Walau Qizha adalah karyawan baru, namun langsung ditempatkan sebagai sekretaris. Sialnya, atasannya sentimen terhadapnya dan malah menjadikannya sebagai OB. Suatu hari, situasi sulit memaksanya menikah dengan preman, hingga dia dihina keluarganya karena menikah dengan lelaki miskin. Siapa sangka preman tersebut adalah Qasam, atasan Qizha. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi Qasam menyamar menjadi preman?
Lihat lebih banyak"Dimana kau?" tanya Qasam cepat.Bukannya menjawab, malah terdengar suara isakan tangis di seberang. Jantung Qasam berdentuman, rasanya panas membara, juga panik. "Dimana kau? Katakan! Jangan malah menangis!" tuntut Qasam. "Tt tolong aku!" Suara Qizha terbata. "Qizha, ayolah bicara! Iya aku akan menolongmu, tapi katakan dimana kau!" Qasam sambil menyalakan mesin mobil. "Jalan Ambarawa!"Sambungan telepon langsung terputus.Qasam langsung menjalankan mobil menuju ke alamat yang disebutkan. Saking terburu- buru, sampai- sampai ia beberapa kali hampir menabrak kendaraan lain. Untung saja Qasam lumayan gesit dan lihai dalam hal menyetir mobil. Apa yang terjadi dengan Qizha? Kenapa dia menangis? Apakah Khazim berbuat macam- macam pada Qizha? Qasam ngebut, selip sana selip sini. Mobil yang berlawanan arah sampai harus membunyikan klakson berkali- kali saat Qasam menyalip. Qasam kembali menelepon Qizha, namun ponsel wanita itu sudah tak aktif. "Heei... Kenapa malah mati? Oh tidak!"
Qasam mengemudikan mobil dnegan kelajuan tinggi. Wajahnya panik menatap ke depan. Jalanan terlalu ramai. Sulit sekali untuk menyalip kendaraan di depan. Padat merayap. "Ya ampun! Gila, apakah harus sepadat ini?" Qasam menatap jam di tangan. Jam segini memang sedang padat- padatnya kendaraan di jalan raya. "Ah ya ampun!" Qasam kesal sendiri jadinya. Sesekali ia memukul bundaran setiran sambil merutuk. "Ya Tuhan, maafkan aku terus saja menjadi kesal. Kenapa di saat begini selalu saja ada kendala. Selalu saja tidak ada yang berpihak kepadaku. Sebenarnya terbuat dari apa isi kepala Qizha, sudah diperlakukan dengan sangat buruk, masih saja diam- diam mengorbankan dirinya demi aku." Qasam bicara sendiri saking tak habis pikir dengan kelakuan Qizha. Andai saja Qizha dengan sengaja berbuat baik di hadapan Qasam, jelas itu adalah sikap untuk mencari perhatian. Tapi ini Qizha melakukannya tanpa sepengetahuan Qasam. Wanita itu tidak sedang cari perhatian, tidak juga sedang mencuri hati Qas
Qasam masuk ke mobil. Ia melajukan mobil menuju ke perusahaan. Fahri menyambut kedatangan Qasam di lobi ketika Qasam masuk dengan langkah lebar. “Ada ibu Habiba di ruanganmu!” ucap Fahri mengiringi langkah Qasam. Sekilas saja Qasam menatap Fahri. Kemudian masuk lift. Langkah lebar membawa Qasam menuju ke ruangannya sesaat setelah pintu lift terbuka. Fahri mengikuti. “Mama?” Qasam mengangkat alis menatap mamanya sudah duduk di sofa. Wanita berpenampilan elegan itu duduk dengan kaki menyilang sambil menatap layar ponselnya. Santai sekali. Tas jinjing di atas meja. “Qizha mana?” Qasam mengusap wajah kasar. “Ayolah Mama. Kenapa selalu Qizha Qizha dan Qizha terus yang mama tanyakan? Di rumah tadi mama baru saja menanyakannya, sekarang masih juga menanyakan dia. Bukankah tadi mama sudah bertemu?” “Setahu mama dia bekerja di sini. Tapi tadi kata Fahri dia belum masuk. Bukankah tadi dia berangkat ke kantor bersamamu? Tentu kamu tahu dia dimana. panggil dia kemari. Mama m
Qasam masih menunggu di kamar ketika Qizha keluar dari kamar mandi. Pria itu mengawasi dengan sorot mata tajam setiap gerakan tubuh Qizha yang tengah memasang pakaian. “Sudah selesai!” ucap Qizha sambil berdiri di depan Qasam.“Turun sekarang!” Qasam melangkah turun diikuti oleh Qizha.Habiba tersenyum menatap Qizha dan Qasam beriringan mendekat kepadanya.“Qizha, mama punya sesuatu untukmu. Lihat ini!” Habiba menunjukkan beberapa model pakaian di hp nya. “Nah, mama mau pesankan pakaian ini untukmu. Mmau?”“Iya, Ma. Mau.” Qizha tersenyum senang.Bahagianya punyamertua sebaik Habiba. Perhatian sekali.“Mama akan belikan lima pasang untukmu. Lengkap dengan sepatunya.” Habiba menawarkan lagi.Lagi- lagi Qizha tersenyum dan mengangguk. “Oke, cukup itu saja,” ucap Habiba.“Aku pergi ke kantor dulu, Ma,” pamit Qasam. “Qizha, ayo kita pergi!”“Siap!” Qizha mengikuti Qasam menuju ke luar. Mereka masuk ke mobil.Sepanjang jalan, keduanya diam membisu. Mobil melaju kencang tanpa
"Bahwa apa pun yang dilihat di kamar ini, adalah privasiku, jangan sampai menyebar kemana pun. Aku tidak suka itu!" tegas Qasam. "Oh, siap Tuan!" Fara kemudian beranjak pergi dan menutup pintu.Qizha kembali membanting tubuh dan tidur. "Hei, siapa suruh kau tidur?" tegas Qasam membuat Qizha kembali duduk."Apakah ada yang bisa kubantu?""Dari mana kau sampai pulang larut malam?""Ada kerjaan di kantor. Tadi ada masalah. Pak Khazim...""Itu bukan urusanmu. Kenapa kau ikut campur terlalu jauh? Fahri jauh lebih berhak mengurus masalah itu! Bukan kau. Jangan beralasan sampai kau harus pulang larut malam. Memalukan. Kau jadi terlihat seperti jalang!"Astaghfirullah.. sebenarnya pulang larut malam atau pun tidak, Qasam akan tetap memiliki alasan untuk marah kepada Qizha. Semua yang dilakukan Qizha selalu salah di mata Qasam. Jadi tak perlu menjelaskan banyak hal pada Qasam, toh semua tetap akan salah."Kau dilarang ada di kamar ini! Aku semakin muak padamu. Pergilah sana!" Qasam menarik l
Qizha masuk kamar. Menyendiri. Duduk di sisi kasur. Tatapannya hampa. Keputusannya yang mengakui kesalahan Qasam membuat bumerang di hidupnya sendiri. Husein bertambah benci kepadanya. Qizha mengambil bed cover dari lemari dan melakukan aksi seperti biasanya, menggelar bed cover ke lantai. Lalu tidur di atasnya. Tak lupa menyelimuti tubuh. Kalau saja tubuhnya tak diselimuti, bisa- bisa ia membeku kedinginan di lantai. Tok tok...Fara mengetuk pintu, tak ada sahutan. Fara mengulang ketukan pintu, tetap tak ada jawaban. Fara yakin kalau Qizha baru saja masuk kamar, tentu saja majikannya itu ada di dalam kamar. Mungkin sedang di kamar mandi sehingga tak mendengar ketukan pintu. Fara memutar kenop pintu. Ia berani masuk karena ia tahu Qasam masih berada di ruang keluarga mengadakan pesta bersama keluarga yang lain, Qasam belum masuk kamar. Kalau saja Qasam sudah ada di kamar, mana mungkin Fara berani masuk kamar. Takutnya mengganggu adegan ninaninu yang mungkin saja dilakukan pasangan
“Qasam lulus. Dia berhasil menduduki jabatan penting diperusahaan baru. Jadi dia memegang dua perusahaan besar sekarang,” jelas Habiba.Tatapan Qizha tertuju pada Sina yang berdiri di dekat Fara. Bersisian. Mereka turut menikmati pesta, menyantap makanan. Perasaan Qizha benar- benar tak nyaman melihat keberadaan Sina. Wanita itu bisa saja membawa masalah di rumah itu.“Ayo, ikut gabung!” ajak Habiba.“Enggak, Ma. Aku mau ke kamar aja,” tolak Habiba sopan. “aku capek banget.”“Tapi ini acara perayaan untuk suamimu, loh. Masak kamu nggak mau ikutan?”“Ma, aku segan sama semua orang.” Qizha sungkan.“Sampai kapan kamu merasa segan? Kamu harus melawan rasa itu, harus beradaptasi. Jangan malah minder terus.”“Mama tahu kan kalau nggak semua orang bisa menerima aku di sini?”“Lalu? Kamu akan mengalah sama mereka?”Pertanyaan menampar.“”Jangan mau kalah sama mereka. Tunjukkan kalau kamu itu kuat. Lawanlah mereka yang melemahkanmu dengan segala cara.” Habiba menyemangati.Mas
Saya bisa menghasilkan banyak uang untuk bapak. Dengan cara viral di youtube, atau apa saja. saya ini investasi. Nah, kalau bapak mau, bapak bisa minta ke Pak Qasam untuk mengambil saya dari dia.”“Wah gila. Apa untungnya aku mengambilmu?”Qizha tersenyum sembari mengedipkan satu mata, membuat Khazim langsung tergoda. Kedipan mata yang dahsyat sekali. Hatinya tersengat.“Pak Qasam pun nggak mau melepaskan saya karena saya menguntungkan bagi dia. Nah, kalau bapak mau mengambil saya, silakan minta ijin ke pak Qasam untuk mengambil saya, kalau dia mengijinkan maka saya akan ikut bapak.” Qizha berjalan mndekati Khazim lalu duduk di meja dengan gaya yang sangat menggoda.Dalam hati Qizha memohon ampun, semoga dia tidak diazab sebagai istri durhaka.Lelaki mana yang tahan dengan godaan seperti ini? hanya dengan gayanya yang aduhai saja, Khazim pun langsung tertarik, kemarahannya memudar.“Baiklah. Aku terima tawaranmu.” Khazim ingin meraih tangan Qizha, namun enggan mengingat wani
Qizha malah terbengong melihat keresahan Gafar dan Fahri. “Okey, aku anggap wajar kalian merasa khawatir denganku. Tapi kenapa aku merasa seolah kalian ini tidak sedang mengkhawatirkan aku? Tapi lebih kepada rasa penasaran. Benarkah begitu?” tanya Qizha.Gafar menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lalu kembali merapikan rambut yang agak berantakan akibat garukan.Fahri tersenyum simpul. “Aku salut dengan keberanianmu. Baiklah, aku akan mengganti pertanyaanku. “Kenapa kau senekat tadi?”“Aku bekerja di sini, maka sudah seharusnya aku membela perusahaan ini bukan?” jawab Qizha.“Bukan itu alasannya,” sahut Fahri dengan kedikkan pundak kecil. “Kau jatuh cinta pada Qasam?”“Kalau sudah punya opini sendiri dari pertanyaanmu, kenapa bertanya?” Qizha geleng- geleng kepala. “Bukan rahasia lagi kalau kau bukanlah istri yang sesungguhnya. Kau istri yang disembunyikan oleh Qasam selama ini. semua orang tahu drama rumah tanggamu. Dan sekarang, Qasam seolah terpaksa menerimamu sebaga
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.