Suamiku PolisiPart 27Aku terharu dengan Bang Raja, tanpa kuceritakan, tanpa kuminta dia bayar utang itu, sehingga membuat aku terhindar dari rasa malu. "Terima kasih, Bang," kataku lagi. "Iya, Dek, jangan banyak pikiran lagi ya, fokus ke acara," kata Bang Raja. Rombongan kami sudah berkumpul, tapi belum berangkat juga, entah apa yang ditunggu Ayah sebagai ketua rombongan"Kok belum berangkat, Yah?" tanyaku kemudian. "Mamakmu belum datang,"Duh, belum kubilang memang sama Ibu, akan tetapi mustahil rasanya Ibu tidak tahu. Aku masih kesal dengan ibu sendiri, memang berharap supaya Ibu tak ikut saja, aku takut bila Ibu ikut akan buat malu lagi. "Memang tak kubilang sama mamak, Yah," kataku akhirnya. "Gak boleh gitu, Dina, apapun yang terjadi dia tetap Ibumu," kata Ayah. "Tapi Ayah tahu sendiri bagaimana Mamak," "Udah, sana jemput mamakmu, gak boleh gitu," kata Ayah lagi Akhirnya dengan motor matic aku jemput ibu, Ibu tak ada di rumah nenek, coba kutelepon. "Mak, Mamak di mana?
Suamiku PolisiPart 28Banyak tamu yang merekam aksi Ibu, entah setan apa yang merasuki Ibu sampai begini, dia datang dari Medan hanya untuk merusuh di tempat pestaku. Aku malu, kesal. "Dua puluh lima juta, hanya karena dua puluh lima juta, anakku sendiri tak mengundang Ibu kandungnya di pesta pernikahannya." teriak Ibu seraya menunjuk ke arahku. Para tamu bisik-bisik, aku sudah menduga apa yang dibisikkan para tamu, aku pasti dicap anak durhaka. Yang durhaka pada Ibu hanya karena utang, para tamu pasti tak tahu bagaimana kronologisnya, ataukah aku harus menjelaskan semua? "Sakit di sini, sakit," kata ibu seraya menampar dadanya. Dua orang keluargaku coba menenangkan Ibu, beberapa tamu jadi wartawan dadakan, menanyai Ibu sambil merekam. Sepertinya ini akan viral. "Ada apa ini?" Ibu mertua datang. Pada ibu mertua aku jelaskan semua, tentang utang, kuajak Ibu tapi Ibu tak mau karena malu punya utang. "Jadi yang bayar dua puluh lima juta itu si Raja?" tanya ibu mertua. "Iya, Bu,
Suamiku PolisiPart 29Ibuku ternyata menggunakan uang dua puluh lima juta itu untuk membuka kafe bersama pacar brondongnya. Dan belum selesai karena kekurangan dana. Ibu masih mengincar emas maskawinku, jadi pengen cepat-cepat pergi dari sini. Kupeluk Ayah sambil menangis, aku akan pergi jauh ke Palembang, sedih rasanya meninggalkan Ayah sendiri di rumah ini, anaknya semua sudah pergi, istrinya juga sudah minggat kasihan Ayahku. "Ada hikmah dibalik semua ini, Dina, Ayah bisa sembuh dan kerja lagi, ini keajaiban," kata Ayah ketika kuutarakan tentang Ayah yang tinggal sendiri. Aku berangkat, Ayah mengantar sampai ke Kualanamu. Ketika tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Ibu dan Ayah mertua sudah menunggu di situ, kami langsung berangkat ke rumah mereka. Rumah yang merangkap klinik bersalin itu tampak megah. Rumah besar itu terbagi dua, satu untuk klinik, satu lagi rumah pribadi. Dua adik iparku langsung menyambut dan menunjukkan kamarku. Adik iparku ini masih kuliah, yang p
Suamiku PolisiPart 30"Bagaimana keadaanmu, Dek? Anak kita sehat kan, sudah diketahui jenis kelaminnya?" Bang Raja memberondongku dengan berbagai pertanyaan, saat itu dia menelepon, sudah dua minggu terakhir dia tak menelepon, sudah jadi perjanjian kami, harus dia yang menelepon lebih dulu. "Sehat, Bang, Alhamdulillah, anak kita juga sehat, laki-laki, Bang, sudah USG kemarin," jawabku. "Alhamdulillah, sabar ya, Dek, tidak lama lagi, maafkan Abang, Dek, belum bisa mendampingimu," "Iya, Bang," Ingin rasanya aku mengadu pada Bang Raja, banyak yang ingin kuceritakan, akan tetapi aku khawatir jadi beban pikiran untuknya. Ingin kuceritakan kalau saja aku merasa asing di rumah ini. Ingin kukatakan tentang rinduku yang sudah membuncah."Baik-baik di sana ya, Dek, sabar, si Ratu itu agak gimana gitu, tapi pada dasarnya dia baik," kata Bang Raja lagi, seakan tahu apa yang ada dalam hatiku. "Iya, Bang.""Udah dulu ya, Dek, jaga kesehatan," kata Bang Raja seraya mematikan telepon. Air mat
Suamiku PolisiPartai 31Sakit hati karena disangka pembantu, akhirnya aku kalap, uang pemberian Ayah mertua kubelikan baju yang banyak, perawatan ke salon, padahal aku lagi hamil. Rada-adik iparku yang bungsu dengan setia menemaniku. Lima juta pemberian Ayah mertua hampir ludes, baru setelah itu kami pulang. "Waw!" Ratu yang melihat kedatangan kami hanya bilang waw, dia melihat aku dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Biar gak disangka pembantu," kataku sebelum dia sempat bertanya. "Kok gak dari kemarin-kemarin? Setelah pacarku putus gara-gara kakak?" kata Ratu. "Lo, kok gara-garaku?" "Gara-gara kakaklah, apa susahnya perkenalkan diri duluan, jadi orang tidak salah sangka," kata Ratu lagi. Dia tetap saja menyalahkanku, entah dia benar putus dari pacarnya aku juga tidak tahu, akan tetapi aku tetap merasa bersalah juga. Mungkin aku perlu minta maaf ke Randy ini."Baik, Ratu, aku akan minta maaf ke Randy, telepon dia sekarang," kataku akhirnya. "Percuma, kami sudah putus, Aya
Suamiku PolisiPart 32Randy ternyata tahu aku yang membuka bobroknya, entah dia tahu dari mana, akan tetapi dia ancam aku melalui pesan messenger. (Sibuk kali kau ngurusi orang, gak dirugikan pun kau, awas kau ya) pesannya padaku. (Coba saja, temanku dan teman Bang Raja sudah tahu rumahmu, jangan coba-coba gertak aku,) balasku kemudian. (Lihat sajalah, gak tenang hidupmu nanti) pesannya lagi. (Hahaha, awas kubilang Bapak ya, biar mampus kau) ancamku balik. Dia tak membalas lagi, Ayah mertua memang orang yang paling dia takuti, entah apa motifnya pura-pura jadi lajang, sudah punya anak istri di kampung, konon istrinya kerja dan membantu biayanya kuliah S 2, dia malah pacaran lagi, anak polisi pula. Sembilan bulan sudah kandunganku, tinggal menunggu hari melahirkan, Bang Raja sudah kuberitahu, akan tetapi dia tak bisa datang walau hanya sekedar menyaksikan kelahiran anaknya. Sedihnya hatiku. "Sabar, Dina, memang begini resiko punya suami polisi, kau masih lumayan, ada kami d
Suamiku PolisiPart 33Kasihan Ayahku, sudah cerai pun dari Ibu masih tetap diganggu Ibu dan Kak Mila. Jika korban perceraian biasanya anak, yang terjadi pada kami malah sebaliknya. Ayahlah yang jadi korban. Menanggung malu dan kini hidup sebatang kara."Jangan kasih Kak Mila datang napa, Yah?" kataku kemudian."Bagaimana ya, Dina? si Mila kan dari lahir sudah di situ, setahu orang itu lah rumahnya, pernah juga kuusir, tapi jadinya Ayah yang dituduh tetangga orang tua yang membuang anak sendiri. Untuk menjelaskan Ayah sudah malu, sudah capek," kata Ayah lagi."Kurang ajar Kak Mila itu, aku jadi geram Ayah, kalau membunuh tak berdosa, sudah kubunuh dia," kataku geram."Jangan bilang seperti itu, Dina, sudahlah, Ayah mengalah saja, sekarang lagi menjual rumah, jika laku Ayah akan pindah jauh, mulai hidup baru lagi," kata Ayah."Iya, Ayah."Seminggu di Palembang, Ayah akhirnya pulang kembali ke
Suamiku PolisiPart 34"Maaf, ya, Dek, Abang gak bisa bantu mamak?" kata Bang Raja, sesaat setelah ibuku pergi."Iya, Bang, gak usah dibantu," jawabku kemudian.Memang aku tak ingin Bang Raja membantu Ibuku, apalagi kalau untuk urusan nagih, bukan pula hutang yang mau ditagih, hanya urusan bisnis mereka yang belum jalan.Sore itu kami silaturahmi ke rumah Ayah, Ayah menyambut kami dengan gembira. Beliau tampak makin sehat, di usia 58 tahun, dengan kuasa Allah, ayah sehat lagi, padahal sempat sakit selama lima tahun."Tugas di mana Raja sekarang?" tanya Ayah."Itulah, Pak, tugasnya jauh, jadi kami datang mau sekalian titip Dina dulu." kata Bang Raja."Memang Dina gak ikut?""Untuk sementara kurasa belum bisa, Ayah, karena lokasinya jauh dan tempat tinggal di mess, rencananya aku mau cari rumah layak dulu, baru jemput Dina," kata Bang Raja."Oh, gitu, baik, aku akan jaga Din