Satu malam Alex tidak kembali ke apartemen, ia menginap di rumah sakit untuk menemani Tia menjaga Susan. Tadinya ia ingin pulang ke apartemen, tetapi Alex tidak tega menolak permintaan Tia.Tepat pukul 6 pagi, Alex sudah meninggalkan rumah sakit dan kembali ke apartemen, ia sudah takut jika Vania akan marah kepadanya. Namun dugaan Alex salah, justru Vania menyambutnya dengan senyuman manis."Abang sudah pulang ?" Ucap Vania."Iya sayang" Alex mencium kening dan bibir Vania sekilas."Bagaimana keadaan i..." Vania menghentikan ucapannya. "Bagaimana keadaan Susan ?" Lanjutnya.Alex melingkarkan satu tangan kekarnya di pinggang Vania yang sudah semakin melebar karena mengandung. "Susan baik-baik saja sayang. Dia tidak apa-apa, bahkan dokter sudah mengizinkannya untuk pulang hari ini" "Benarkah ?" Tanya Vania."Iya sayang, luka di tangan Susan tidak begitu dalam. Yang membuat dia tidak sadarkan diri, karena terlalu lemah. Soalnya selama tiga hari ini Susan tidak makan" ucap Alex dengan ju
Hujan deras membuat suasana di pagi hari terasa dingin, namun berbeda dengan suasana hati Vania. Wanita cantik yang tengah hamil 5 bulan itu, merasa panas akibat kebohongan suaminya. Bahkan satu malam ini ia tidak bisa tidur. Vania penasaran kenapa Alex harus berbohong kepadanya, sedangkan ia sudah terlebih dahulu mengajak Alex untuk melihat keadaan Susan ke kediaman Winata.Ting....suara pesan masuk di ponsel Vania. Ia dengan lembut meraih ponsel miliknya dari atas meja kecil yang terletak di samping tempat tidur.Setelah mengusap layar ponselnya ! Seketika butiran bening menetes dari kedua bola mata Vania. Susan mengirimkan sesuatu, bukan pesan melainkan sebuah foto."Aku tidak boleh egois, ibu Susan adalah istri bang Alex" ucap Vania dengan lembut. Ia berusaha mengusir rasa cemburu yang ada di dalam hatinya. Vania mematikan ponsel lalu menaruhnya kembali ke atas meja. Ia menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, saat Vania dan Alex tiba di kediaman Winata. Felicia menyambut Vania ke pintu utama. Ia mencium kedua pipi menantunya itu dan mengelus perut buncit Vania dengan lembut."Mama kenapa tidak memberitahuku" protes Alex pada Felicia."Mama sengaja tidak memberitahukannya. Soalnya mama ingin membuat kejutan" jawab Felicia."Mama ada-ada saja. Kalau mama memberitahukannya, aku dan Vania bisa jemput mama ke bandara" gerutu Alex."Kalau mama beritahu ! Enggak kejutan lagi dong" bantah Felicia. Ia tidak mau kalah dari putranya."Terserah mama saja. Yang penting mama sudah tiba di rumah dengan selamat" ucap Alex. Sementara Vania hanya tersenyum melihat perdebatan antara suami dan mertuanya."Oh iya sayang, kamu mau makan apa ? Biar mama buatkan" tanya Felicia kepada Vania. Keduanya duduk bersampingan, sedangkan Alex duduk di hadapan mereka."Vania masih kenyang mah, tadi sebelum ke sini ! Vania sudah makan dari rumah" jawab Vania. Sebenarnya ia mengin
Setelah 1 Jan 23 menit, akhirnya Alex dan Susan saling mencapai kenikmatannya. Susan tersenyum bahagia karena benih cinta Alex sudah membasahi dinding rahimnya yang sudah kering selama 10 tahun ini."Terima kasih mas" Susan memeluk Alex yang terbaring di sampingnya.Susan melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, tetapi baru saja ia akan mengunci pintu, Alex tiba-tiba muncul. Pria tampan itu masuk ke dalam kamar mandi lalu menutup pintu.Susan berpikir kalau mereka akan mandi bersama, tetapi dugaannya salah. Alex justru menghidupkan shower dan kembali menikmati kedua gunung kembar Susan. Ia menuntun tangan wanita cantik itu untuk menggenggam benda tumpulnya yang sudah berdiri sempurna."Mas aku masih capai" ucap Susan dengan nada yang manja."Bukankah ini yang kau inginkan sayang ?" Bisik Alex di tengah-tengah derasnya air shower."Tapi jangan sekarang" ucap Susan. Bibirnya bisa menolak tetapi tidak dengan tubuhnya. Ia sama sekali tidak menolak sentuhan dari Al
Satu Minggu telah berlalu, hubungan Vania dengan Alex masih dingin. Wanita cantik itu tidak pernah mau bersentuhan dengan Alex. Tetapi ia tetap melakukan tugasnya sebagai istri, yaitu menyiapkan sarapan dan teh untuk suaminya."Sayang, abang berangkat dulu ya ?" Pamit Alex kepada Vania."Iya abang. Hati-hati di jalan" jawab Vania. Ia tetap mengantar Alex sampai ke pintu, tetapi tidak menjabat tangan pria tampan itu seperti biasanya.Sepanjang perjalanan menuju perusahaan Winata grup ! Alex memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa menyakinkan Vania. Alex sudah tidak sanggup lagi hidup satu atap dengan Vania tapi tidak saling bersentuhan. Bahkan Vania sudah satu Minggu ini memilih tidur di kamar Dita."Tuan, apa anda memikirkan sesuatu ?" Ucap sopir dari bangku pengemudi. Ia sebenarnya sudah satu Minggu ingin bertanya kepada Alex, tetapi pak Asep mengurungkan niat, karena ia merasa tidak pantas ikut campur dalam urusan rumah tangga bosnya."Iya, aku bingung bagaimana caranya agar Vania
Walaupun Alex sudah memaksa Susan untuk membuka mulut, tetapi wanita satu anak itu tetap saja tidak mengakui yang sebenarnya, justru ia mengatakan kalau Vania lah yang memintanya untuk kembali rujuk dengan Alex. Hal itu membuat Alex kesal dan marah, ia meninggalkan kediaman Winata tanpa menemui ibu dan putrinya terlebih dahulu."Abang sudah pulang ?" Ucap Vania saat membuka pintu dan melihat Alex."Vania aku ingin bicara denganmu, sekarang juga" bukannya menjawab pertanyaan Vania. Alex justru menggenggam pergelangan tangan Vania dan membawanya masuk ke dalam kamar."Ada apa abang ?" Tanya Vania. Saat ini mereka sudah berada di dalam kamar.Sebelum membuka mulut, Alex terlebih dahulu menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya dengan lembut. Ia melakukan itu, agar hatinya lebih tenang saat bicara dengan Vania. "Sayang, apa Susan bicara sesuatu kepadamu satu bulan yang lalu ?" Ucapnya.Wajah Vania seketika berubah menjadi pucat setelah mendengar ucapan Alex. Tetapi ia berusaha untuk tet
Saat tiba di apartemen, Alex bersikap biasa saja. Ia berpura-pura tidak tahu kalau Vania datang ke kantornya. Berbeda dengan Vania, wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu, terkejut melihat Alex kembali ke apartemen."Abang sudah pulang ?" Sapa Vania."Iya, Susan sedang sibuk. Itu sebabnya saya datang kemari" jawab Alex dengan santai."Ow...." Sahut singkat Vania. Ia melangkah menuju dapur, lalu membuat satu gelas teh untuk Alex."Terima kasih" ucap Alex."Sama-sama abang" sahut Vania.Ruangan itu kembali hening karena keduanya sibuk dengan ponsel masing-masing. Suasana saat ini sangat jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Biasanya Alex pasti bersikap romantis kepada Vania. Tetapi saat ini, jangankan romantis ! Untuk mendekati Vania saja, tidak. Pria tampan itu sibuk mengusap dan mengetik layar ponselnya sambil sesekali menikmati teh buatan Vania.Ting-nong ting-nong, suara nyaring ponsel Alex. "Iya Susan" sahut Alex setelah mengusap layar ponselnya.*Mas tolong jemput aku k
Satu bulan telah berlalu, kini usia kandungan Vania sudah memasuki 6 bulan. Wanita cantik itu semakin hari semakin sedih mengingat kalau 3 bulan lagi ia akan meninggalkan kota Jakarta, bukan hanya kota Jakarta, tetapi meninggalkan Alex juga. Vania wanita yang polos dan tidak munafik, hal itu membuat ia tidak terpikir untuk mengingkari perjanjian yang sudah ia tandatangani dua bulan yang lalu. Berbeda dengan Alex, pria tampan itu semakin hari semakin bahagia, ia sudah tidak sabar lagi untuk segera melihat calon bayinya yang berjenis kelamin laki-laki. Bahkan ia sudah mulai membangun rumah berlantai dua khusus untuk ia dan keluarga kecilnya. Tetapi hal itu belum diketahui Vania. Alex sengaja tidak mengatakannya kepada Vania, karena ia ingin memberikannya setelah Vania melahirkan sebagai tanda terima kasih karena sudah memberikan ia seorang putra."Abang pergi dulu ya ?" Alex mengecup kening dan bibir Vania sebelum meninggalkan apartemen."Hati-hati abang" Vania melambaikan tangan ke ar