Share

Bab 2 Kehilangan Mahkota

Setelah menuntaskan hasratnya, Gunawan meninggalkan Nesya begitu saja ke kamar mandi. Gunawan tertawa puas setelah selesai dengan aksi tidak terpujinya. Hasratnya yang yang sudah ia pendam bertahun-tahun karena sang istri sudah meninggal dunia, ia lampiaskan pada Nesya yang tidak tahu apa-apa tentang menantunya tersebut.

Nesya dengan tatapan kosong dan air matanya yang tidak bisa dibendung, perlahan menarik dress-nya yang tadi di buang Gunawan di atas sofa. Ia begitu syok dan mencerna apa yang sudah terjadi saat ini.

"Papa ... Papa...,” lirihnya menyebut nama Almarhum Papanya.

Nesya teringat almarhum Papanya yang tidak pernah marah dan berkata kasar serta tidak pernah menyakiti dirinya. Tetapi kini ia merasakan sakit yang amat sangat luar biasa sampai tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Nesya masih meringkuk di sofa, ia diam tetapi air matanya terus mengalir. Rasa sakit dibagian intinya tidak sebanding dengan rasa sakit hatinya. Masa depannya hancur dan ia saat ini tidak tahu harus berbuat apa. Nesya memperhatikan wajah Gunawan yang saat ini duduk di ujung sofa setelah selesai dari kamar mandi sambil mengenakan pakaiannya.

Gunawan tersenyum miring melihat wajah Nesya yang tidak berdaya lalu ia bangkit setelah selesai mengenakan pakaiannya.“ Kau jangan coba-coba melapor polisi, semua sudah aku rekam di sini.”

Rupanya Gunawan sudah diam-diam merekam semua saat masuk bersama Sarah. Ia melakukan semua itu untuk bukti jika Nesya berulah lagi. Gunawan berniat menyebar barang bukti tersebut jika Nesya melaporkan polisi.

"Aku akan balas dendam padamu, Tuan!” ucap Nesya yang hampir tidak terdengar.

Gunawan hanya tertawa lalu mencengkeram dagu Nesya. “ Kau ingin balas dendam? Balas dendam seperti apa. Ingat! Kau masih terikat kontrak kerja di perusahaanku selama 2 tahun kedepan, jika kau berulah. Siap-siap Video tentang kita berdua akan aku sebar dan wajahmu itu akan terpampang di internet. Kau tidak ingin mempermalukan dirimu dan keluargamu, kan?” Gunawan tertawa puas lalu meninggalkan Nesya begitu saja.

Nesya menatap punggung orang yang sudah merenggut kesuciannya itu dengan tatapan penuh dendam dan amarah. Namun, saat ini ia tidak berdaya sekujur tubuhnya terasa remuk luka lebam dan wajahnya begitu jelas. Ada juga luka lebam di bagian lengan serta punggungnya sebab Gunawan sempat mencengkram bagian tersebut begitu kuat belum lagi saat Sarah menghajarnya.

Dengan sisa tenaganya, gadis malang itu bangkit menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.

Nesya menangis di bawah shower, ia meratapi nasibnya yang dalam sekejap berubah 180 derajat. Semua yang sudah terjadi tidak pernah ada dalam bayangannya, tertipu oleh orang yang sangat ia cintai dan kehormatannya direnggut paksa oleh bosnya. Ingatannya kembali ke masa lalu, masa disaat mamanya menjadi istri kedua papanya. Ia tidak pernah luput oleh cemooh dan hinaan orang yang mengetahui status mamanya. Apa ini karma dari sang mama dan hukumnya saat ini diberikan padanya, sungguh tidak adil.

“Apa ini karma mama, tapi hukumannya diberikan padaku!” teriak Nesya putus asa.

“Kenapa aku yang harus menanggung semuanya, kenapa? Kenapa, Tuhan!” sekali lagi ia berteriak.

Nesya terus menangis dibawah shower, entah sudah berapa lama ia berada didalam kamar mandi. Bibirnya pun sudah mulai membiru jari-jari tangannya sudah terlihat mengkerut.

“Nes!” panggil seseorang tiba-tiba masuk karena pintu apartemennya tidak di kunci dan malah terbuka separo.

Orang tersebut adalah sahabat Nesta, Bintang. Adipati sengaja meminta tolong pada Bintang untuk melihat kondisi Nesya. Bintang juga tidak tahu kalau selama ini Adipati sudah menikah dengan Sarah, karena Adipati sengaja menyembunyikan pernikahannya sebab dahulu Adipati tidak sengaja menghamili Sarah.

Adipati baru menceritakan semuanya saat Sarah melabrak Nesya. Bintang sempat memaki Adipati karena tidak habis pikir sudah berbohong padanya dan Nesya.

"Nesya! Are you ok?” Bintang melihat sekeliling apartemen Nesya yang begitu kacau barang-barang berantakan, vas bunga pecah dan banyak pecahan gelas.

“Apa-apaan ini? Nes!” panggilnya lagi. Tetapi tidak ada sautan.

Bintang mendengar suara air gemericik di kamar mandi yang ada di kamar Nesya, ia pun memutuskan masuk ke kamar.

“Nes, Ini aku Bintang.” Mata Bintang tertuju ke arah pintu kamar mandi yang terbuka.

Bintang berjalan menuju pintu kamar mandi dan betapa terkejutnya ia saat mendapati Nesya dibawah guyuran Shower dan tidak menggunakan sehelai benang pun serta tidak sadarkan diri.

“Astaga, Nesya!” Bintang panik lalu mengambil handuk yang tidak jauh dari kamar mandi.

Pertama bintang menutup kran Shower baru ia menutupi tubuh Nesya dengan handuk. Bintang begitu prihatin melihat luka-luka Nesya ditubuhnya. Bintang membopong Nesya dan membawa ke tempat tidur.

“Aduh! Bagaimana ini, mana mungkin aku menggantikan dia baju.” Bintang begitu panik sambil menyelimuti tubuh Nesya.

Akhirnya Bintang menghubungi adiknya Bulan, karena rumah Bintang tidak jauh dari apartemen Nesya. Setelah menghubungi Bulan dan menceritakan semuanya, Bintang melihat wajah Nesya yang terdapat beberapa luka lebam.

“Nes, sabar ya,” ucap Bintang mengusap lembut rambut Nesya. Bintang dan Adipati tidak mengetahui jika Nesya sudah dinodai Gunawan.

Bintang membereskan dan membersihkan apartemen Nesya sampai bersih sesekali mengecek Nesya apa sudah sadar atau belum.

"Adipati, Adipati. Bisa-bisanya kamu itu bohong sama Nesya sama aku juga. Apa susahnya jujur kalau sudah menikah. Kalau seperti ini yang dirugikan istri dan Nesya. Apalagi Nesya sampai babak-belur seperti itu,” gumam Bintang sambil membuat minuman karena ia sudah selesai membersihkan semuanya.

Tak lama ball apartemen berbunyi, Bintang pun segera membukanya karena tahu itu sang adik yang datang.

“Ada apa, kak. Kenapa kakak menyuruhku datang ke sini mengganti baju kak Nesya ” tanya Bulan saat Bintang membuka pintu.

“Ku lihat sendiri kondisi Nesya, kakak tidak bisa menceritakannya,” jelas Bintang.

Bulan masuk kedalam diikuti Bintang. Mereka berdua ke kamar Nesya. Sementara Nesya sendiri masih tidak sadarkan diri dan masih posisi yang sama.

“Astaga, Kak, Ini sudah tindak kekerasan!” seru Bulan pelan lalu memeriksa kening Nesya untuk memastikan kondisinya.

"Aduh, kak Nesya demam, Kak. Bagaimana ini? Harusnya ini lapor polisi dan dibawa ke rumah sakit,” cerocos Bulan.

"Jangan ada yang lapor polisi,” lirih Nesya hampir tidak terdengar.

"Kakak, kakak sudah sadar? Kakak kenapa bisa seperti ini!” tanya Bulan untuk memastikan cerita Bintang.

“Aku dihajar Sarah,” ucap Nesya pelan dengan air mata yang terus mengalir.

"Sarah? Sarah siapa?” tanya Bulan lalu melihat ke arah Kakaknya.

“Sarah istri Adipati?” jawab Bintang memberitahu.

Nesya hanya mengangguk dan tidak berani bercerita jika Gunawan Bosnya juga sudah menodainya, ia tidak sanggup menceritakan semuanya. Bulan dan Bintang saling pandang lalu Bintang menarik Bulan keluar.

“Kamu foto semua luka lebamnya, bantu ganti baju, aku masak sesuatu untuk Nesya, ya. Nanti kalau Nesya sudah lebih baik, aku akan menghubungi Adipati.”

“Iya. Tapi kenapa kak Nesya tidak lapor polisi?”

“Sepertinya Nesya punya alasan sendiri, kenapa tidak melapor polisi,” terang Bintang.

Bulan mengangguk mengerti lalu masuk kedalam kamar Nesya untuk membantu Nesya mengganti baju, sedangkan Bintang memasak sesuatu untuk Nesya.

Bintang membuat sop ayam kesukaan Nesya, Bintang sudah lama bersahabat dengan Nesya. tentunya ia paham apa yang disukai sahabatnya itu. Sebab saat sedang berkumpul Nesya pernah mengatakan sangat menyukai sop ayam.

Setelah selesai Bintang membawa hasil masakannya ke dalam kamar Nesya dan meminta Bulan untuk menyuapinya. Awalnya Nesya tidak mau tetapi bulan terus membujuknya dan akhirnya Nesya mau memakannya walau tidak habis.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Safiiaa
semangat, Thor ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status