“Kita mau kemana?” tanya Kanisa, menoleh pada Tendero yang sedang menyetir di sebelahnya. Tendero tersenyum melirik sekilas pada Kanisa dan kembali fokus menatap jalanan di depan. “Acarannya akan dimulai nanti malam, sekitar jam 8. Makannya sebelum kita pergi ke pesta, aku akan membawamu ke mall dan kelinik kecantikan terlebih dulu. Selama ini kamu sudah terlalu lama diam di mansion dan tidak jalan-jalan keluar selain disekitar halaman mansion. Makannya, sekarang kamu boleh belanja dan mempercantik dirimu, sepuas yang kamu mau.” “Tapi bukankah kita sudah sepakat akan pergi jalan-jalan seusai pesta nanti malam?” “Mumpung sekarang masih ada banyak waktu, kenapa tidak dimanfaatkan. Setelah pesta nanti kita juga akan jalan-jalan lagi ke tempat-tempat yang kamu inginkan.” Tendero meraih tangan Kanisa yang berada di pangkuan wanita itu dan menggenggamnya dengan lembut. “Enjoy baby,” ucapnya kemudian mengecup punggung tangan Kanisa. Kanisa hanya bungkam, menatap Tendero yang meliriknya
“Ya rabb, musnahkan Maharani Nurpalah.” “Ya Allah, hancurkan Maharani Nurpalah.” “Ya Allah, lenyapkan Maharani Nurpalah.”Pencela dia selalu berkata kasar, dia selalu berbicara keburukan, dia selalu berbuat keburukan dan kejahatan namun dia tak pernah mengetahui setiap kejahatan dan keburukannya sendiri. Dia selalu mementingkan dirinya dengan mengorbankan yang lain. Dia selalu lebih perduli pada dirinya sendiri dengan mengorbankan yang lain. Pencela itu tidak tahu apa pun. Dia tak pernah mengetahui apa pun dan tidak pernah perduli apa pun. Dia selalu berbuat keburukan dan kejahatan tanpa takut dengan dosa. Dia tak perduli dengan dosa, itu sebabnya dia tak pernah merasa takut dalam berbuat kejahatan dan keburukan. Dia selalu berbuat berbagai kejahatan dan keburukan namun sekalipun dia tak pernah menyadari akan dosa dosa dari setiap kejahatan dan keburukannya. Kemalasan yang tidak dapat, apa pun. Kemalasan yang tidak dipahami oleh apa pun. Kemalasan yang selalu tertidur di kegelapan.
“Aku tak paham dengan perubahan akhir-akhir ini,” Alwar menatap jendela disampingnya yang berembun. Hujan deras menimpa kota kelahiranya sejak dari tadi malam bahkan sampai siang menyapa hujan tak kunjung berhenti juga. Alwar merasa heran saja bagaimana bisa hujan datang di saat belum musimnya. Seorang paman tua memanggil Alwar dan Alwar pun segera menghampiri sang paman yang baru saja memanggilnya tersebut. “Apa ada hal yang aneh dari jendela yang kau tatap terus itu,” ujar sang paman kemudian menatap Alwar. Alwar mengerutkan keningnya, “Aku tak tahu kalau paman memerhatikanku.” Paman itu mengedikan bahunya, “Entah lah. Aku hanya merasa heran saja, untuk apa kau terus menatap jendela tersebut.” Alwar kembali diam, “Hanya menatapnya saja, tidak lebih. Aku hanya heran saja kenapa hujan terus mengguyur meski sudah siang pun.” Tanpa menatap Alwar lebih lama, paman tersebut pergi dari hadapan Alwar dia mengambil payung lalu keluar dari toko, meninggalkan Alwar sendiri di toko tersebut
Malamnya kota itu tampak seperti sarang hantu yang tak pernah di tempati oleh siapa pun. Hawa yang dingin tampak mencekam, Radi melewati sebuah gerbang lalu dirinya sampai di sebuah pos penjaga yang dijaga oleh tiga sosok yang tengah bermain catur dengan teh dan kue sebagai cemilan mereka bertiga. “Permisi, apa ada orang yang datang ke tempat ini sebelumnya,” tanya Radi. Salah satu penjaga itu menatap Radi, “Tentu. Hanya untuk melayat itu pun sebentar setelah dia pergi lagi,” ucap sang penjaga tersebut. Radi agaknya kesal karena dia tak tahu kalau orang yang dicarinya itu sudah lebih dulu melayat. Tanpa berlama-lama di tempat itu Radi berpamitan dan segera pergi dari sana. *** Dionyus tak tahan ingin segera melarikan diri dari tempatnya berada. Begitu banyak antrian disepanjang toko hanya untuk membeli donat yang katanya sangatlah lezat. Padahal toko itu baru saja dibuka namun pelangganya sudah sangat banyak. Dionyus jadi merasa penasaran seenak apa donat itu kiranya. Karena rasa
Allah swt. Janji itu harus ditepati. Lantas mengapa Maharani Nurpalah tidak juga menepati janjinya. Janji apa itu. Janji untuk musnah dengan semua dosa dari setiap neraka. Maharani Nurpalah tidak menepati janji, janjinya akan musnah dengan semua dosa. Janji maharani nurpalah. Apa itu. Hancur, musnah, lenyap secara total sampai tidak ada wujudnya lagi di alam mana pun dengan semua dosa dosanya yang melampaui semua neraka. Bagaimana caranya memusnahkan Maharani Nurpalah dengan semua dosa. Bukan hanya dosa dosa saja masalahnya dengan semua wujud Maharani Nurpalah. Total. Paham total. Musnah. Tau tau musnah. Kok masih ada. Musnah tau gak sih. Maharani Nurpalah itu dajjal. Musnah. Itu janji Allah. Memusnahkan Maharani Nurpalah. *** Dirinya terbangun di tempat di mana semua itu begitu asing baginya. Tak pernah menyangka bahwa dirinya akan terbangun di tempat di mana segala sesuatu yang ada disekitarnya sangatlah asing. Melain, Aku bukan namun itu dirinya yang tak pernah mengetahui s
Setitik hitam rusak hati. Satu daun jatuh tertutuplah dunia. *** Tidak ada yang berarti di dunia ini. Apa yang pantas dari harga hidup? Tanpa arti tanpa makna. Yang ada hanyalah dendam yang tak berkesudahan. Hidup ini tak akan pernah menjadi damai sedikit pun, manakala dendam itu masih berselimut nan membara. Tak ada yang mampu memadamkannya. Tiada api tanpa asap, gejolak dari rasa panas yang terus menerus disiram oleh bengsin yang tiada henti, membuat api itu semakin besar dan semakin membesar. Kebohongan demi kebohongan yang terus dibuat demi menutupi dusta dari hidup yang terus berlanjut tanpa mampu berhenti. Ketidak adilan yang semakin merajalalela tanpa mengenal lagi mana itu kebenaran dari kejujuran. Dari kata yang berubah hanya seperti tong kosong yang bunyi nyarinya. Tidak ada kebenaran, cangkir yang kosong tanpa ada isi sama sekali. Maharani nurpalah. hancur. Musnah. Musnah. Musnah. Musnah. Semua memecah belah, tiada tujuan, tiada arah. Memecah tanpa ada yang sempurna sa
Jangan setengah-setengah kalau mau hancurin. Luar dalam semuanya aja hancurkan toh gak ada apa-apanya, lemah juga. Benar. tidak akan puas kalau semuanya belum hancur, kalau semuanya belum musnah secara utuh tidak akan puas. Belum puas. Sebab dirinya masih ada. secara keseluruhan tidak puas karena dirinya masih ada. Segalanya yang ada padanya masih ada tuh, masih utuh. Baru dalam saja yang hancur setengah, luarnya juga baru hancur sedikit. Jadi apa yang bisa dipuasin kalau semuanya masih ada. Segalanya masih ada padanya. Tidak puas. Sekali dibilangi kalau gak puas ya gak puas. Gak akan puas kalau baru hancur sedikit. Itu pun bukan termasuk dalam kategori hancur, tapi baru sedikit rusak. Sedikit saja kerusakannya. Dia tak pernah mengabulkan apa pun, dia hanya bermain-main saja dan itu yang membuat semuanya tidak puas. Bagaimana mau hancur kalau yang dikerjakan selama ini hanya main-main saja. Tidak sulit untuk menghancurkannya. Tidak sulit? Lalu untuk apa harus selama ini. Harus selam
Dia seorang hajah yang selalu dipandang. Hajah yang bisa segalanya. Hajah yang selalu menjadi idol bagi semuanya. Hajah yang selalu dipandang dan diikuti oleh segala hal. Hajah yang pintar dalam segalanya. Berbagai hal dia selalu menghafalkan segalanya. Segalanya, dia pintar dalam segalanya. Itulah Hajah yang selalu pintar dalam segalanya. *** Mama, itulah dirinya yang selalu mengembara di dunia mana pun. Mama, itulah dirinya yang selalu memahami apa pun. Mama, itulah dirinya yang tak dapat memahami dirinya. Jadi bagaimana caranya mempermalukan dia yang di langit, yang di bumi, dimana pun dirinya. Karena dia yang selalu berada dimana pun. Dia yang selalu berbuat kesalahan dan keburukan tapi tidak pernah di hukum. Dia yang selalu berbuat dosa namun tidak pernah terhukum. Dia yang selalu salah tapi tidak pernah mengakui kesalahan, keburukan dan dosanya. Jadi fakta, jadi fakta kalau yang berbuat keburukan dan dosa itu hanya seorang. Seseorang yang tidak pernah tahu diri, seseorang y