Perdebatan tidak hanya berakhir di kamar Tia. Alex yang masuk ke dalam kamarnya dan disusul Susan ! Lantas membuat keduanya kembali berdebat. Susan tidak terima dengan sikap Alex yang acuh dan tidak peduli padanya. Sikap Alex itu menunjukkan kalau ia tidak senang Susan kembali, padahal waktu dulu Alex sangat menyayanginya."Mas, kamu kenapa ? Harusnya kamu bahagia karena aku sudah kembali, dan kita bisa hidup bahagia seperti dulu lagi" protes Susan yang baru masuk dari pintu."Susan, tolong jangan terlalu memaksaku seperti ini. Berikan aku waktu untuk memikirkan semua ini" Alex lagi-lagi menjawab Susan dengan jawaban yang sama dengan yang sebelumnya."Mas, kamu selalu meminta waktu untuk berpikir. Apa yang harus kamu pikirkan ?" Protes Susan.Alex menghela napas dengan kasar "sebelum kita kembali bertemu ! Aku sudah menikah dengan wanita lain, yaitu Vania. Jadi aku butuh waktu untuk berpikir, karena aku tidak mau meninggalkan Vania. Dia sudah banyak berkorban jadi aku tidak mungkin me
Satu hari Alex tidak bisa nyaman di kantor. Susan mengirimkan foto-foto yang dikirim Donna kepadanya. Alex bukan takut kepada Susan, tetapi ia khawatir jika Susan akan menemui Vania dan melakukan kekerasan.Alex sudah berkali-kali menghubungi nomor Vania, tetapi tidak satupun yang terhubung. Ponsel wanita cantik itu tidak aktif dari siang hingga sore. Tadinya Alex ingin mengingatkan Vania, jika ada yang mengetuk pintu jangan dibuka. Jika bukan karena ia ada meeting dengan klien ! Alex pasti sudah menemui Vania ke apartemen. Tetapi pertemuan kali ini sangat lah penting, sehingga tidak bisa ditinggalkan atau diwakilkan.Dan kekhawatiran Alex benar-benar terjadi. Saat ini Susan sedang dalam perjalanan menuju apartemen Vania. Ia ingin bicara dengan putrinya tentang foto itu dan tentang janji Vania yang diucapkan sewaktu mereka masih di desa Gunung Raya.Tok....tok....tok... Sudah mengetuk pintu apartemen Vania. Ia hanya menunggu dua menit dan pintu pun terbuka."Ibu" ucap Dita yang baru m
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi Alex masih terlihat santai duduk di ruang tamu bersama Dita. Keduanya saling berbincang dan menikmati cemilan yang Vania beli tadi siang dari supermarket. Sementara Vania hanya diam di dalam kamar. Ia sama sekali tidak berniat untuk bergabung dengan Alex dan adiknya Dita. Pikirannya semakin kacau mengigat dirinya yang belum datang bulan dari bulan kemarin, sedangkan sekarang sudah awal bulan. Itu artinya dia sudah terlambat sebulan.Vania menjatuhkan bokong di atas sofa, ia memandang keramaian ibu kota dari balik kaca kamarnya. Vania berkali-kali membuka sebuah aplikasi, dan mencari tanda-tanda orang yang sedang mengandung.Ada beberapa tanda-tanda yang tertulis di sana, sesuai dengan yang ia rasakan saat ini. Salah satunya, sudah tidak datang bulan, yang kedua emosinya mudah turun naik, dan yang ketiga, ia sering merindukan sentuhan dari Alex. Hal itu membuat Vania sudah tidak sabar lagi menunggu pagi, agar ia bisa membeli tes kehamilan
Vania menyandarkan kepala di tembok sambil memandang keramaian ibu kota dari lantai 7 apartemennya. Ia sangat pusing setelah melihat hasil tesnya. Benda kecil dan panjang itu menunjukkan dua garis merah, yang menandakan kalau Vania positif hamil. Ia bukan tidak bersyukur atas rezeki yang diberikan Tuhan, namun waktunya saja yang belum tepat. Vania mengelus perut ratanya dengan lembut, dan berharap janin yang ada di dalam rahimnya saat ini baik-baik saja. Karena bagaimanapun, ia harus merawatnya dan tak mungkin membuangnya."Kakak kenapa belum makan ? Dari tadi kakak hanya diam di dalam kamar" ucap Dita yang baru masuk dari pintu. Ia sudah beberapa kali mengajak Vania untuk makan siang. Tetapi wanita cantik itu selalu menjadi, iya, namun ia tidak kunjung ke luar dari kamar."Eh...Dita" sahut Vania yang terkejut mendengar suara adiknya "kakak belum lapar Dita" lanjutnya."Ini sudah jam 3 loh kak. Nanti asam lambung kakak kambuh kalau sering terlambat makan" protes Dita, ia khawatir kare
"jangan bicara sembarangan anak kecil. Tahu apa kamu tentang persahabatan kami ? Aku dan Susan sudah bersahabat sejak duduk di bangku SMP" protes Donna. Ia tidak terima dengan ucapan Dita."Sudahlah Don. Dia itu masih anak-anak. Kamu jangan ambil hati dengan ucapan Dita" sahut Susan."Baiklah Susan. Kalau bukan karena kamu ! Aku pasti sudah memberikan pelajaran bagi orang yang tidak bisa menjaga mulutnya. Untung saja dia putri angkat kamu" sahut Donna. Ia menatap Dita dengan tatapan sinis."Jadi bagaimana Vania ? Apa kamu sudah punya jawaban kapan kamu pergi dari kota ini ?" Ucap Susan kepada Vania."Iya ibu, aku mohon berikan Vania waktu" jawab Vania."Oke, ibu berikan kamu waktu sampai besok pagi" ucap Susan "ayo Don, kita pergi" lanjutnya untuk mengajak Donna.Vania hanya diam melihat punggung Susan menghilang di balik pintu. Ia sudah tidak memiliki semangat lagi untuk pergi kuliah. Hati dan pikirannya sedang kacau bagaikan benang yang kusut. Ia ingin sekali pergi dari kota Jakarta
Keduanya berbagi tugas, Andrian mencoba mencari Vania dan Regina ke hotel. Sedangkan Alex kembali ke kediaman Winata. Ia yakin kalau Susan pasti mengetahui ke mana dan di mana Vania berada. Alex melajukan mobilnya membelah jalan ibu kota, ia sudah tidak sabar lagi untuk segera tiba di kediaman Winata. Alex berkali-kali memukul stir mobil untuk melampiaskan kekesalannya.Setelah tiba di kediaman Winata ! Alex segera turun dari mobil, ia melemparkan kunci kepada sopir pribadi untuk memasukkan mobilnya ke dalam garasi. "Susan, Susan" panggil Alex dengan nada yang tinggi dari lantai bawah. Sontak membuat semua penghuni mansion itu bangun dan ke luar dari kamarnya masing-masing."Ada apa sayang ? Kamu kenapa berteriak tengah malam seperti ini ?" Ucap Felicia yang baru ke luar dari kamarnya."Iya ada apa daddy ?" Sahut Tia. "Susan, Susan" Alex bukannya menjawab pertanyaan Tia dan Felicia, tetapi ia justru kembali berteriak memanggil Susan."Ada apa mas ?" Terdengar suara lembut Susan dari
Satu bulan telah berlalu, Vania sudah memulai hidup baru di kota Bandung, ia juga sudah kuliah sambil bekerja di sebuah kafe. Walaupun Vania masih memiliki banyak tabungan dan Susan selalu mengirimnya uang tiap Minggu ! Tetapi Vania tidak malas untuk bekerja, karena Vania harus menyiapkan segalanya untuk janin yang ada di dalam kandungannya saat ini. Sebelum kandungannya terlihat jelas dan diketahui Susan ! Vania ingin pindah dari apartemen itu dan mencari tempat lain yang tidak diketahui Susan. Vania yakin, jika Susan sampai mengetahui kalau ia sedang mengandung anak Alex ! Susan pasti semakin membencinya. Jadi sebelum semuanya semakin kacau, Vania memilih bersembunyi sampai anaknya lahir dan hal itu lebih aman baginya dan calon anaknya."Apa kakak tidak kuliah hari ini ?" Tanya Dita yang sedang berbaring di ruang keluarga sambil menonton televisi."Hari ini tanggal merah adikku sayang" sahut Vania."Oh iya, aku lupa" ucap Dita "berarti hari ini kita bisa jalan-jalan keliling Bandung
Alex yang sedang meeting bersama karyawan, tiba-tiba melihat layar ponselnya menyala dan sebuah pesan masuk. Di sana terlihat jelas nama yang mengirim pesan untuknya. Awalnya Alex hanya mengabaikannya, tetapi entah mengapa tiba-tiba ia penasaran ingin mengetahui isi dalam pesan itu. Selama ini Alex selalu mematikan ponselnya tiap kali meeting, tetapi semenjak Vania pergi ! Alex selalu menghidupkan ponsel, dan berharap Vania menghubunginya. Sebelum Alex ke luar dari ruangan, ia meminta manajer untuk melanjutkan meeting.*Lex, Vania masih di Jakarta ?* Pesan singkat yang masuk di ponsel Alex.Tanpa membalasnya, Alex langsung menghubungi Biyan."Hallo bro" suara dari seberang sana."Iya bro. Bagaimana kabarmu ?" Sahut Alex."Baik, kamu bagaimana ? Baik juga kan ?""Ya begitulah" sahut Alex dengan napas yang menderu. "Oh iya, kamu kenapa bertanya tentang Vania ?" Lanjutnya."Oh itu ! Kemari aku melihat wanita yang mirip Vania di rumah sakit Graha Bunda" "Ha....yang benar bro ? Kenapa k