Bab 58Terhitung empat kali ini aku berkunjung ke rumah keluarga Adelia ini, sekali pun aku tak pernah memperhatikan perut dari istri Pak Supar itu. Orangnya memang kurus sih dan memang sepertinya saat ini sedang hamil, mungkin ditebak usia kandungannya sekitar lima atau empat bulan. Kenapa aku sangat kaget dengan kehamilan seorang wanita meski dia punya suami? Karena menurutku usianya sudah terlalu tua untuk memiliki anak. Usia almarhumah Adelia dan Arum mungkin sepantaran Fika, jadi kurasa umurnya pun tak jauh beda denganku, mungkin sekitar empat puluh lima, usia yang rawan sekali untuk hamil."Kenapa kok muka Ibu Dewi terlihat kaget gitu? Apa aku hamil itu sesuatu yang nggak mungkin?!" Bu Supar seperti mengerti yang ada dalam hatiku saat ini, sehingga dia kembali berucap dengan sewot."Bu---" Pak Supar sepertinya sungkan dengan sikap sang istri yang memang tak sopan, tetapi dengan satu kali kerlingan mata sang istri saja, lelaki itu sudah langsung kembali terdiam."Usia Bu supar
Bab 59Pov Author Dari kunjungan ke rumah Adelia untuk yang terakhir kali ini, Dewi pun jadi tahu jika sesungguhnya Bu Supar dulu tak begitu suka dengan kedua putri kembarnya. Malah saat ini dia sangat bersyukur jika keduanya telah meninggal dunia. Karena menurutnya itu membawa kesenangan tersendiri. Hidup memang pilihan dan setiap orang pun memiliki cara pandang yang berbeda. Awalnya memang Dewi tak suka dengan cara pandang Bu Supar, tetapi kembali tentu itu bukan hal dia. Jadi, akhirnya dia pun pamit pulang dan janji tak akan datang kembali ke rumah itu.'Aku punya niat baik yang tak diterima, jadi mulai sekarang aku janji pada diri sendiri untuk lebih menyayangi Lio, anggap saja dia kini telah menjadi sebatang kara!' gumam Dewi dalam hati sambil menatap sedih pada Lio.Berarti memang Adelia dulu telah tahu jika Bu Dewi akan merawat anaknya lebih baik dari pada Sang ibu kandung sendiri.***Sementara itu, di luar kota Hasan mendapatkan banyak sekali godaan. Karena memang sebenarny
Bab 60Pov Fika"Kamu harus fokus pada kuliah kamu saja ya, Nak. Mama dan Papa sudah kembali berbaikan. Insyaallah keluarga kita pun akan jadi membaik seperti dulu. Meski mungkin memang sangat berat, tetapi kamu memang tetap harus memberikan kepercayaan lagi pada Papa," ucap Mama sambil mengelus pucuk rambutku."Insyaallah ya, Ma. Fika akan selalu berusaha untuk menjalin lagi hubungan baik dengan Papa, saat ini pun sebenarnya kepercayaan itu mulai tumbuh. Enam bulan telah berlalu sejak kejadian itu, sepertinya memang Papa yang dulu sudah kembali," jawabku sambil tersenyum.Sesungguhnya aku mengatakan hal seperti itu adalah untuk menyenangkan hati Mama saja. Padahal hingga saat ini rasa kepercayaan pada Papa itu masih hanya lima puluh persen lebih sedikit saja."Alhamdulillah kalau begitu. Ya sudah kamu nanti jangan ngebut-ngebut ya. Kabari mama jika sudah sampai."Aku hanya mengangguk dan kemudian memeluk tubuh mama erat, setelah sungkem aku pun langsung melajukan motor matic kesayang
Bab 61Pov FikaTetapi demi Mama, aku harus terus berusaha memberikan kepercayaan penuh pada Papa. Namun, sekuat apa aku berusaha seperti yang Mama lakukan saat ini, tentu saja hal itu menjadi sangat mustahil bagiku. Kepercayaan yang telah koyak ini, tentu sangat sulit sekali untuk ditaklukkan. "Fik, sepertinya sampai saat ini kamu belum bisa ya memberikan kepercayaan pada Papa seperti dulu?" Beberapa bulan yang lalu Papa menanyakan hal ini padaku.Dengan spontan aku pun langsung mengangguk kepala, dengan ekspresi wajah yang datar."Tak bisakah kamu kembali membuka hati, Nak. Papa tahu itu memang sangat sulit, tetapi Papa janji akan membuktikan jika semua ini bukanlah hanya isapan jempol belaka. Kamu bisa pegang janji ini," ucap Papa lagi ketika aku masih tetap terdiam."Tolong ... mulai saat ini jangan pernah berjanji lagi, Pa. Karena yang nanti akan merasa sakit bukan hanya aku, tetapi Mama juga. Dan, ketika hati Mama menjadi sakit, saat itu aku pun merasakan hal yang sama," jawabk
Bab 62"Gimana Bi, semua makanannya sudah siap kan?" tanyaku pada Bi Nur yang sedang asyik menata makanan di meja makan."Siap Nyonya, hanya tinggal menata sedikit saja," jawab Bi Nur dengan sopan.Tanpa berkata banyak lagi, aku pun segera membantu asisten rumah tanggaku itu.Ya, hari ini aku menang menyuruh Bi Nur untuk masak beraneka ragam makanan, karena nanti ada makan malam besar. Mas Hasan yang berada di luar kota selama sepuluh hari katanya saat ini sudah dalam perjalanan. Sedangkan Fika pun sudah menelepon kalau akan pulang bersama teman dekatnya yang kebetulan memang seorang yatim piatu. Sepertinya tak lama lagi mereka pun akan segera sampai."Saya bersihkan kamar tamu ya, Nyonya," ucap Bi Nur yang hanya aku jawab dengan senyuman dan anggukan saja.Sebenarnya sudah aku sudah menyuruh Bi Nur sejak tadi pagi membersihkan kamar tamu yang akan ditempati oleh Nesya itu, tetapi karena memang masak banyak, aku pun mengerti jika dia baru bisa mengerjakan malam ini. Sedangkan aku ta
Bab 63"Dek, aku punya sesuatu buat kamu nih," ucap Mas Hasan saat kami sudah berada di kamar.Suamiku itu pun memberikan satu kotak perhiasan, yang isinya satu set lengkap sekali."Wah terima kasih banyak ya, Mas. Tetapi sebenarnya aku tak memerlukan kemewahan seperti ini. Cukup kamu setia dan tak lagi berbohong itu sudah cukup bagiku," ucapku dari hati."Tanpa kamu minta pun aku akan selalu melakukan hal itu. Hanya saja memang kemarin itu aku sedang khilaf, aku janji mulai sekarang akan selalu mencintai kamu saja hingga akhir hayat kita." Mas Hasan pun mencium keningku ketika aku mengamini apa yang baru saja diucapkannya.Setelahnya tanpa kuminta dia pun melepas kalung yang saat ini kupakai, dan menggantinya dengan yang baru saja dia belikan."Cantik. Kamu sungguh terlihat sangat cantik dan anggun meski sudah berumur banyak. Hal ini lah yang membuat aku tak bisa berpaling pada hati lain." Untuk pertama kalinya setelah insiden enam bulan yang lalu, Mas Hasan mengucapkan rayuan gombal
Bab 64Begitu entengnya dia mengucapkan hal itu, seperti tanpa beban. Sebenarnya sudah sejak lama aku ingin menanyakan tentang hal Lio ini pada Mas Hasan, tetapi memang belum ada waktu yang tepat. Kali ini, rasanya adalah waktu yang tepat itu."Coba jawab jujur pertanyaanku ini, Mas. Kenapa sih kamu kok sepertinya sangat nggak suka dengan Lio? Padahal dia ini kan anak kandung kamu. Ibunya telah tiada karena ulah kamu, lalu mengapa sepertinya kamu sedikit pun gak pernah menaruh kasihan padanya?" tanyaku sambil menatap wajahnya dari samping.Mas Hasan pun menarik nafas dalam-dalam dan mengehmbuskannya dengan cepat. "Ketika melihat bayi ini, aku selalu kembali teringat dengan masa lalu. Saat aku khilaf dan membuat kamh sakit hati. Aku sungguh membenci saat itu!" sungutnya kesal.Memang yang dia katakan benar sekali, aku tentu memang kesal dengan kejadian enam bulan silam. Tetapi kurasa apa yang terucap dari bibirnya itu tak tulus.Mas Hasan pun kembali meneruskan ucapannya. "Sebenarnya
Bab 65Pov Bu Supar (Ibunda almarhum Adelia)"Maaf ya jika kedatangan kami mengganggu, Bu. Sebenarnya kami hanya ingin membawa Lio main kesini sebentar saja, Bu. Siapa tahu ini dan bapak kangen dengan cucunya," ucap Bu Dewi sambil tersenyum.Mendengar nama bayi itu saja rasanya aku sudah muak, tetapi kini malah dia kembali dibawa kesini. Mereka ini memang benar-benar senang sekali menguji kesabaran! "Nggak perlu! Aku tak mau melihat bayi itu! Sekarang juga pergi dari rumahku, karena aku tak ingin nanti rumahku ini ketiban sial lagi karena kedatangan bayi itu! Cepat bawa dia pergi dari sini!" jawabku dengan sangat lantang.Pasti kalian para pembaca bilang jika aku ini seorang ibu yang jahat bukan? Terserahlah jika kalian mau bilang apa pun tentang aku. Yang pasti hanya aku seorang yang paling tahu bagaimana keadaan sebenarnya. Tetapi kali ini aku akan menceritakan semuanya, dengan satu harapan, kalian tak terus menganggap jika aku ini ibu yang tak punya hati!Aku dulu menikah di usia