"Memastikan sesuatu.""Kemana?" tanya Kinara."Ayo ikut, Kinar."Arjuna pergi meninggalkan ruangannya dan diikuti oleh Kinara. Sejak tadi wajah Arjuna menunjukkan kecemasan. Kinara tidak tahu apa yang Arjuna temukan dari berkas laporan keuangan yang bertumpuk tadi. Kinara yakin, ada sesuatu yang mungkin saja memang berhubungan dengan Rama, sehingga Arjuna tampak cemas dan khawatir.Kinara hanya diam mengikuti langkah Arjuna meninggalkan kantor dan masuk ke dalam mobil. Kinara tidak tahu mereka akan pergi kemana, lebih baik ia bertanya nanti saja, karena sekarang Arjuna seperti tidak ingin diajak bicara serius dulu.Mobil berhenti di salah satu bank terbesar di negara ini. Kinara mengikuti langkah Arjuna dan duduk di kursi tunggu. Arjuna yang memang sudah kenal dengan pihak bank karena kerja sama bisnis, langsung menuju bagian dalam. Kinara menunggu di luar sambil bermain ponselnya.Kinara membuka pesan dari Amel. Sahabatnya itu mengirimkan beberapa foto saat dirinya di Bogor kemarin.
"Papa mau membicarakan apa?" tanya Rama."Kalian sengaja berkumpul disini? Untuk membicarakan apa?" tanya Lisa ketus."Sabarlah, Lis. Papa belum bicara," sahut ibu.Seketika suasana menjadi hening kembali. Ardi beberapa kali menghela napas, hanya untuk menahan emosinya. Duduklah dulu, Ram, Lis..., " ucap Ardi. Rama dan Lisa duduk di kursi depan meja Ardi, sementara Kinara dan lainnya duduk di sofa. Suasana menjadi tegang saat semuanya terdiam. "Rama, papa tahu kamu sudah bekerja dengan keras selama ini. Perusahaan semakin berkembang berkat usahamu dan juga Lisa. Papa menghargai itu semua dan sangat berterima kasih," ucap Ardi. "Tentu saja, Pa. Aku dan Rama berjuang keras untuk perusahaan ini. Sekarang papa tahu, 'kan? Siapa yang lebih pantas memimpin perusahaan?" jelas Lisa dengan percaya diri. "Iya, sekarang papa tahu, siapa yang berhak memimpin perusahaan ini, untuk itu kalian papa panggil kesini." "Baiklah, kalau begitu," ucap Rama. "Arjuna yang akan memimpin perusahaan," uc
"Dendam? Ayahmu? Apa maksudmu?" tanya Rama.Lisa belum menjawab pertanyaan dari Rama. Ia masih bertahan memalingkan muka."Lis, jawab!""Bukankah orang tuamu sudah tiada karena sakit, apa hubungannya dengan keluargaku?" tanya Rama lagi.Kinara semakin penasaran dengan cerita Lisa. Dendam karena apa, sampai harus mengorbankan dirinya masuk di keluarga ini."Kenapa diam! Jawab!" bentak Rama."Kecilkan suaramu, Ram. Jangan membentak ku!" ancam Lisa."Kalau begitu katakan!" ucap Rama."Aku ... aku adalah korban dari kekejaman keluargamu!" isak tangis Lisa pecah seketika."Keluargaku, Kenapa?" tanya Rama dengan Nada yang diturunkan."Kalian ingat kecelakaan 20 tahun yang lalu?" DegDegBaik Kinara, Arjuna dan lainnya terkejut dengan pengakuan Lisa. Kinara beberapa kali mengerjapkan matanya untuk menahan air mata yang hampir jatuh. Maksud Lisa apa? Bukankah 20 tahun yang kecelakaan itu telah menewaskan orang tua Kinara. Atau... "20 tahun lalu, apa maksud kamu?" tanya Ardi. "Kalian ingat?
Lisa melihat Safira dan Ardi, kemudian beralih ke Arjuna dan terakhir Rama. Begitu banyak penyesalan yang telah dia lakukan terutama berhubungan dengan suaminya itu. Lisa sering menjadi pemarah dan Rama dengan sabar menenangkannya. Lisa sering menolak ajakan berhubungan suami istri dan Rama dengan sabar menunggu, dan masih banyak keegoisan Lisa, namun ditanggapi dengan sabar oleh Rama.Lisa menyesal telah melukai hati Rama begitu dalam. Lisa tahu Rama sangat mencintainya. Jujur saja, Lisa mulai jatuh hati dengan suaminya itu setelah satu tahun pernikahan mereka. Namun, Lisa tidak ingin mengubah rencana awal dirinya masuk ke keluarga Atmaga. Kini, ada penyesalan yang begitu dalam di hati Lisa. Dia telah menyakiti orang yang di sayanginya. Rama begitu sabar menghadapi apapun keadaan Lisa, meskipun tidak ada anak diantara mereka, Rama tetap berusaha meyakinkan untuk tidak menyerah, sementara dirinya justru menolak kehadiran anak itu."Sudahlah, Kinara. Aku tahu kesalahanku sangat besar.
Kinara membuka matanya perlahan, kemudian melirik ke samping. Arjuna masih terlelap dengan wajah tampannya. Kinara menghadap Arjuna dan menyentuh hidung suaminya itu dengan gemas. Kinara mengingat kejadian tadi malam, setelah sekian lama mereka tidak melakukannya, akhirnya tadi malam melakukan kembali. Arjuna menepati omongannya, dia melakukan dengan lembut dan pelan."Jangan mengganggu tidurku, Kinar!" ucap Arjuna dengan mata yang masih terpejam.Kinara menarik tangan kanannya yang menyentuh hidung suaminya tadi. Kinara diam sambil mengamati wajah tampan Arjuna. Dia kemudian berbalik membelakangi suaminya itu. Sebuah tangan melingkar di perutnya, Arjuna merapatkan tubuhnya pada Kinara."Hari minggu, aku mau bermalas-malasan di kamar," ucap Arjuna."Mandi dulu, Jun. Habis itu kita sarapan.""Gak mau, aku maunya sarapan kamu saja," ucap Arjuna sambil memeluk lebih erat tubuh Kinara."Juna, jangan manja!" protes Kinara, karena kini rasa geli menjalar di sekujur tubuhnya akibat sentuhan-
Kinara, Arjuna Rama dan Lisa telah selesai dari makam dan memutuskan untuk jalan-jalan sebentar. Mereka berhenti di salah satu restoran ala Jepang langganan Rama dan Lisa. "Kak, aku tidak ingin memimpin perusahaan, jadi aku harap kak Rama mau melakukannya. Aku lebih suka dengan pekerjaanku sekarang, aku juga punya bisnis sendiri yang harus aku kembangkan," ucap Arjuna sambil menunggu makanan tiba. "Kamu yakin, Jun?" tanya Rama. "Sangat yakin." "Aku mau kita berjuang sama-sama, Jun. Aku menyadari semua kesalahanku yang terlalu iri padamu. Aku pikir papa sengaja lebih mementingkan daripada aku." "Papa selalu adil pada kita, Kak," sahut Arjuna. "Aku tahu itu," jawab Rama. "Semua salahku, harusnya aku yang minta maaf, pada kalian. Selama ini akulah yang mempengaruhi kakakmu agar membencimu, Jun. Aku juga yang membuat hubungan kalian semakin renggang," ucap Lisa. "Aku tahu itu," jawab Arjuna. "Maafkan aku," ucap Lisa lirih. "Semua sudah berlalu, jangan minta maaf. Kalau kak Lisa s
Perjalanan, Arya hanya diam sementara Kinara dan lainnya terus bercerita banyak hal. Kinara agak heran dengan Arya yang mendadak diam. Dia juga tidak melihat keramahan Arya seperti biasanya. Kinara ingin bertanya sesuatu namun segera dia urungkan. Kinara melihat jalan sekitar dan ini bukanlah jalan menuju rumah Atmaga. Ada yang aneh dan berbeda dengan Arya. Kinara yang awalnya ragu akhirnya berani untuk bertanya. Dia ingin bertanya namun Lisa berkata lebih dulu. "Loh, ini bukan jalan ke rumah kita, 'kan?" tanya Lisa. "Benar, loh nak Arya salah jalan," tegur Safira. "Pak Arya kita salah jalan, kita mau kemana pak?" tanya Kinara mulai khawatir dengan diamnya Arya sejak tadi. "Nak Arya, kita mau ke mana?" tanya Safira. Kinara semakin khawatir dengan perubahan sikap Arya. Dia khawatir kalau Arya berhubung dengan kasus teror yang menimpanya. "Pak!" "Kalian ikut saya," ucap Arya. "Maksudnya apa?" tanya Lisa. "Pak Arya, maksudnya ikut itu apa? Dan kemana? Sikap pak Arya aneh, tidak
Kinara tidak mengerti dengan situasi ini. Jadi, selama ini Arya memiliki dendam pada keluarga Atmaga, terutama pada Safira. Karena Safira lah, orang tuanya stres kemudian bunuh diri dan mamanya hingga sekarang masih dirawat di rumah sakit jiwa."Maaf, Nak Arya. Semua memang salahku. Aku dan papamu memang dulu saling mencintai, tapi sejak kami dijodohkan oleh keluarga masing-masing, aku sudah minta maaf ke papamu dan meminta untuk mengakhiri hubungan kami. Aku meyakinkan papamu untuk menerima mamamu, begitu juga aku yang menerima papa Arjuna.""Tunggu dulu, Pak Arya. Tindakan ibu Safira benar. Dia ingin papamu kembali ke mamamu. Itu adalah tindakan yang benar," ucap Kinara."Memang, tapi, harusnya kamu tidak meninggalkannya begitu saja, bukan? Kamu bisa memberikan pengertian padanya! Laki-laki itu menyakiti mamaku seumur hidupnya dan hanya mencintaimu. Lalu, kenapa kalian harus bertemu lagi, hingga kamu meminta untuk lari bersama? Seharusnya kamu tidak memintanya bertemu, karena saat i