Andrew menepikan mobilnya dipinggir jalan, sebuah rumah tua dipesisir pantai tampak terlihat tidak jauh di sebelah kanan.
Tendero menurunkan kaca mobilnya. Menyipitkan matanya, melihat rumah tua namun terlihat elegan itu.
“Kau yakin tempatnya di sini?” tanya Tendero kepada Andrew.
“Iya bos, sesuai dengan alamat yang dia kirimkan,” jawab Andrew.
Tendero pun turun dari mobilnya. Di susul oleh Andrew.
“Kau sudah siapkan barangnya?” Tendero melirik Andrew yang berdiri disebelahnya.
Andrew mengangguk, “Sudah bos.”
“Kalau begitu cepat ambil. Kenapa diam saja,” omel Tendero.
Andrew nyengir lantas bergegas mengambil barang pesanan si calon pembeli yang dia taruh di bagasi mobil. Setelah mengambil barangnya yang ada di dalam koper. Mereka pun pergi menuju rumah itu dengan Tendero yang memimpin.
Suasana yang begitu hening dan menenangkan deng
Dengan cepat Kanisa menyusul Tendero.“Kau tidak berhak mengaturku terus. Biarkan aku bebas,” ucap Kanisa dengan lantang membuat Tendero langsung berhenti berjalan.Kanisa menatap tajam punggung Tendero hingga kemudian pria itu pun berbalik menatap Kanisa tajam.“Apa kau sudah lupa. Kau adalah jaminan pelunas utang keluargamu,” balas Tendero dengan suara dinginnya.“Aku akan melunasi utang-utang itu. aku akan membayarnya. Tapi aku mohon bebaskan aku, aku tidak ingin terus hidup bersamamu.”Tendero terkekeh kemudian dia tersenyum sinis. Dia lantas berjalan cepat menghampiri Kanisa dan mencengkram kasar kedua pipi wanita itu.“Memangnya kau mampu melunasi utang-utang itu huh.”Kanisa menepis kasar tangan Tendero yang mencengkram pipinya kasar kemudian menatap sinis pada pria itu.“Tentu saja. Aku akan berkerja keras lalu mengumpulkan uangnya untuk mel
Kanisa yang sedang terlelap dalam tidurnya merasa terusik karena ada pergerakan disekitarnya. Kedua matanya pun mengerjap sebelum kemudian terbuka, dia terkejut saat melihat Tendero sudah berada di atasnya, menghimpit badanya belum lagi dengan bau alkohol yang begitu menyengat tercium dari pria itu membuat Kanisa semakin kesal dan tidak nyaman.“Apa yang kau lakukan, lepaskan aku!” berontak Kanisa berusaha mendorong tubuh berat Tendero dari atas tubuhnya tapi sayangnya tubuh pria itu benar-benar berat.Tendero yang sudah tidak berpikir jernih lagi karena pengaruh alkohol yang cukup banyak dia tegak langsung menyerang Kanisa dan tidak membiarkan wanita itu lepas begitu saja. Setiap inci tubuh wanita itu kembali di jamah paksa oleh Tendero.Tendero benar-benar tidak terkendali hingga dia melampiaskan nafsu juga amarahnya yang menjadi satu kepada Kanisa tidak perduli meski Tendero melakukannya dengan kasar hingga membuat Kanisa menangi
Menutup pintu di belakangnya Tendero melangkah mendekati Kanisa lalu memeluk wanita itu dari belakang, menatap wajah Kanisa yang terlihat begitu murung dengan tatapan yang kosong. Itu membuat Tendero semakin terpukul, apa sebegitu tidak bahagiannya Kanisa tinggal bersamanya?“Kenapa kau tidak cepat mengeringkan rambutmu, nanti kau bisa sakit,” ucap Tendero tapi Kanisa tidak menggubrisnya sama sekali, wanita itu tetap pada posisinya.Tendero menghela nafas, tanpa berkata apa pun lagi dia pun berinsiatif mengeringkan rambut Kanisa secara manual dengan menggunakan handuk kecil yang baru saja Tendero ambil dari dalam lemari.Dengan gerakan lembut dan penuh ke hati-hatian Tendero mengambil rambut Kanisa lalu menggosoknya pelan dengan handuk hingga rambut-rambut itu mengering. Sesekali Tendero menatap wajah Kanisa melalui pantulan cermin dihadapannya. Wanita itu masih betah bungkam meski Kanisa sesekali juga mencur
Tendero membawa Kanisa menuju restauran yang tidak jauh dari hotel yang mereka tinggali.Tidak terlalu banyak makanan yang mereka pesan malam ini, hanya dua jenis makanan ditambah dua gelas minuman saja.Kanisa terlihat makan dengan lahap. Lebih tepatnya dia makan dengan cepat karena sengaja. Kanisa sudah tidak sabar ingin segera bertemu keluarganya. Rasa rindu terhadap keluarganya tidak mampu ditahan lagi olehnya.Sementara Tendero yang melihat bagaimana cara Kanisa makan dengan begitu cepat membuat dia mendengus dan beberapa kali menegurnya tapi Kanisa tidak mendengarkan perkataan Tendero hal itu pun tentu membuat Tendero kesal hingga pria itu mengancam Kanisa.“Makan dengan pelan Kanisa atau aku tidak akan jadi membawamu ke rumah keluargamu,” ancamnya sambil menatap Kanisa dengan tajam.Kanisa yang mendapat ancaman itu langsung mencebik sebal namun dia tidak membantah sama sekali. Akh
Tendero memelankan laju mobilnya begitu mobilnya menepi di depan rumah Kanisa. Mesin mobil pun mati.Kanisa segera melepaskan sabuk pengamannya begitu pula dengan Tendero. Mereka berdua keluar dari dalam mobil.Setelah menutup pintu mobil Kanisa berjalan cepat menghampiri rumah keluarganya itu dengan tidak sabar dia mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali. Tendero yang melihat tingkahnya itu hanya bisa menggelengkan kepala lantas menghela nafas panjang sebelum kemudian dia menghampiri Kanisa.Pintu rumah terbuka, memunculkan sang adik yang ternyata membukakan pintunya.“Kakak,” ucap Sesa kemudian mereka berpelukan, melepas rindu.“Kakak baik-baik saja kan?” tanya Sesa menatap sang kakak dengan cemas.Kanisa tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya.“Kakak baik-baik saja, buktinya kakak ada dihadapanmu,” jawab Kanisa berbohong. Mana mungkin Kanisa menceritakan
Hallo selamat datang di cerita ini. Tendero dan Kanisa come back lagi. Semoga kalian menyukai cerita ini yah.Jangan lupa setelah membaca mohon tinggalkan jejaknya dengan memberikan ulasan pada cerita ini sebagai bentuk dukungan. Jika berkenan boleh juga kasih krisar di kolom komentar.Terima kasih.Selamat menikmati :)***Kanisa berulang kali mengubah posisi tidurnya. Namun tetap saja dia tidak bisa tidur juga, padahal sekarang jam sudah menunjukan pukul dua belas malam. Seberapa keras pun dia berusaha menutup matanya, kedua matanya itu tetap akan terbuka lagi dan lagi.Dengan kesal Kanisa bangkit terduduk. Tangannya bergerak mengusak kasar rambutnya, dia menatap sekelilingnya dengan hampa.“Ck, kenapa aku tidak bisa tidur juga sih,” gerutunya pelan.Kanisa kemudian bangkit berdiri. Berjalan mendek
Dengan sekali tendangan pria bertubuh besar dan terlihat memakai masker putih itu berhasil menendang pintu rumah hingga terbuka dengan kasar. Kanisa, Sesa dan Indrina menjerit ketakutan dan juga merasa terkejut.Abimanyu tidak tinggal diam. Saat dia melihat pria itu mulai berjalan masuk ke dalam rumah pun segera melawan pria itu dengan menggunakan kapak di tangannya. Tapi pria itu cukup terlatih sehingga serangan demi serangan yang dilayangkan Abimanyu kepadanya sangat mudah dia tangkis bahkan dengan mudahnya dia memukul mundur Abimanyu hingga pria itu terlempar.“Ayah!” teriak Sesa saat melihat sang ayah di injak kasar oleh pria jahat itu.Kanisa yang merasa kesal dan tidak bisa tinggal diam begitu saja melihat ayahnya dilukai oleh pria tersebut pun mengambil pas bunga yang ada disekitarnya. Kanisa berlari dan memukul kepala pria itu dengan menggunakan pas bunga itu hingga pas bunga itu pecah sementara kepala belakang pria itu terl
Mobil jenis Ferari La Ferari berwarna hijau itu terlihat melesat cepat di jalanan malam beradu dengan dingin malam kota jakarta. Tidak jauh di belakangnya mobil hitam jenis Lamborgini versi terbatas tampak melesat berusaha mengejarnya. Di balik kemudi, Tendero terlihat menatap tajam mobil Ferari La Ferari berwarna hijau di depannya itu, dia semakin menambah kecepatan mobilnya tidak ingin sampai kehilangan jejak si pengemudi mobil hijau itu.Sementara itu orang yang tengah mengendari mobil Ferari La Ferari berwarna hijau itu hanya tersenyum miring, menatap mobil Tendero yang mengejarnya melalui kaca spion dengan pandangan meremehkan.Di tengah-tengah pekatnya malam itu kedua mobil mewah itu terlihat saling beradu dan menabrakan diri satu sama lain berlomba untuk menumbangkan sang lawan.Decitan ban yang silih beradu dengan aspal jalanan terdengar nyaring memenuhi malam itu. Jalanan yang sepi dari pengendara