Share

Chapter 2

Soni terus berlari,dan tidak memperhatikan ke belakang sama sekali. Karena Soni tahu sekali kalau rambut panjang itu masih terus mengikutinya.

Sampai dia harus menghentikan langkahnya,ketika mendengar suara teriakan Rudi, memanggil namanya.

Dengan perasaan yang amat takut, dia pun langsung membalikkan badan dan menatap ke arah sumber suara yang memanggilnya tadi.

Soni benar-benar kaget,saat mendapati Rudi sudah terikat oleh rambut panjang yang tadi di lihatnya. Sambil terus memberontak Rudi memanggil namanya.

" Soni, jangan tinggalkan aku! Tolong lepaskan aku," teriak Rudi.

Soni benar-benar merasa bingung,dengan situasi yang sedang dihadapinya saat ini, apa yang harus dia lakukan untuk sekarang. Kalau dia membantu Rudi pastinya dia akan bernasib sama seperti Rudi, tetapi meninggalkan Rudi sendirian di sini juga dia tidak setega itu.

Soni benar-benar merasa bingung dengan apa yang harus di lakukan nya.

Kepala terbang tadi menatap ke arah Soni dengan tatapan yang sangat menakutkan, Soni yang melihat semua itu langsung bergidik ngeri dengan apa yang dari tadi di lihatnya.

Soni langsung membacakan ayat kursi dan semua doa-doa pendek yang dia ingat, dengan anggapan kalau nanti kepala terbang itu bisa melepaskan Rudi, kakinya seakan terhenti begitu saja dan masih menatap ke arah Rudi dan kepala terbang yang membelit Rudi dengan rambut panjangnya.

Tetapi, anehnya kepala terbang tersebut sama sekali tidak takut dengan apa yang diucapkan oleh Soni,padahal dia merasa kalau apa yang diucapkan olehnya itu sudah sangat keras sekali.

Kepala terbang tersebut langsung menatap tajam dan tertawa menyeringai menyaksikan Sony yang keheranan karena apa yang telah dibacanya itu sama sekali tidak bisa membuat kepala terbang itu takut dan melepaskan Rudi.

"Percuma saja kamu membaca doa apapun untuk mencoba membebaskan temanmu ini, karena dia sudah bersalah dan tidak akan bisa terlepas begitu saja dengan bantuanmu itu. Dia sudah mengambil seluruh anak-anakku dan membawanya seperti dia tidak bersalah sama sekali, setidaknya aku sudah memperingatkan kalian dari tadi dengan cara menunjukkan seluruh keanehan yang ada di tempat ini dari awal kalian datang sampai aku benar-benar sudah tidak bisa mengampuni seluruh kesalahan yang telah kalian lakukan,"ucap kepala terbang tersebut kepada Sony.

Sony terkesiap mendengar ucapan yang dikatakan oleh kepala terbang tersebut kepadanya, kepalanya langsung memutar otak melihat seluruh kejadian dan keanehan yang terjadi sebelum mereka berangkat ke tempat ini tadinya. Bahkan dia sudah memperingatkan Rudi dari awal tentang kepergiannya ke tempat ini bukanlah cara yang tepat untuk mereka memancing di hari Jumat ini.

Walaupun Sony merasa takut, Tetapi dia tetap memberanikan diri untuk menjawab perkataan dari kepala terbang tersebut, dan dia berusaha untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah dia lakukan bersama temannya itu.

"Tolong maafkan kami, karena kami telah mengganggu kenyamanan di tempat ini. Tetapi saya mohon lepaskan teman saya, kami tidak akan pergi ke tempat ini lagi dan saya yang akan memastikan Kalau teman saya ini tidak akan pernah lagi memancing ke tempat ini, "ucap Sony.

"Semua itu sudah terlambat! Setidaknya kamu saya lepaskan untuk memberitahu orang tuamu dan juga orang tua temanmu ini kalau anaknya berada bersamaku. Karena kesalahan yang kalian lakukan sangatlah fatal, dan dia telah mengambil anakku dan sekarang anakku itu sudah meninggal karena perbuatannya. Dan sebagai gantinya dia harus berada di sini sampai kapanpun yang aku mau, pergilah kamu dari sini secepatnya, karena aku tidak akan berpikir dua kali untuk membebaskanmu dari tempat ini, "teriak kepala terbang tersebut kepada Sony.

Sony pun berpikir kalau percuma saja dia untuk berbicara dengan kepala terbang tersebut, karena menurutnya itu sudah tidak bisa lagi diselamatkan dan dia tidak mau melawan kepada kepala terbang tersebut sehingga Sony memilih untuk pergi dari tempat itu dengan membawa rasa sesal di hatinya, karena dia tidak bisa membawa Rudi ikut serta pulang bersamanya.

Soni menangis sejadi-jadinya ketika melihat ke belakang saat melihat Rudi di seret oleh rambut panjang tersebut turun dan menghilang di dalam air tadi.

" Kenapa kamu tidak mengindahkan ucapan ku dari tadi Rud, aku Sudah mengingatkanmu lebih dari satu kali,tetapi kamu tidak mendengarkan ucapanku. Sekarang sudah terjadi seperti ini, apa yang akan kita lakukan kalau sudah seperti ini? Apa yang harus aku jelaskan kepada orang tuamu," ucap Soni di tengah-tengah tangisannya.

Dengan berat hati, Soni mengayunkan langkahnya untuk keluar dari sungai Dareh tersebut. Dia berusaha untuk pergi secepat mungkin dari tempat itu, walaupun dengan kegundahan hati yang tidak bisa digambarkan.

Ketika dia hendak menyalakan mesin motor milik Rudi, tiba-tiba saja kepala tadi muncul di hadapannya.

Mata Soni terbelalak kaget,saat mendapati kepala terbang yang terbang lengkap dengan usus berdarah berada di depannya itu.

" A—ada apa?" Tanya Soni tergagap.

" Bawa temanmu ini pulang! Aku sudah tidak membutuhkannya lagi, raganya sudah ada bersama ku, tetapi jiwanya akan ku berikan kepada kalian. Itu hukuman setimpal yang harus diterima karena dia sudah membunuh anak-anak ku," ucapnya.

Soni tidak bisa menggambarkan apa yang harus dilakukan saat ini, entah dia merasa senang atau sedih. Dia senang kala melihat Rudi bisa ikut pulang bersamanya,tetapi Rudi sama sekali tidak bicara dan pandangan nya hanya kurus kedepan tanpa ekspresi apa-apa.

Soni langsung memapah Rudi agar segera naik ke atas motor, dan kepala terbang tadi sudah terbang menjauh dari arah mereka berdua.

"Bilang saja kepada seluruh masyarakat,kalau dia sudah bersalah karena berani mengusik "GADIS RAMBAI" hahahha," teriak kepala terbang tersebut sambil terus menjauh darinya.

" Soni benar-benar tidak pernah menyangka kalau hal ini akan terjadi kepadanya dan Rudi, pasalnya dia dari pertama ke sini masih baik-baik saja,"

Dia pun mencoba untuk menghidupkan mesin motor Rudi,dan dia memegangi Rudi dengan sebelah tangannya.

" Rud, kamu gak apa-apa?" Tanya Soni yang berusaha mengajak Rudi bicara.

Tapi Rudi sama sekali tidak bergeming dan menyahut apa yang dikatakan oleh Soni kepada-nya.

Yang Rudi inginkan saat ini hanyalah cepat sampai di rumah dan menjauh dari tempat ini secepatnya.

******

Ketika sampai di rumah, semua keluarga sudah berkumpul untuk menunggu kedatangan mereka berdua.

Semua orang terlihat panik,karena mereka yang ditunggu dari tadi siang,baru jam segini baru sampai di rumah.

Orang tua Soni juga sangat khawatir,karena anaknya tidak pulang padahal hari sudah selarut itu.

" Dari mana saja kalian? Kenapa jam segini kalian baru pulang ha?" Teriak bapak Soni.

Rudi yang mendengar perkataan bapak Soni,tidak menjawab apapun yang ditanyakan oleh bapak Soni tersebut. Dia memilih untuk langsung menurunkan Soni yang dari tadi tidak bergeming sedikitpun dari tempat duduknya,jujur Rudi sangat mengkhawatirkan keadaan Soni. Apalagi setelah dia mengingat kembali tentang apa yang dikatakan oleh gadis rambai tersebut kepadamu,sebelum mereka tadi pulang.

Melihat Rudi yang diam saja,membuat bapak Soni semakin marah,tetapi hal itu di urungkannya karena dia melihat ada keanehan pada putranya.

" Soni! Son," dia mencoba untuk menepuk pundak anaknya tersebut. Tetapi dia tidak mendapatkan jawaban apapun. Putranya masih saja menatap ke arah depan tanpa berkedip sedikit pun.

"Apa yang terjadi pada kalian berdua?" Tanya bapak Soni.

" Tolong bantu aku membawa Soni ke dalam,pak! Biar nanti saya bisa jelaskan," ucap Rudi.

Mereka pun masuk dan memberikan minuman terlebih dahulu kepada Rudi.

" Tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, Rudi! Kenapa Soni bisa jadi seperti ini," tanya bapak Soni.

" Jadi, begini pak,"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status