Share

18. Aborsi

Bukan tidur, tapi pingsan. Shafa tidak kuat lagi menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Perutnya yang keram, kepalanya yang pusing, dan beberapa luka yang perih, membuat Shafa pingsan dari malam hari.

"Bawa dia ke mobil."

"Siap, Bu!"

Perintah Hera segera dilaksanakan oleh kedua orang suruhannya. Setelah dibekap mulutnya dan ditutup matanya, Shafa dibawa ke suatu tempat yang dia tidak tau dimana.

Sampailah di sebuah klinik yang terpencil dan gelap. Shafa belum juga sadar. Mata dan mulutnya masih tertutup rapat. Langit masih gelap karena baru masuk jam 5 pagi. Hera sudah menyiapkan semuanya, jadi tinggal dieksekusi saja hari itu.

"Permisi, Dok? Saya Hera, yang kemarin bikin janji sama Dokter."

"Oh, iya. Saya udah nunggu dari tadi, loh. Jadi ini yang mau diaborsi?" tanya dokter yang bernama Tiara itu.

"Iya, Dok. Tapi, bisa enggak kalau prosesnya dilakukan tanpa dia liat? Jadi saya mau saat dia sadar nanti, aborsinya selesa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status