Demi balas budi, Zea terpaksa menikah dengan Arsen-pria idiot tampan-yang selalu membuatnya berdoa agar Tuhan memberinya keajaiban dengan merubahnya menjadi pria yang normal. Namun, setelah doanya terjawab dan semuanya terungkap, kenapa Zea justru diliputi ketakutan yang luar biasa? Siapa sosok Arsen yang sesungguhnya? Mampukah Zea bertahan dengannya?
View MoreTing!Sebuah notif wa muncul dari ponsel Arsen. Aku meraih ponselnya dan melihat sederet pesan yang ternyata dari Bang Gavin.[Arsen, loe niat bulan madu atau berencana pindah ke sana sih?]Aku langsung tersenyum sendiri saat membaca pesan tersebut. Tanpa meminta persetujuan Arsen akupun lantas membalasnya.[Memangnya kenapa bang? Kangen, ya?] balasku disertai emot tertawa.[Idih! Geli gue bacanya!][Gue cuma mau ngabarin kalau Minggu depan gue mau nikah!][Gue gak mau tau, pokoknya loe harus datang! Loe harus bantu persiapin semuanya, itung-itung balas budi karena gue juga udah bantu acara resepsi loe.]Mataku seketika langsung membulat saat melihat sederet pesan dari Bang Gavin."Bang Gavin mau nikah? Dengan siapa?" gumamku."Hayo! Lagi ngapain? Kok bengong?" ucap Arsen yang baru saja keluar dari kamar mandi."Minggu depan Bang Gavin mau nikah!" sahutku membuat Arsen langsung terbatuk."Serius?" tanyanya.Aku langsung menyodorkan ponsel Arsen dan menyuruhnya untuk membacanya sendiri
Memangnya apalagi yang bisa dilakukan dua insan dalam momen seperti ini, selain bermesraan dan terus memupuk cinta?Arsen membopong tubuhku menuju kamar. Perjalanan sore kami sudah selesai hanya sampai jam lima saja.Kamar mandi adalah tujuan awal kami seperti biasanya. Membersihkan diri usai berjalan-jalan diluar adalah sesuatu yang mutlak untuk dilakukan."Kayanya aku mau nambah masa liburan kita. Barang sehari atau dua hari lagi, gitu. Gimana menurut kamu?" tanya Arsen begitu ia meletakkan tubuhku di bathtub."Kamu gak kangen ibu apa? Ini udah hampir sepuluh hari, loh!" sahutku."Jadi, ceritanya ... kamu udah bosen, nih?" tanya Arsen seraya mengangkat sebelah alisnya."Bukan begitu, sayang ...-"Ucapanku terjeda kala Arsen malah melumat bibirku. Seperti kebiasaannya, tak pernah ada aba-aba untuk setiap serangan yang ia berikan.Lagi ... untuk yang kesekian kalinya kami memadu kasih.Tak kenal waktu, tak kenal tempat, selagi tak ada halangan kapanpun Arsen mau, tanpa bicara ia pasti
Seperti yang sudah dijadwalkan. Aku dan Arsen akhirnya berangkat ke Bali untuk pergi berlibur dan meninggalkan Bang Gavin juga cerita barunya bersama Keyla. Entah seperti apa kelanjutan hubungan mereka, yang pasti untuk saat ini aku hanya ingin menikmati momen berdua bersama Arsen.Meski bukan pengantin baru, namun rasa dan kesan itu masih sangat kental. Ini adalah honeymoon pertama kami. Semoga saja momen ini lebih mempererat lagi cinta kami berdua.Kami menginap di salah satu hotel yang langsung berhadapan dengan pantai. Setiap pagi dan sore kami bisa menikmati keindahan pantai hanya dari teras saja.Hap!Seseorang menutup mataku. Tanpa perlu bicara, aku tau itu pasti Arsen.Aku hanya tersenyum seraya menurunkan tangannya perlahan dan berbalik."Tadaa!"Arsen menyodorkan sebuah kotak yang dibungkus rapih menggunakan kertas kado."Apa ini?" tanyaku."Buka aja sendiri! Atau, mau aku bukain?" ucapnya seraya mengangkat alis.Aku langsung meraih kotak tersebut dan segera membukanya.Seke
Aku, Arsen, dan juga Bu Hanum gegas keluar dari ruangan begitu mendengar suara gaduh diluar sana.Kami bertiga sontak terkejut saat melihat Bang Gavin yang dalam keadaan pingsan tengah digotong oleh beberapa orang."Ada apa ini? Kenapa dengan Bang Gavin?" tanyaku pada mereka yang masih ada disana."Tadi dia terjatuh dan kepalanya terbentur meja ini!" sahut salah seorang pria sembari membantu beberapa orang lainnya membangunkan meja yang terguling.Dengan cepat, aku pun meraih tangan Arsen untuk menyusul orang yang tengah membawa Bang Gavin keluar dari gedung. Mungkin mereka akan membawanya ke rumah sakit."Permisi! Kami keluarganya, biar kami bawa pakai mobil kami saja!" ucap Arsen."Oh, syukurlah! Ya silahkan!" sahut mereka seraya membawa tubuh Bang Gavin kearah mobil Arsen."Aku ikut! Aku ikut!" seru Keyla seraya menerobos masuk kedalam mobil.Aku hanya memberi kode pada Arsen agar tak melarang gadis itu, dan mobilpun akhirnya melaju.Sesampainya di rumah sakit, Bang Gavin langsung
Acara resepsi pernikahan kini bertambah dengan acara ulang tahun Arsen. Rupanya, diam-diam Bang Gavin sudah mempersiapkan semuanya dan sudah bekerja sama dengan MC hingga acaranya jadi tersusun sempurna dan tidak terkesan berantakan.Ditengah surprise ulang tahunnya, kami sengaja membuat foto khusus keluarga dengan pose yang seunik dan sekocak mungkin.Berhubung keluarga inti hanya ada Bu Hanum dan Bang Gavin saja, rasanya kurang rame jika di foto hanya ada empat orang saja. Makanya, Arsen sengaja mengajak Yanto untuk ikut serta, mengingat dia adalah satu-satunya anak buah Arsen yang paling dekat dengan keluarga ini.Tak cukup hanya Yanto, saat aku melihat Bu Rena yang tengah menikmati aneka kue, akupun langsung melambaikan tangan padanya dan memintanya untuk ikut berfoto bersama kami."Yah, padahal ibu lagi makan, Ze!" protesnya dengan mulut penuh."Makannya nanti lagi aja, Bu! Kita seru-seruan dulu, yuk!" bujukku.Bu Rena pun akhirnya mau naik ke pelaminan dan berfoto dengan gaya ko
Hari yang ditunggu telah tiba.Aku menghampiri Arsen yang tengah berdiri menungguku di ruang tamu. Ia nampak gagah dengan busana pengantin khas suku Sunda. Jas putih dengan ikat pinggang senada dan juga kain rereng sebagai bawahannya membuat Arsen terlihat begitu pangling. Apalagi, ditambah dengan hiasan kepala yang berupa bendo dengan motif yang senada dengan bawahan yang ia gunakan membuat ia terlihat lebih tampan dari biasanya."Yuk!" ucapku membuatnya seketika menoleh.Arsen ternganga. Ia menatapku tanpa kedip. Hal itu tentunya membuatku berulangkali memanggilnya seraya melambaikan tanganku didepan wajahnya."Kamu cantik banget, Ze!" gumamnya membuatku tersipu."Kamu juga ganteng!" sahutku pelan."Apa? Aku gak denger," ucapnya seraya mendekatkan telinganya."Kamu juga ganteng!" ulangku."Hah? Coba-coba ulang, kurang jelas, Ze!" ucapnya lagi seraya lebih mendekatkan telinganya.Aku mendengus, namun tak urung aku juga lebih mendekatkan bibirku kearah telinganya untuk kembali membisi
"Tiket ke Bali?" gumamku kala membuka isi amplop yang Bang Gavin berikan tadi sore."Yes! Liburan gratis!" sorak Arsen."Nanti disana kita buat program bikin sebelas anak! Pulang liburan, kita bisa bikin tim sepak bola," celetuknya."Gak lucu!" ketusku."Lagian aku juga bukan lagi ngelawak, kok! Anggap aja itu doa!" sahut Arsen seraya mencolek daguku."Idih, gak mau ah!" sahutku cepat."Dikira enak apa punya sebelas anak. Cukup dua aja. Cowok satu cewek satu. Kayaknya lebih pas deh!" sambungku."Tanggung banget, sih! Kalau bisa, mending bikin yang banyak. Kan ada pepatah tuh, banyak anak banyak rezeki," sela Arsen."Bikinnya sih enak, terus lahirinnya gimana? Ngurusnya gimana? Nggak, ah! Dua aja," aku tetap bersikeras.Arsen tertawa mendengar jawabanku barusan. Ia lantas mengacak rambutku dengan gemas."Iya, iya! Kamu serius banget, sih! Kita berdoa aja, minta yang terbaik dari Allah!" ucapnya kemudian.Aku tersenyum, memang seperti itu jalan ceritanya. Karena terlepas dari apapun yan
Pembicaraan tempo hari, kini terealisasi.Arsen menyebar undangan ke beberapa alumni kampusnya dan juga beberapa orang yang pernah menjadi rekan kerjanya saat ia bekerja di rumah sakit.Tak hanya itu, Bu Hanum juga turut mengundang beberapa orang yang pernah menjadi tetangganya saat masih tinggal satu komplek dengan Bu Rena.Sedangkan di komplek rumah yang kami tempati, jangan ditanya lagi. Semuanya diundang oleh Bu Hanum tanpa ada yang terlewat satupun."Loh, bukannya mereka udah nikah?" tanya salah satu ibu yang kini sedang berbelanja di toko Bu Salma."Ya ampun, Bu ... disana kan tertulis, re-sep-si, resepsi! Ibu ngerti gak sih?" celetuk Arsen.Bu Hanum dan aku sontak menyikut pinggang Arsen secara bersamaan karena ucapannya tadi terkesan tidak sopan. Sedangkan seseibu yang barusan bertanya kini malah bengong seraya menatap lekat wajah Arsen."Kok kaya beda, ya?" gumamnya."Iya, Arsen sekarang sepertinya lebih dewasa," timpal Bu Salma seraya menghampiri kami."What?!" Arsen membula
"Aku kesel tau dibohongin terus sama kamu! Disini aku berasa kaya anak kecil yang terus kamu tipu! Kalau gini terus aku jadi kehilangan kepercayaanku sama kamu! Yang ada aku malah parno, jangan-jangan kamu juga gak serius ya, sama aku?! Jangan-jangan, kamu juga main-main 'kan sama hubungan ini?! Jawab, Arsen, jawab!"Tak hentinya aku mengoceh setelah Arsen membawaku masuk kedalam kamar. Ucapan Bu Hanum barusan membuatku benar-benar kesal seribu persen pada pria bernama Arsenio Cleosa Raymond!Bisa-bisanya dia membajak ponsel Bu Hanum dan aku justru malah berbalas pesan dengannya!Berniat menghilang, tapi justru aku sendiri malah memberitaukan tempat tinggalku padanya.Menyebalkan bukan?"Ze, Ze, Ze! Please dong, jangan berpikiran seperti itu. Harusnya kamu tau, aku lakuin itu juga semata-mata hanya untuk mempertahankan kamu. Please, kamu ngerti, ya!" bujuknya."Au, ah! Intinya aku kesel sama kamu!" ketusku.Kujatuhkan tu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.