Setelah menuntaskan hasratnya, Gunawan meninggalkan Nesya begitu saja ke kamar mandi. Gunawan tertawa puas setelah selesai dengan aksi tidak terpujinya. Hasratnya yang yang sudah ia pendam bertahun-tahun karena sang istri sudah meninggal dunia, ia lampiaskan pada Nesya yang tidak tahu apa-apa tentang menantunya tersebut.
Nesya dengan tatapan kosong dan air matanya yang tidak bisa dibendung, perlahan menarik dress-nya yang tadi di buang Gunawan di atas sofa. Ia begitu syok dan mencerna apa yang sudah terjadi saat ini."Papa ... Papa...,” lirihnya menyebut nama Almarhum Papanya.Nesya teringat almarhum Papanya yang tidak pernah marah dan berkata kasar serta tidak pernah menyakiti dirinya. Tetapi kini ia merasakan sakit yang amat sangat luar biasa sampai tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Nesya masih meringkuk di sofa, ia diam tetapi air matanya terus mengalir. Rasa sakit dibagian intinya tidak sebanding dengan rasa sakit hatinya. Masa depannya hancur dan ia saat ini tidak tahu harus berbuat apa. Nesya memperhatikan wajah Gunawan yang saat ini duduk di ujung sofa setelah selesai dari kamar mandi sambil mengenakan pakaiannya.Gunawan tersenyum miring melihat wajah Nesya yang tidak berdaya lalu ia bangkit setelah selesai mengenakan pakaiannya.“ Kau jangan coba-coba melapor polisi, semua sudah aku rekam di sini.”Rupanya Gunawan sudah diam-diam merekam semua saat masuk bersama Sarah. Ia melakukan semua itu untuk bukti jika Nesya berulah lagi. Gunawan berniat menyebar barang bukti tersebut jika Nesya melaporkan polisi."Aku akan balas dendam padamu, Tuan!” ucap Nesya yang hampir tidak terdengar.Gunawan hanya tertawa lalu mencengkeram dagu Nesya. “ Kau ingin balas dendam? Balas dendam seperti apa. Ingat! Kau masih terikat kontrak kerja di perusahaanku selama 2 tahun kedepan, jika kau berulah. Siap-siap Video tentang kita berdua akan aku sebar dan wajahmu itu akan terpampang di internet. Kau tidak ingin mempermalukan dirimu dan keluargamu, kan?” Gunawan tertawa puas lalu meninggalkan Nesya begitu saja.Nesya menatap punggung orang yang sudah merenggut kesuciannya itu dengan tatapan penuh dendam dan amarah. Namun, saat ini ia tidak berdaya sekujur tubuhnya terasa remuk luka lebam dan wajahnya begitu jelas. Ada juga luka lebam di bagian lengan serta punggungnya sebab Gunawan sempat mencengkram bagian tersebut begitu kuat belum lagi saat Sarah menghajarnya.Dengan sisa tenaganya, gadis malang itu bangkit menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.Nesya menangis di bawah shower, ia meratapi nasibnya yang dalam sekejap berubah 180 derajat. Semua yang sudah terjadi tidak pernah ada dalam bayangannya, tertipu oleh orang yang sangat ia cintai dan kehormatannya direnggut paksa oleh bosnya. Ingatannya kembali ke masa lalu, masa disaat mamanya menjadi istri kedua papanya. Ia tidak pernah luput oleh cemooh dan hinaan orang yang mengetahui status mamanya. Apa ini karma dari sang mama dan hukumnya saat ini diberikan padanya, sungguh tidak adil.“Apa ini karma mama, tapi hukumannya diberikan padaku!” teriak Nesya putus asa.“Kenapa aku yang harus menanggung semuanya, kenapa? Kenapa, Tuhan!” sekali lagi ia berteriak.Nesya terus menangis dibawah shower, entah sudah berapa lama ia berada didalam kamar mandi. Bibirnya pun sudah mulai membiru jari-jari tangannya sudah terlihat mengkerut.“Nes!” panggil seseorang tiba-tiba masuk karena pintu apartemennya tidak di kunci dan malah terbuka separo.Orang tersebut adalah sahabat Nesta, Bintang. Adipati sengaja meminta tolong pada Bintang untuk melihat kondisi Nesya. Bintang juga tidak tahu kalau selama ini Adipati sudah menikah dengan Sarah, karena Adipati sengaja menyembunyikan pernikahannya sebab dahulu Adipati tidak sengaja menghamili Sarah.Adipati baru menceritakan semuanya saat Sarah melabrak Nesya. Bintang sempat memaki Adipati karena tidak habis pikir sudah berbohong padanya dan Nesya."Nesya! Are you ok?” Bintang melihat sekeliling apartemen Nesya yang begitu kacau barang-barang berantakan, vas bunga pecah dan banyak pecahan gelas.“Apa-apaan ini? Nes!” panggilnya lagi. Tetapi tidak ada sautan.Bintang mendengar suara air gemericik di kamar mandi yang ada di kamar Nesya, ia pun memutuskan masuk ke kamar.“Nes, Ini aku Bintang.” Mata Bintang tertuju ke arah pintu kamar mandi yang terbuka.Bintang berjalan menuju pintu kamar mandi dan betapa terkejutnya ia saat mendapati Nesya dibawah guyuran Shower dan tidak menggunakan sehelai benang pun serta tidak sadarkan diri.“Astaga, Nesya!” Bintang panik lalu mengambil handuk yang tidak jauh dari kamar mandi.Pertama bintang menutup kran Shower baru ia menutupi tubuh Nesya dengan handuk. Bintang begitu prihatin melihat luka-luka Nesya ditubuhnya. Bintang membopong Nesya dan membawa ke tempat tidur.“Aduh! Bagaimana ini, mana mungkin aku menggantikan dia baju.” Bintang begitu panik sambil menyelimuti tubuh Nesya.Akhirnya Bintang menghubungi adiknya Bulan, karena rumah Bintang tidak jauh dari apartemen Nesya. Setelah menghubungi Bulan dan menceritakan semuanya, Bintang melihat wajah Nesya yang terdapat beberapa luka lebam.“Nes, sabar ya,” ucap Bintang mengusap lembut rambut Nesya. Bintang dan Adipati tidak mengetahui jika Nesya sudah dinodai Gunawan.Bintang membereskan dan membersihkan apartemen Nesya sampai bersih sesekali mengecek Nesya apa sudah sadar atau belum."Adipati, Adipati. Bisa-bisanya kamu itu bohong sama Nesya sama aku juga. Apa susahnya jujur kalau sudah menikah. Kalau seperti ini yang dirugikan istri dan Nesya. Apalagi Nesya sampai babak-belur seperti itu,” gumam Bintang sambil membuat minuman karena ia sudah selesai membersihkan semuanya.Tak lama ball apartemen berbunyi, Bintang pun segera membukanya karena tahu itu sang adik yang datang.“Ada apa, kak. Kenapa kakak menyuruhku datang ke sini mengganti baju kak Nesya ” tanya Bulan saat Bintang membuka pintu.“Ku lihat sendiri kondisi Nesya, kakak tidak bisa menceritakannya,” jelas Bintang.Bulan masuk kedalam diikuti Bintang. Mereka berdua ke kamar Nesya. Sementara Nesya sendiri masih tidak sadarkan diri dan masih posisi yang sama.“Astaga, Kak, Ini sudah tindak kekerasan!” seru Bulan pelan lalu memeriksa kening Nesya untuk memastikan kondisinya."Aduh, kak Nesya demam, Kak. Bagaimana ini? Harusnya ini lapor polisi dan dibawa ke rumah sakit,” cerocos Bulan."Jangan ada yang lapor polisi,” lirih Nesya hampir tidak terdengar."Kakak, kakak sudah sadar? Kakak kenapa bisa seperti ini!” tanya Bulan untuk memastikan cerita Bintang.“Aku dihajar Sarah,” ucap Nesya pelan dengan air mata yang terus mengalir."Sarah? Sarah siapa?” tanya Bulan lalu melihat ke arah Kakaknya.“Sarah istri Adipati?” jawab Bintang memberitahu.Nesya hanya mengangguk dan tidak berani bercerita jika Gunawan Bosnya juga sudah menodainya, ia tidak sanggup menceritakan semuanya. Bulan dan Bintang saling pandang lalu Bintang menarik Bulan keluar.“Kamu foto semua luka lebamnya, bantu ganti baju, aku masak sesuatu untuk Nesya, ya. Nanti kalau Nesya sudah lebih baik, aku akan menghubungi Adipati.”“Iya. Tapi kenapa kak Nesya tidak lapor polisi?”“Sepertinya Nesya punya alasan sendiri, kenapa tidak melapor polisi,” terang Bintang.Bulan mengangguk mengerti lalu masuk kedalam kamar Nesya untuk membantu Nesya mengganti baju, sedangkan Bintang memasak sesuatu untuk Nesya.Bintang membuat sop ayam kesukaan Nesya, Bintang sudah lama bersahabat dengan Nesya. tentunya ia paham apa yang disukai sahabatnya itu. Sebab saat sedang berkumpul Nesya pernah mengatakan sangat menyukai sop ayam.Setelah selesai Bintang membawa hasil masakannya ke dalam kamar Nesya dan meminta Bulan untuk menyuapinya. Awalnya Nesya tidak mau tetapi bulan terus membujuknya dan akhirnya Nesya mau memakannya walau tidak habis.Sarah mengamuk di kamar hotel, tidak hentinya ia menampar Adipati dan Gunawan hanya duduk menyaksikan saja sambil merokok didekat pintu balkon. Gunawan tersenyum miring melihat anaknya yang memang tidak menyukai pengkhianatan. “Kau sudah tidur dengannya? Kalian berdua sudah berbuat apa saja?” teriak Sarah lalu mengambil kursi dan hendak menghantam Adipati. Namun Gunawan mencegahnya. "Cukup, Sarah! Papa sudah pastikan gadis itu dan Adipati tidak akan pernah lagi berhubungan. Besok kalian pulang ke Surabaya. Papa akan menangani perusahaan di sini.” Gunawan kemudian Keluar dari kamar Sarah dan melihat sinis menantunya yang duduk diam di atas tempat tidur. Adipati tidak berdaya karena yang mempunyai kuasa adalah istrinya. Tanpa Sarah mungkin ia masih menjadi orang biasa. “Katakan, Mas! Kau sudah tidur dengannya!” teriak Sarah yang masih dikuasai emosi. “Tidak, Sarah! Aku tidak pernah tidur dengannya,” tegas Adipati memegang tangan Sarag yang hendak memukulnya lagi.“Dasar pembohong,
Nesya masih meringkuk di tempat tidurnya, sudah satu minggu ia tidak ke kantor. Air matanya seolah tidak pernah kering, ia terus meratapi nasibnya. Bintang yang dari awal terus menemani bersama Bulan pun tidak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa menghibur sebisanya. Karena mereka juga tidak tahu permasalahan pokok utamanya. Nesya melihat ke arah pintu saat seseorang masuk. Ia sekilas melihat orang tersebut lalu bangkit dari tidurnya."Kak, Bintang. Kakak pulang saja, aku sudah tidak apa-apa,” ucap Nesya yang masih terlihat lemah.“Nes, aku mana mungkin meninggalkan dirimu begitu saja, kecuali kamu benar-benar sudah baik-baik saja.”“Tapi, pekerjaan Kakak bagaimana?” jawab Nesya lemah. “Bisa dikerjakan dari rumah,” jawab Bintang lalu tersenyum.Bintang duduk di tepi tempat tidur, sontak Nesya menjauh. Ia masih takut jika ada pria terlalu dekat dengannya walau ia tahu bintang tidak mungkin melakukan apa yang dilakukan Gunawan.Bintang yang melihat Nesya ketakutan pun bingung, karena
Nesya sudah sedikit membaik dimata Bintang dan Bulan, walau sebenarnya Nesya begitu trauma dengan apa yang sudah ia alami. Nesya juga tidak menceritakan jika dirinya dinodai Gunawan. Ia pura-pura sudah tidak apa-apa. Karena Nesya juga tidak ingin merepotkan mereka berdua terlalu lama.“Ya sudah, kalau kamu sudah membaik. Kami pulang. Oh iya, dapat salam dari abah dan emak, katanya kamu cepat sembuh, biar anak bujang ya ini bisa bantu jualan lagi!” ucap Bintang diiringi canda, Nesya tertawa kecil mengingat orang tua Bintang dan Bulan yang suka bercanda. "Iya, Nesya minta maaf sudah merepotkan Kak Bintang sama Bulan.” Nesya tersenyum kearah keduanya.“ Tidak apa-apa, santai saja.” Bulan sekilas mengusap lengan Nesya. “Ya sudah, kami pulang. Kalau butuh sesuatu, hubungi aku atau Bulan,” ucap Bintang. “Iya,” jawab Nesya singkat. Bulan dan bintang akhirnya pulang dan Nesya sendirian di apartemen. Nesya menutup pintu dan menguncinya lalu ia duduk di sofa. Saat duduk di sofa, ingatannya
Nesya begitu malas saat mengenakan baju kantornya, apalagi melihat tanda pengenalnya dan melihat nama perusahaan tempat ia bekerja. Namun ia juga tidak mungkin bisa membayar denda kontrak yang disebutkan Gunawan, bosnya, apabila ia mengundurkan diri begitu saja.“Tuhan, berikan aku kekuatan untuk menghadapi Gunawan yang super kejam itu,” batin Nesya sambil melihat tanda pengenalnya.Nesya menghela nafas panjang sambil berpikir bagaimana bisa lepas dari ancaman Gunawan.“Apa aku harus meminta bantuan kak Arya?” batin Nesya, tetapi secepat kilat ia menggeleng, mana mungkin ia tiba-tiba datang ke keluarga almarhum papanya sedangkan ia saja berusaha melepas bayang-bayang nama keluarga papanya. “Tidak, aku harus bisa menyelesaikan masalahku sendiri, aku tidak mau menyusahkan keluarga papa, apalagi kak Arya,” ucap Nesya lalu ia mengambil tasnya kemudian keluar dari kamarnya dan bersiap untuk berangkat bekerja. Saat membuka pintu apartemennya, ia dikejutkan dengan Gunawan yang tiba-tiba sud
Nesya keluar dari ruangan sambil nangis menuju kamar mandi, sedangkan Gunawan membenarkan kerah bajunya dan keluar dari ruangan Nesya begitu santai. Semua karyawan hanya melongo melihat mereka berdua. “Tuan, apa yang terjadi? Kenapa Nesya menangis?” tanya salah satu karyawan memberanikan diri untuk bertanya.“Konsep desainnya aku tolak,” jawab Gunawan yang terus berjalan menuju ruangannya. “Oh iya, siapkan ruang meeting sekarang, dan beritahu Nesya agar membawa konsep dan desain yang baru,” ujar Gunawan pada karyawannya.“Baik, Tuan” "Oh iya, satu lagi. Nanti ada pemberitahuan penting tentang pak Adipati.” “Baik, Tuan.” karyawan tersebut pun sedikit berlari memberitahu beberapa staf yang terlibat di projects Nesya untuk ke ruang meeting.Sementara Nesya masih menangis tanpa suara di kamar mandi. Ia menangis karena Gunawan sempat mencium dan melecehkannya sesaat setelah ia berteriak.Nesya menarik nafasnya dalam-dalam mencoba menenangkan pikiran dan hatinya kemudian ia mencuci waja
Nesya dengan malas membuka pintu apartemennya, karena ia juga baru bangun tidur. Ia tidur setelah pulang dari kantor karena merasa tubuhnya begitu lelah. Jam juga menunjukan jam sembilan malam. “Mas Adipati? Kamu mau ngapain datang kemari lagi? Kamu mau buat aku susah lagi?” tanya Nesya tanpa jeda saat membuka pintu dan ternyata Adipati yang datang.“Nes, tolong berikan aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya dan aku mau minta maaf, Nes.” Adipati meraih tangan Nesya tetapi Nesya menepisnya. "Cukup, tidak perlu dijelaskan. Semua sudah jelas. Hubungan kita sudah selesai saat istrimu melabrakku dan Gunawan menghancurkan masa depanku.” Nesya menutup pintu, Namun dihadang Adipati.“Sebentar saja, Nesya. Aku mencintaimu. Aku tahu ini salah, tapi hatiku tidak bisa berbohong.” Adipati masih berusaha meraih tangan Nesya.Nesya tetap menepis tangan Adipati dan mengingat ucapan dan perbuatan Gunawan terhadap yang begitu kejam. “Mas, aku mohon, pergi dari hidupku. Hubungan kita sudah selesa
“Lepaskan aku.” Nesya terus memberontak saat Gunawan menariknya masuk ke dalam apartemen milik Nesya sendiri.Gunawan menghempaskan Nesya ke lantai sampai Nesya tersungkur. “Apa Adipati menemui tadi?” tanya Gunawan.“Tidak!” “Bohong!” Gunawan kemudian menarik rambut Nesya. “Jujur padaku!” teriak Gunawan dan masih menjambak rambut Nesya.Nesya merasa kesakitan saat rambutnya dijambak. Ia serba salah jika jujur dengan Gunawan, jujur pun Gunawan pasti tetap akan memberikannya hukuman.“Iya! Dia sendiri yang datang kemari, bukan aku yang menyuruhnya datang,” balas Nesya memegang rambutnya.Gunawan semakin marah dan menghempaskan Nesya.“Jadi kalian bertemu, kenapa kau mau bertemu dengannya? Kenapa kau membuka pintu apartemen ini untuknya. Sudah aku peringatkan padamu, jika kau atau Adipati menemuimu, kau akan aku hancurkan.” Gunawan bangkit lalu melepas ikat pinggangnya. Gunawan melihat ikat pinggangnya menjadi dua dan siap memukul Nesya.Nesya begitu ketakutan melihat Gunawan dengan ik
Satu bulan lebih berlalu, Nesya seperti orang gila. Ia ketakutan ketika bell apartemennya berbunyi sampai-sampai ia memasang monitor di dekat pintu masuk, agar ia tahu siapa saja yang datang. Ia juga sudah satu bulan tidak ke kantor, semua ia kerjakan di rumah dengan alasan ia sedang sakit dan harus berobat. Dan setelah kejadian itu Gunawan pun langsung terbang ke Jepang untuk urusan bisnis. Namun, saat ini ia sudah satu bulan lebih di rumah dan sudah saatnya ia kembali ke kantor. Mau tidak mau ia pun pergi ke kantor. Nesya begitu berat melangkahkan kakinya masuk ke gedung kantor tempat ia bekerja, rasanya menginjak duri dan pecahan kaca saat melangkahkan kakinya memasuki gedung kantornya.“Pagi, Nesya. Eh, Bu bos,” ledek salah satu staff bagiannyaNesya mengernyit heran mengapa dirinya dipanggil bu bos.“ Apa sih, Vin. Tiba-tiba manggil bu bos,” kesel Nesya mendengus lalu meninggal Vina. “Halo, Nesya. Cemberut terus sih, kangen pak bos ya?” goda Shinta rekan satu tim Nesya.“Apaan