Share

Bab 16

Begitu tiba di rumah, Malika langsung mengecek lagi ponselnya. Siapa tahu ada pesan masuk dari Darsih. Tetap saja masih centang satu.

Didorong rasa penasaran, Malika masuk kamar dan meraih tas slempang warna coklat di atas meja. Selama ini, tas kulit sebesar buku tulis itu biasa dibawa sama Malika dan Darsih belanja ke pasar atau warung. Setiap harinya nyantol di belakang pintu dapur.

Siapa saja bisa membukanya. Tidak ada barang berharga, selain nota belanja dan uang receh sisa belanja sehari-hari.

“Aku punya hutang sama Darsih. Ah, anak itu makin keblinger saja. Yang ada selama ini dia yang sering kas bon. Apalagi kalau malam hari, Darsih ini sering menjelma jadi tuyul yang mengambil uang receh di dalam tas slempang. Buat jajan bakso atau siomay kesukaannya.”

Tidak sabar Malika mengeluarkan semua isi tas. Siapa tahu menemukan harta karun yang lebih berharga. Uang yang tersimpan di dalamnya tidak banyak. Itu pun kebanyakan receh. Tapi lumayan juga, jumlahnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status