Share

28. Ardan Marah Besar

Jerry berteriak dan menghentikan sepeda motor. Lelaki ini begitu tertekan, udara yang ia hirup seakan menipis. Orang-orang yang berada di depan rumah mereka berubah kian memucat, wajahnya sangat putih sedangkan bibirnya melebar hingga ke telinga. Darah mulai mengucur dari semua lubang yang ada di kepala. Teriakan itu masih menggema, Jerry sudah menangis.

”Ampuuun. Ampuuun.”

Kedua tangan Jerry ia tangkupkan, ia berlutut untuk memohon ampun pada penghuni antah berantah itu. Cukup lama Jerry menyuarakan suara putus asanya, bahunya ditepuk oleh seseorang. Meski ragu, akan tetapi tubuhnya seakan menuruti keinginan seseorang yang menepuknya. Bahkan Jerry tidak bisa mengontrol anggota tubuhnya untuk menolak.

Jerry merasa ada harapan karena di hadapannya kini terlihat makhluk yang sangat manusiawi karena bentuknya memang manusia biasa. Bahkan senyum lelaki paruh baya itu sangat teduh. Jerry dapat merasakan atmosfer yang berbeda dari lelaki ini.

”Ini bukan tempatmu.”

Jerry semakin kebingungan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status