Share

Part 44 Kecemburuan Nur

Kening Agus berkerut. "Salah aku?" ulangnya dengan mata menyipit.

Nuraini kembali mendengus kasar. Dia memalingkan wajah dari suaminya itu. Melalui ekor mata, Nur melihat Agus tersenyum sambil menggelengkan kepala. Laki-laki itu pun meraih kepala sang istri dan menciumnya.

"Iya, maaf. Nanti kalau si Kembar sudah lahir, kamu harus masuk kuliah, Nur. Aku yang akan menjaga si Kembar."

"Memangnya Mas sanggup ngatasi, kalau si Kembar nangis barengan minta susu?" tanya Nur sangsi.

Bibir wanita itu mencebik seolah meremehkan kemampuan Agus. Kembali Agus tersenyum, kemudian mengangguk mantap.

"Bisaaa!" jawabnya yakin. "Namanya jadi ayah itu ya harus belajar otodidak, Nur. Prakteknya pakai anak sendiri. Ya, kali, pakai anak orang lain," lanjutnya menggoda.

"Nggak usah mikir ke mana-mana, Mas!" sentak Nur kembali cemberut. "Awas saja kalau sampai ngasih sinyal ke mereka!" ancamnya.

"Iya, iya. Aku kan bukan free WiFi, Nur," kekeh Agus sembari mulai melajukan mobilnya pelan.

Nuraini kembali mend
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status