Share

59 Tak Tega Rasanya

Dua hari setelahnya, aku dan Rani duduk dalam satu ruangan di ruang makan. Kami duduk berdua memulai sarapan pagi. Sementara Mba Parni langsung pulang ke rumahnya setelah membantuku membereskan pekerjaan rumah.

Ada beberapa perubahan yang ditampilkan Rani saat ini. Tingkah lakunya yang menjadi lembut kepadaku serta tutur bahasanya yang sopan.

Berkali-kali Rani mengutarakan rasa bersalahnya dan meminta maaf kepadaku. Aku melihat kini dia telah bersungguh-sungguh.

Lalu bagaimana dengan prilaku seksnya yang berlebihan? Aku mempertanyakan itu pada Rani karena dia tak bisa hidup tanpa itu.

"Rani, bagaimana kalau kamu menikah," saranku di tengah-tengah aktivitas sarapan pagi kami.

Rani sedikit tercengang saat mendengar saran dariku. "Mengapa Mamah tiba-tiba berbicara soal pernikahan?" Dia malah berbalik tanya.

"Mamah hanya tidak mau kalau kamu berbuat zina lagi. Bukankah pernah kamu katakan kalau kamu memiliki gairah seks berlebihan." Aku mengutarakan kekhawatiranku.

"Iya, Mah. Itu memang b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Prapto Vera
kasihan juga kalau rani kayak gitu. semoga saja fery bisa bertaubat juga. biar bisa bersatu dengan rani
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status