Share

159. Pinggir Jalan

Mobil melaju di jalan raya.

Qasam memutar musik slow, kedengaran romantis sekali. Qizha menikmati alunan musik yang terdengar syahdu.

“Bapak mau berhenti di depan sebentar?” Qizha menoleh pada suaminya.

“Ayolah, Qizha. Jangan panggil Bapak.”

Qizha tersenyum. “Kenapa nggak mau dipanggil bapak? Bukankah suatu saat nanti kalau kita sudah punya anak, maka aku akan mnegajarinya memanggilmu bapak? Dan aku tentu memanggilmu demikian juga bukan? Lalu kamu akan memanggilku ibu.”

“Oh… maksudmu, bapak pasangannya ibu, begitu?”

“Iya. Aku rasa itu malah terkesan lebih intim.”

“Tidak. Itu tidak menarik. Panggil yang lain saja. Urusan punya anak adalah belakangan. Terserah lusa anak akan panggil apa. tapi sekarang jangan panggil aku itu.” qasam menggelengkan kepala.

“Baiklah, tapi berhentilah dulu sambil aku memikirkan panggilan apa yang tepat untukmu. Waduh, ini malah sudah kelewatan jauh. Kamu sih disuruh berhenti sejak tadi malah nggak mau.”

“Kelewatan?”

“Iya. Seblaknya sudah le
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
Uenak lho,bang ...seblak langganan Qizha..nnt pingin ngicipin jg,deh..
goodnovel comment avatar
Elok Fatimah
kn qasam prnh jd premn, jd pernh mkn warung pnggr jln. aahh ikut senang qizha sebhgia itu
goodnovel comment avatar
inggrid LARUSITA Nganjuk
gimana gk terbiasa duduk diwarung qasam kn pernah jd preman ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status