Tila menatap pemandangan di depannya dengan tatapan datar. Tidak ia sangka jika ia akan bertemu dengan dua pasangan iblis di restoran tempatnya saat ini berada. Tila mengangkat bahunya acuh. Wanita itu kemudian melangkah menuju meja nomor 11 di mana Sam sudah menunggunya lebih dulu."Sorry, telat. Tadi ada meeting dulu sama klien," katanya meminta maaf."It's oke, Tila." Sam tersenyum. "Kita pesan makan dulu." Keduanya memesan makanan pada pelayan yang langsung datang menghampiri ketika dipanggil. Setelah pelayan mencatat dan pergi, Sam merapatkan tubuhnya pada pinggiran meja seraya mendekatkan wajahnya pada Tila. "Ada suami kamu di sini," kata Sam pada Tila."Biarkan saja. Aku nggak peduli," sahut Tila acuh. "Sepertinya suami kamu sudah melihat kita." Lagi-lagi Sam bicara, namun tak dihiraukan oleh Tila. Menurutnya mau Adam melihat atau tidak bukan urusannya."Bagaimana keadaan Lula?" Tila memilih mengalihkan pembicaraan daripada terus membahas soal Adam yang berada di restoran
Kediaman rumah Aris Tirtando terlihat ramai akan datangnya para pelayat. Semua orang berpakaian serba hitam untuk menunjukkan jika saat ini mereka sedang berkabung. Bendera kuning terpasang di depan menandakan jika saat ini sedang ada salah satu anggota keluarga di kediaman tersebut berpulang ke Rahmatullah.Tila sendiri duduk dengan tenang seraya membaca surat Yasin bersama beberapa perempuan lainnya. Wanita cantik itu tidak peduli jika saat ini tatapan tajam dan penuh kebencian dilayangkan Winar padanya.Sementara Adam sendiri sedang sibuk di luar menjamu para tamu yang hadir untuk melayat jenazah Aris.Tak berapa lama kemudian jenazah Aris akhirnya berangkat menuju sebuah tempat pemakaman umum yang jaraknya tidak begitu jauh dari kediaman Aris. Beberapa orang tinggal di kediaman saat yang lain mengantarkan jenazah Aris. Tila dan ibunya contohnya. Kedua wanita itu tetap tinggal di rumah dan tidak ikut untuk mengantarkan jenazah. "Bagaimana suamimu? Dia memperlakukan kamu dengan b
Adam masuk ke kamar membawa baskom kecil berisi air serta kompres. Tidak lupa sebelah tangannya juga membawa kotak P3K yang ia ambil dari lemari sebelum ia memutuskan untuk kembali ke atas. Saat Adam membuka pintu, terlihat Tila yang tengah melepaskan sepatunya. Tanpa kata, Adam duduk disebelah sofa yang diduduki oleh Tila. Pria itu kemudian menarik tubuh Tila untuk berhadapan dengannya. "Kamu mau ngapain?" Tila melebarkan matanya terkejut melihat aksi Adam barusan."Aku mau obatin luka yang disebabkan oleh Mama. Sebagai bentuk permintaan maaf dariku." Adam mulai mengompres sudut bibir Tila yang sedikit berdarah. Wanita itu meringis membuat Adam lebih berhati-hati agar tidak menyakiti Tila."Kamu nggak perlu melakukan ini." Tila berusaha menyingkirkan tangan Adam dari wajahnya."Ini sebagai permintaan maaf karena ulah mama, kamu jadi terluka."Tila menyungging senyum sinis. "Luka fisik ini nggak ada apa-apanya, dibandingkan dengan luka yang ditorehkan mamamu dulu." "Maksud kamu?"
Waktu yang seharusnya digunakan selama tiga hari di Semarang justru diperpanjang hingga satu minggu. Hal tersebut membuat Tila yang harusnya pulang bertahan lebih dari waktu yang ditentukan karena sedikit masalah yang terjadi di lokasi.Tila dan tim akhirnya tiba di kota tempat mereka tinggal dengan selamat. Tila menghela napas lega. Wanita itu menarik kopernya menuju taksi yang sudah ia pesan yang akan membawanya pulang ke kediaman Aris. Sementara Emily dan yang lainnya harus menggunakan kendaraan mereka karena tujuan arah tempat tinggal mereka berbeda. Pun, demikian Emily juga harus ke rumah sakit karena ibu gadis itu sedang dirawat. Awalnya Emily memaksa untuk mengantar Tila pulang, tapi hal tersebut ditolak Tila.Tila menatap pemandangan jalan dengan tatapan datar. Tila tengah memikirkan hal apa yang akan ia lakukan saat tiba di rumah. Tila bingung dengan sikap yang akan ia ambil. Kemarin malam, Tila bermimpi melihat papa mertuanya di sebuah hutan lebat dengan aura hitam di seki
Pagi ini ada yang berbeda dengan Adam. Pria itu menyambut pagi dengan senyum cerah bahkan sampai ia berada di ruang makan, senyum pria itu tak juga luntur. Hal tersebut sontak membuat Winar, Eddel, dan juga Irena menatapnya heran."Adam, kenapa senyum-senyum begitu? Kamu menang tender?" Winar yang tidak tahan melihat ekspresi wajah bahagia Adam, sontak bertanya."Enggak ada apa-apa, Ma. Aku hanya ingin tersenyum. Memangnya ada yang salah?" sahut Adam santai."Memang enggak ada yang salah. Cuma sedikit aneh saja," balas Winar.Adam menggeleng kepalanya kemudian menegak kopi dalam cangkir sedikit, sebelum kepalanya menoleh ke arah Tila yang baru saja memasuki ruang makan.Melihat kedatangan Tila di ruang makan membuat Adam menghela napas lega. Rupanya perbincangan mereka tadi malam bukanlah mimpi belaka. Ternyata, Tila benar-benar menyetujui agar mereka bisa memulai semuanya dari awal dengan cara yang baik. Hal tersebut dibuktikan dengan kehadiran Tila di ruang makan. Biasanya sang istr
"Jadi, kamu sudah akur dengan suamimu?"Tila mendongakkan kepalanya dari ponsel yang berada di tangannya. Wanita itu tengah membalas pesan yang dikirim Adam padanya."Memangnya kapan aku pernah bertengkar dengannya?" sahut Tila acuh."Kamu enggak mikir kalau aku enggak paham dengan situasi pernikahan kalian 'kan?"Randy terkekeh geli menatap Tila yang masih dengan ekspresi datarnya. buket bunga dan makanan tentu saja kiriman dari Adam, suami Tila."Aku tahu, ada yang aneh dengan rumah tangga kalian. Makanya, aku tanya sekarang sudah akur atau belum?" Randy mengangkat buket bunga yang berada di atas meja kerja Tila. Tidak hanya bunga, melainkan beberapa jenis makanan yang dipesan di restoran terkenal juga ada di hadapan Tila."Enggak baik buat tahu urusan rumah tangga orang. Mendingan kamu urusin kehidupan kamu sendiri," tandas Tila tajam."Ugh, aku sakit hati mendengar perkataanmu." Randy menekan dadanya dengan ekspresi dramatis yang membuat Tila memutar bola matanya.Tila diam tidak
Gedung dengan dekorasi yang indah terpampang nyata di hadapan para tamu undangan yang hadir. Semua tamu memakai pakaian terbaik mereka. Baik pria dengan setelan jas dan wanita dengan gaun mahal yang melekat pada tubuh mereka. Tidak ada satu orang pun yang memakai pakaian biasa. Bahkan, untuk pelayan pun mengenakan pakaian terbaik yang dirancang oleh desainer terkenal di kota tempat mereka tinggal. Hal tersebut membuat tamu undangan berdecak kagum akan tuan rumah pemilik pesta yang begitu royal. Pemilik pesta tak lain adalah Remmy Anthony. Pria berkebangsaan Inggris yang sudah lama menetap di Indonesia rela mengeluarkan banyak dana untuk acara pernikahannya dengan seorang gadis biasa yang berprofesi sebagai penulis. Remmy sendiri merupakan teman Adam sesama pengusaha. Tidak heran jika pria itu juga mengundang Adam yang kebetulan hadir bersama istrinya, Tila."Aku tidak menyangka akhirnya kamu datang bawa istri, dude. Aku kira kamu akan melajang selamanya." Remmy terkekeh sambil me
Adam meraba sisi tempat tidurnya yang terasa kosong. Pria itu dengan malas membuka kelopak matanya dan tertegun saat tidak mendapati sosok istrinya di samping tempat tidurnya.Adam mendudukkan dirinya kemudian menatap sekeliling kamar yang terlihat kosong. Pria itu segera bangkit dari tempat tidur, kemudian berjalan menuju kamar mandi guna memastikan jika istrinya berada di dalam. Namun, setelah beberapa kali mengetuk pintu kamar mandi namun tidak ada sahutan dari dalam membuat Adam tahu jika istrinya sudah tidak berada di kamar ini lagi.Adam menghela napas. Pria itu segera mencuci wajahnya dan langsung turun ke lantai dasar. Namun, yang Adam temui hanya mama, adik, sepupu, dan Raka saja. Sementara Tila tidak terlihat.Hari ini adalah hari Minggu. Seharusnya Tila berada di rumah. Namun, istrinya itu tidak terlihat sepanjang mata Adam menatap penjuru ruangan."Tila di mana?" Adam bertanya pada orang-orang yang sedang sarapan di meja makan.Tidak ada yang menjawab pertanyaan Adam. Ha