Share

Ternyata Mas Hada

“Em?”

“Bagaimana pekerjaan, Mas?”

“Baik-baik saja, kok, Han.”

“Oh, syukurlah. Soalnya aku ... jarang lihat Mas di kampus.” Aku mengatakannya dengan sangat hati-hati supaya tak menyinggung hati.

Mas Hada tak menjawab, hanya tersenyum kecil. “Sudah ada pengganti Mas di sana. Mas, kan sudah bilang, sekarang Mas sudah naik jabatan.”

“Sebagai apa, Mas?” tanyaku penasaran, padahal aku sudah tahu kalau Mas Hada sudah dipecat.

“Mau tahu saja, apa mau tahu banget?” godanya sambil mencubit gemas hidungku.

“Ih, Mas. Mau tahu banget, lah!”

“Nemenin dosen kalau pergi-pergi ke luar kota, Sayang.” Dia tak mau menatapku, saat mengatakan itu. Jika jujur, Mas Hada pasti tak ragu untuk menatap kedua mataku.

“Oh, syukurlah. Mas!” panggilku sekali lagi.

“Em.”

“Aku kangen sama Ibu. Kapan kita bawa Ibu pulang?”

Mas Hada berhenti mengunyah. Dia mengambil segelas air putih, lalu meminumnya sampai habis. “Mas usahakan secepatnya, ya.” Mas Hada menyudahi acara makan, dan menaruh piringnya ke belakang. Padahal,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status