memang bawa kunci rumahnya?""Bawa Bang, dari rumah, kan memang niatnya tadi kepengen mampir ke rumah ini. Eneng kangen Bang dengan rumah ini." Risma menatap dalam dari depan halaman, melangkah maju dan mulai membuka pintu rumah."Bertahun-tahun kita menghabiskan waktu di rumah ini Bang," gumam Risma, tidak butuh jawaban, tetapi Riswan bisa mendengarkan.Risma mulai melangkah masuk, diikuti oleh Riswan. Matanya memandang ke sekeliling rumah, sudah mulai berkaca-kaca dia. Semua kenangan seolah-olah melintas kembali di pikirannya, dari saat mengawali berumah tangga sampai memiliki Yuli, kemudian disusul Neti. Susah senang mereka alami dan lewati bersama.Riswan merengkuh dan memeluk bahu istrinya, mencium jilbab sang istri tercinta. Dia memahami jika Eneng sedang bernostalgia mengingat masa-masa mereka mengawali hidup bersama di rumah ini."Jika dipikir-pikir, Risma bodoh juga y
Part 42Rohani, istri dari saudagar sembako, Mursan, matanya terus saja menatap ke arah jam dinding yang berada di dalam toko sembako tersebut. Sudah satu jam lebih suaminya belum juga kembali dari mengantar pesanan yang Rohani sendiri tidak tahu hendak diantar kepada siapa.Alasan suaminya Mursan, yang hendak mengantar pesanan kepada Umi Hasanah, istri dari Ustaz Arief ternyata sudah terbantahkan, suaminya berarti sudah mulai berbohong.Dia coba tanyakan kepada para pekerjanya di toko miliknya ini, semuanya menjawab tidak tahu.Tidak beberapa lama kemudian, terdengar suara motor yang khusus dipakai buat mengantar sembako, dan dari suaranya, Rohani sudah bisa mengenalinya. Benar saja, Mursan mulai terlihat mengendarai motor, dengan dua keranjang karung di kiri dan kanannya sudah terlihat kosong.Rohani mencoba bersikap tenang, walaupun hatinya kesal merasa sudah dibohongi oleh suaminya. Mursan kemudian mulai masuk ke toko sembako dan duduk di bangku
Riswan mempersilahkan Tante Sartika untuk beristirahat dahulu di kamar khusus tamu, lalu dia sendiri memilih untuk menyendiri sejenak di sisi tepian kolam renang, dengan tatapan lurus ke arah pegunungan yang tepat ada di hadapannya. Tidak terpikirkan oleh Riswan sebelumnya, langkahnya untuk menempuh jalur hukum yang berhubungan dengan kasus yang melibatkan keluarganya, akan berimplikasi pada retaknya hubungan kekeluargaan di antara mereka. Kemarahan dan kebencian dari saudara-saudara sepupunya adalah salah satunya. Bahkan mereka sampai berencana ingin membalas dendam dan mencelakakan dirinya. Langkahnya bertindak tegas kepada adik-adik dari ayahnya tersebut adalah sebuah shock terapi bagi bawahan-bawahannya yang lain, bahwa dia tidak tebang pilih dalam memproses sebuah pelanggaran, siapapun yang terlibat akan dia perkarakan. Apalagi jika sampai merugikan keuangan perusahaan, karena dapat berimplikasi pada keberlangsungan usaha yang dijalankan. Riswan
Part 58"Kang Amran, ini apa-apaan, sih." Samsiah mencoba menarik tangan Amran yang masih mencekal leher dari Mursan, yang tersudut di tembok."Kamu yang apa-apaan, tidak tahu malu." Amran berbalik menatap Samsiah, sementara tangan kirinya masih saja berada di leher Mursan. Pembicaraan walaupun penuh dengan penekanan, tetapi dilakukan dengan intonasi suara yang pelan, karena tidak ingin ada orang lain yang mendengar, ataupun adanya keberadaan Mursan di rumah janda baru ini."Kamu tidak sadar Samsiah, jika perbuatan kalian ini diketahui warga, bisa diarak keliling kampung, nggak malu kamu." Amran masih melotot ke arah Samsiah."Biasanya juga nggak ada yang tahu," jawab Samsiah dengan bodohnya. Pemahaman dan pemikirannya memang sedikit lamban.Amran lantas melepaskan cekalan tangannya pada leher Mursan, lalu mulai memutarkan video yang tadi dia rekam kepada Mursan. Saudagar sembako itu tercekat, tidak mampu untuk bicara. Samsiah yang juga ikut meliha
59Suasana malam di Desa Cibungah ini memang sudah terlihat sepi setelah lewat adzan Isya. Tidak ada lagi aktivitas warga yang terlihat. Mereka sudah mengurung diri di dalam rumahnya masing-masing.Jumlah warga di Desa Cibungah ini memang tidak terlalu banyak, dan juga tidak terdapat tempat hiburan. Jika ingin mencari hiburan dan tempat keramaian mereka harus ke kota kecamatan, tetapi kebanyakan masyarakat desa ini lebih memilih untuk berdiam diri di rumah, selain karena jarak ke kota kecamatan terbilang cukup jauh dan jalan yang dilalui pun terbilang cukup gelap karena masih minimnya lampu penerangan.Menjelang tengah malam, Rohani terbangun dari tidurnya karena kebelet ingin buang air kecil ke kamar mandi. Dengan suara malas karena masih mengantuk, Rohani memanggil suaminya yang dia pikir masih tertidur di sampingnya."Kang, bangun, Kang. Anterin Ani ke kamar mandi," ujarnya dengan nada malas, dan tidak terdengar jawaban. Sambil menguap karena mas
Part 60Pagi hari sekitar pukul delapan, empat hari setelah mengunjungi Tohir--suaminya di sel tahanan polsek di kota kecamatan. Ela yang baru saja selesai memandikan putrinya Naya, berencana akan mengunjungi rumah keluarga besar Tohir yang masih satu desa dengannya, hanya lokasi rumahnya tepat di dekat pintu masuk gapura Desa Cibungah.Sembari menuntun Naya, Ela menyusuri jalan memotong perkampungan, yang waktu tempuhnya lebih dekat dari pada mengikuti sisi jalan desa. Tujuan utama Ela menemui keluarga Tohir adalah untuk menjelaskan jika dia berencana akan mengajukan gugatan permohonan perceraian di pengadilan agama setempat, dan Ela merasa berkewajiban untuk memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga besar mertuanya tersebut agar tidak timbul salah paham nantinya.Semenjak Tohir masuk penjara, kedua orangtua beserta saudara-saudaranya yang lain sudah berlepas tangan, mereka sudah tidak mau lagi perduli, karena mereka pikir itu semua sudah urusan Ela sebaga
Part 61Seperti pagi biasanya di Desa Cibungah, rumah di atas bukit milik Riswan dan Risma terlihat masih terselimuti kabut tipis. Sinar sang Surya masih terhalangi oleh pegunungan yang sedikit terlihat gelap dari arah desa beriklim sejuk ini.Risma mengantar Riswan sang suami tercinta menuju halaman depan rumah mereka yang luas, dengan rumput-rumput hijau nan terawat juga lampu-lampu taman yang masih dibiarkan menyala. Dingin dan hening, embun masih membasahi rumput dan dedaunan, ada uap asap hangat yang keluar dari mulut dan hidung. Tempat yang sehat, indah dan langka, suasana alam yang tidak akan ditemukan di perkotaan."Hari ini jadi mau jenguk bapak dan emak, Neng?" tanya Riswan, sesaat lagi ingin masuk ke dalam kendaraan yang akan mengantarkannya ke bandara."Insya Allah jadi Abang. Boleh, 'kan, Bang?""Tentu saja boleh, Sayang. Hati-hati tapi yah.""Iya, Abang sayang," ucap Risma, sembari mencium tangan suami dengan penuh takjim, dan