Share

BAB 23

Esok paginya begitu bangun tidur, Darsih berpesan sama Malika. “Bu'e, saya tidak akan keluar rumah jika tidak penting sekali. Saya mohon, jangan bilang sama orang-orang kalau saya ada di sini yaaa..?”

“Iya. Eh, tapi di sini siapa yang kenal sama kamu, Mbak?”

“Yaaaa... jaga-jaga saja sih Bu. Beberapa tetangga saya dari desa ada yang tinggal di sini. Rata-rata mereka berjualan bakso sama sosis keliling.”

“Oooh... gitu. Okee Mbak.”

Setelah membuat kopi panas dan ketela goreng, keduanya mengobrol di ruang tengah sambil melihat televisi.

Darsih permisi menyelonjorkan kaki di sofa panjang. Jemari tangannya yang berwarna coklat kehitaman tidak berhenti mengusapkan minyak oles ke kakinya, lantas dipijit-pijitnya sendiri.

Malika prihatin melihat telapak kaki Darsih yang kusam, nampak melepuh dan bengkak. “Sini saya mijitin, Mbak...”

“Eh, nggak...nggak. Jangan Buk!” timpal Darsih menolak sembari menjauhkan kakinya dari jangkauan tangan Malika.

“Nggak apa-apa.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status