Share

bagian 7

"iya, ada apa ya?" Tanya Allura saat melihat seorang wanita menatapnya tajam.

"Kamu karyawan baru ya disini?" Tanya wanita itu, yang namanya adalah Susi.

"Iya kenapa?" Tanya Allura lagi.

"Beliin aku makanan diseberang jalan sana!" Perintahnya.

"Maaf, bukannya sudah waktunya masuk kerja?"

"Iya terus kenapa? Saya mau kamu beliin aku roti diseberang jalan sana!"

"Baiklah istirahat nanti akan saya belikan," ucap Allura sambil tersenyum ramah.

"Sekarang! Cepat!"

"Tapi sudah waktunya bekerja."

"Kamu berani melawan saya? Saya ini calon istri pak Zevan," tegasnya, membuat Allura menatapnya tidak percaya.

Apa benar dia ini calon istrinya Zevan? Masa iya seleranya kaya Tante-tante kurang disentuh begini, pikir Allura.

"Maaf, saya tidak tahu, kalau begitu akan saya belikan," ujar Allura sambil menunduk.

"Pakai uang kamu dulu," ujar susi lalu melangkah pergi meninggalkan Allura yang menatapnya tidak percaya.

"Mudah sekali dia berbicara," gumam Allura lirih.

"Permisi pak, ini ada berkas yang perlu di tandatangani." Allura masuk kedalam ruanganan milik Zevan, untuk mengantarkan berkas yang perlu ditandatangani.

"Baiklah."

"Kenapa Ara? Apa ada masalah? Aku perhatikan dari tadi wajahmu terlihat kesal," tanya Zevan sambil menandatangani berkasnya.

"Tidak, hanya kesal dengan calon istrimu saja," jawabnya, lalu melangkah pergi meninggalkan ruangan Zevan, membawa berkas yang telah selesai ditandatangani.

"Calon istri?" Gumam Zevan.

"Heh kamu! Cepat buatkan saya kopi!" Ucap Susi menghentikan langkah Allura.

"Maaf, bukannya sudah ada OB ya?" Tanya Allura.

"Terus kenapa? Saya maunya kamu yang membuatnya." Sepertinya wanita ini senang sekali mencari masalah.

"Akan saya minta OB untuk membuatkan." Tanpa meminta persetujuan dari susi, Allura melangkah meninggalkan wanita itu. Tetapi langkahnya terhenti ketika Susi menahan tangannya.

"Apa kamu tuli, haa? Saya minta kamu yang buatkan bukan OB." Suara Susi yang cukup keras, membuat karyawan lain hanya mengelus dada. Sudah biasa bagi mereka melihat susi seperti itu.

"Saya bukan OB, jadi kamu tidak bisa menyuruh saya. Silahkan minta dengan yang bertugas." Allura menghempaskan tangannya, hingga terlepas dari tangan Susi yang menahannya.

"Kurang ajar!" Umpat Susi, sambil menatap tajam Allura yang sudah menjauh darinya.

"Bukankah, Susi itu sudah keterlaluan?" tanya seorang karyawan wanita kepada temannya.

"Iya, mana mengaku-ngaku calon istrinya pak Zevan lagi, memangnya pak Zevan mau sama sama dia," jawab temannya.

"Aku dengar, katanya akan ada sekertaris baru yang masuk hari ini, apa mungkin wanita tadi?"

"Seperti begitu, hanya dia saja yang masuk hari ini kan?"

"iya, kalau benar dia sekertaris barunya, keliatannya dia cocok sama pak Zevan."

"Benar, dari awal masuk wanita tadi kelihatan ramah, tadi aku sempat disapa olehnya."

"Kalian ini membicarakan apa?" tanya seorang pria yang juga karyawan seperti mereka.

"Apa kamu lihat wanita yang baru masuk hari ini?" tanya Dewi, salah satu karyawan wanita tadi.

"Lihat, aku dengar ada sekertaris baru yang masuk hari ini, mungkin wanita itu," jawab Budi.

"Menurutmu apakah pak Zevan dan wanita tadi itu kelihatan cocok?" tanya Lilis.

"Hmmm, sepertinya memang cocok. Sudah cantik, ramah lagi, tadi banyak karyawan yang disapa olehnya."

"Kalau tidak salah namanya, Allura." tambahnya.

" Namanya cantik, seperti orangnya," ujar Lilis.

"Heh, kalian!" Susi menatap mereka dengan tajam.

"Sekarang waktunya bekerja, bukan malah bergosip."

"Iya ini kita mau bekerja lagi," ujar Dewi, yang langsung kembali ketempat ia duduk.

"Hanya karyawan aja belagu," sindir Susi, menatap mereka sinis.

"Apa aku tidak salah dengar? yang belagu itu kita atau kamu? kamu kan juga cuma karyawan disini, bedanya kamu lebih senior, sedangkan kita baru beberapa bulan disini," cetus Lilis, yang merasa jengah dengan Susi, yang suka semena-mena kepada karyawan, yang baru beberapa bulan masuk.

"Aku memang karyawan, tapi lihatlah setelah aku menikah dengan pak Zevan, kalian semua akan aku pecat," ucap Susi, membuat karyawan disana menahan tawanya.

"Hahaha, bangun ini sudah pagi, kebanyakan mimpi," ucap Lilis yang tidak bisa menahan tawanya.

"Hahaha." Budi juga tidak bisa menahan tawanya.

"Awas kalian!" umpat Susi, lalu pergi menghentakan-hentakkan kakinya.

"Huuu, dasar," teriak mereka semua, yang juga kesal dengan susi.

"Ada apa ini?" Tanya pak Alex-menejer keuangan.

"Tidak ada apa-apa pak," jawab Budi.

"Silahkan kembali bekerja," pinta pak Alex, lalu melangkah pergi.

"Baik pak," ucap mereka semua serentak.

Malam harinya, di kediaman Zevan mereka semua tengah berkumpul di ruang keluarga, setelah selesai makan malam.

"Bagaimana kerjanya, sayang?" Tanya mommy Shofie membuka percakapan.

"Lancar mommy, mereka semua sangat ramah," jawab Allura sambil tersenyum.

"Baguslah kalau begitu," ujar mommy Shofie.

"Oh iya, tadi kamu bilang calon istri, apa maksudnya itu?" Tanya Zevan membuat mereka semua menatapnya.

"Calon istri? Apa kamu punya pacar Van?" Tanya Daddy Johan.

"Tidak ada Dad." Jawab Zevan singkat.

"Tadi itu di kantor, ada wanita minta belikan roti di seberang jalan. Tapi sudah waktunya untuk bekerja, jadi mau Ara belikan saat waktu istirahat makan siang, karena Ara juga lumayan sibuk. Tetapi wanita itu malah marah-marah, dia bilang katanya dia itu calon istrinya Zevan."

"Mana dia tidak memberikan Ara uang," gerutunya.

"Kurang ajar siapa wanita itu?" Tanya Zevan, yang terlihat marah mendengar penjelasan Allura.

"Ara juga tidak tahu."

"Bagaimana ciri-ciri wanita itu sayang?" Tanya Daddy Johan.

"Ciri-ciri nya seperti Tante-tante kurang disentuh," jawab Allura santai, tetapi membuat mommy Shofie tertawa.

"Hahaha, kamu bisa aja sayang," ujar mommy Shofie.

"Apakah ada wanita yang seperti itu di kantor?" Tanya Daddy Johan sambil menahan tawanya.

"Ada Daddy, pokoknya wanita itu berpakaian paling beda dari yang lain," sahut Allura.

"Van besok kamu cari wanita itu, Daddy tidak suka ada wanita seperti itu di kantor."

"Siap, Dad. Zevan juga tidak suka, seenaknya saja wanita itu mengaku-ngaku jadi calon istrinya Zevan, padahal Zevan kan tidak punya pacar," gerutu Zevan membuat Daddy Johan tertawa.

"Hahaha, mangkanya segeralah cari pacar, biar tidak jomblo terus," ejeknya.

"Carikan Dad," pinta Zevan, sambil mendengus kesal.

Sementara itu mommy Shofie dan Allura sedang sibuk sendiri, membahas tentang wanita tentunya.

"Lihatlah mommy mu, kalau sudah bertemu dengan wanita yang se frekuensi, akan lupa dengan kita," tunjuk Daddy Johan.

"Biarlah, namanya juga wanita," ujar Zevan, diam-diam ia tersenyum kecil, melihat Allura yang terlihat akrab dengan mommynya.

"Mas bagaimana kalau lusa kita pergi berlibur, sudah lama kita tidak pergi berlibur," ajak mommy Shofie. seperti sangat menyenangkan pergi berlibur bersama, pikirnya.

"Wah, boleh juga, rencana mau pergi kemana mom?" Tanya Zevan antusias.

"Kamu ini semangat sekali, biasanya saat kita ada rencana mau liburan, kamu tidak ikut dan malah pergi bersama teman-teman mu," sindir Daddy Johan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status