Share

6

Pada akhir tahun, Camelia memutuskan untuk pergi ke kediaman orangtuanya di kota B. 

•Mansion Kediaman Keluarga Hebrew•

Camel datang bersama seorang supir, dan juga seorang asisten pribadinya.

”Selamat datang kembali, Nyonya muda Camelia,” sapa para maids menyambut kedatangan Lie.

”Silakan masuk, nyonya muda,” ucap salah seorang senior maids, lalu mengajak Camel untuk menuju ruang keluarga besarnya.

”Mommy, daddy, i'm home!” Ucap Camel, lalu saling memeluk dengan kedua orangtuanya.

”Masih belum juga?” tanya Mr. Deolopa, ayah dari Camel dengan menunjuk ke arah perut rata Camel. Artinya, mempertanyakan Camel yang masih belum juga mengandung seorang bayi.

”Yah, sepertinya masih belum dikarunia pada kami,” balas Camel dengan senyuman paksa.

Camelia ialah anak perempuan bungsu dari tiga bersaudara. Saudara nomor satu dan dua ialah laki-laki. 

Carolus Hebrew [Anak laki-laki pertama]

Usia tiga puluh lima tahun, tampan mapan dan seorang CEO dari beberapa perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan barang juga jasa.

Sudah menikah dengan anak perempuan tunggal dari keluarga terhormat, dengan dikaruniai satu orang anak laki-laki tampan.

Carment Hebrew [Anak laki-laki nomor dua]

Usia tiga puluh tahun, Dokter Bedah Plastik. Baru saja menyelesaikan pendidikan spesialis bedahnya di usia yang masih tergolong muda, dikarenakan sangat cerdas. Selama menempuh pendidikan dasar hingga menengah atas, Carment selalu mendapatkan percepatan. 

Belum menikah, karena terlalu perfeksionis.

”Kalian semua sudah berkumpul, dan tahun ini sepertinya Camelia memilih tempat ini untuk menyambut awal tahun.” Ucap Mr. Deolopa.

”Yes, daddy, karena sudah cukup lama kita tidak berkumpul bersama.” Timpal Camel, yang berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja di depan keluarga besarnya.

”Kuharap Veter memperlakukanmu dengan baik, jangan sampai kudengar ada masalah apapun. Karena itu adalah pria pilihanmu, hingga kau harus menikah diusia muda.” Tegas Mr. Deolopa. 

Tak satupun dari mereka yang berani menyela, ketika si ayah sedang berbicara bahkan memberikan nasihat. Yah, kekurangan Camelia ialah keluarga yang sangat terhormat, memiliki disiplin tinggi. Itulah sebabnya, semua anaknya menjadi sukses seperti saat ini.

Mr. Deolopa sangat menyayangi anak-anaknya, terlebih-lebih Camelia sebagai anak perempuan satu-satunya. Oleh sebab itulah, Camelia masih bungkam perihal permasalahan rumah tangganya. Camelia tidak ingin, nama keluarganya tercoreng hanya karena permasalahan rumah tangganya.

”Camelia!” Ucap Mr. Diondra, kakek Camelia.

Mr. Diondra

”Ya, grandpa?” jawab Camel.

”Sejak terakhir kali kita berjumpa, nampaknya kau hari ini terlihat cukup kurus dan wajahmu memperlihatkan ada begitu banyak tekanan. Apa yang terjadi, Camelia cucuku?” tanya Mr. Diondra dengan tegas, meski sudah sepuh namun tetap terlihat gagah rupawan.

”Tidak ada masalah apapun, grandpa. Aku hanya sedikit kelelahan dengan pemesanan gaun pengantin hingga akhir tahun.” Ucap Camelia berkilah.

”Kau masih berani untuk berbohong padaku, aku jauh lebih mengenalmu, mengerti?”

”Sungguh, aku baik-baik saja, grandpa. Bisa tanyakan pada orang-orang di mansion kediaman kami juga butik tempatku bekerja.” Ucap Camel dengan wajah memucat dan tangan gemetar.

”Kau datang seorang diri hari ini, tanpa ada suamimu, itu sudah terlihat tidak nyaman. Jika pria kecil itu sudah berani menyakiti cucuku, maka aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan kaki tangannya langsung.”

Semua yang mendengar itu pun hanya terdiam, dan tak berani membantah.

”Camelia, aku mendengar sedikit desas-desus, bahwa di dalam keluarga Alvaresh kau dikucilkan, hanya karena kau belum memiliki keturunan. Apa itu semua benar?” tanya Mr. Deolopa.

Camelia benar-benar tidak bisa lagi berkilah atas apa yang sudah sampai ditelinga keluarganya.

”Jawablah dengan tenang, Camelia,” ucap Mrs. Stevanie dengan tersenyum lembut.

Mrs. Stevanie

”Maaf, aku tidak bermaksud untuk merahasiakan apapun, namun alangkah baiknya jika pembicaraan seperti ini dihentikan saja. Aku tahu, keluarga disini begitu mencemaskan aku, namun sungguh, aku tidak ingin hanya karena sebuah berita burung, lantas membuat kecemasan berlebih. Aku hanya ingin semua baik-baik saja, maafkan aku jika aku lancang.”

”Baiklah, kurasa pertemuan ini sedikit tegang, bukankah akan lebih baik jika rayakan saja kembalinya tuan putri dengan berpesta. Bukankah begitu, granny?” timpal Carolos, si pria santai.

”Yah, kau benar. Tapi, kau tidak boleh terlalu banyak minum alkohol, kau akan bodoh nanti.” Balas Mrs. Rosalie, si nenek.

Mrs. Rosalie

Setelah melaksanakan jamuan makan malam bersama, Camelia pun kembali ke kamarnya.

Merenggangkan otot-otot tubuhnya yang cukup lelah, setelah seharian hingga malam beraktivitas penuh.

Bzzt...

Getar ponsel milik Camelia dan nomor yang sangat Camelia kenali.

“Uncle El,” ucap Camelia terkejut, lalu menjawab panggilan tersebut sembari mengunci pintu kamar miliknya.

Mr. El: ”Sudah cukup lama aku tidak bertemu denganmu, baby” ucap Mr. El, dan hanya mendengar kata-kata itu saja, sudah membuat Came bergidik.

Camelia: “Aku sedang bersama keluargaku di kota B.”

Mr. El: “Yah, Joseph mengatakannya padaku, karena rencana kalian sebelumnya harus batal. Mertuaku mendadak ingin kami menghabiskan akhir tahun bersama.” Ucap Mr. El.

Camelia: ”Ah, itu hal yang bagus. Karena sudah seharusnya merayakan hal bahagia juga bersama keluarga terdekat, bukan?”

Mr. El: “Suasana di sini sangat tidak nyaman, semua hanya membahas perihal pekerjaan, tanpa bertanya bagaimana dan apa yang kami gemari..--” 

Dari alur percakapan malam ini, Mr. El hanya ingin didengarkan dan merasa dibutuhkan. Sementara keluarganya sendiri, terasa begitu asing, tak satupun yang berperilaku layaknya keluarga. Rasa kesepian dan ingin dihargai itulah yang Mr. El dapatkan dari Camelia. 

Camelia yang terdidik dalam suasana keluarga harmonis meskipun disiplin yang cenderung keras. Camelia dapat dengan mudah memperlakukan siapapun dengan penuh cinta. Hanya saja, sosok Veter memang pria bajingan yang layak untuk dibuang, karena tidak tahu namanya bersyukur dan menghargai.

Camelia: ”Itu adalah keluarga yang telah paman pilih, jadi jalani meski berat..”

Mr. El: ”Camelia, ingin rasanya aku bercerai dari istriku dan pergi bersamamu. Namun, aku tahu, kau tidak akan melakukan hal itu. Mengingat martabat nama baik keluargamu sejak dulu, bukan?”

Camelia: ”Aku pun tidak mengerti, hubungan seperti apa yang akan kita dapatkan dari semua ini. Oleh sebab itu, aku ingin kita akhiri saja semua ini. Sudah cukup semua yang telah kita lakukan selama ini, menurutku itu semua tidak membuatku jauh lebih baik.”

Camelia pun mengakhiri percakapan mereka, dan dengan tekat ingin mengakhiri hubungan terlarang mereka.

***

Semenjak percakapan di malam akhir tahun pada waktu itu, Camelia tak lagi menerima semua kontak masuk dan sebagainya dari Mr. El. Camelia memblokir semua kontak yang berhubungan dengan Mr. El, meski usahanya tidak sepenuhnya akan berhasil.

•Mansion Kediaman Camelia & Veter Alvaresh•

Akhirnya, Veter pun kembali dari luar kota.

“Kemana nyonya rumah ini?” tanya Veter, sembari melepaskan mantel miliknya.

”Nyonya Camelia sedang bekerja di kolam renang.” Ucap salah seorang maids.

“Tidak seperti biasanya,” ucap Veter, lalu melangkah menuju kolam renang.

Saat tiba di area kolam renang, Veter terperangah melihat kecantikan istrinya, yang sudah sekian lama tidak diperhatikannya.

”Aku kembali,” ucap Veter, lalu berjalan menghampiri Camelia.

Veter melingkarkan kedua tangannya ke area pinggang Camelia dan sedikit pijatan lembut di area payu dara Camelia.

”Maaf, karena kau harus merayakan acara tutup tahun seorang diri, hanya karena kesibukanku.” Ucap Veter.

“Yah, aku sudah terbiasa akan hal itu.” Ketus Camelia, lalu kembali fokus pada pekerjaannya.

“Malam ini, kita rayakan hari wedding anniversary kita yang tertunda. Aku sudah menyiapkan semuanya, kita akan pergi ke hotel pusat kota. Kenakan gaun yang sudah kubawa.” Ucap Veter, lalu mengajak Camelia untuk pergi ke kamar.

Setiba di kamar, Veter langsung mencumbu Camelia dengan cukup menuntut.

”Lebih baik kau beristirahat, bukankah kau lelah sepanjang perjalanan,” ucap Camelia, dan meninggalkan Veter begitu saja.

“Rasanya seperti bukan suamiku, sentuhan yang kasar dan seolah sudah biasa dilakukan dengan wanita di luar sana..” batin Camelia.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status