Share

Chapter 5

Hal itu membuat Rambai jadinya berpikir untuk lebih memilih tinggal di kampung daripada mengikuti suaminya di kota, lagian suasana kampung benar-benar membuatnya merasa tenang dan dia tidak bisa meninggalkan orang tuanya begitu saja di kampung ini.

Walaupun suaminya mencoba untuk membujuk agar dia bisa tinggal bersama di kota Tetapi dia tetap pada keyakinannya kalau dia hanya ingin tinggal di desa saja, ketakutan tersendiri di dalam diri Rambai adalah ketika dia tidak bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, Bahkan dia sering mendengar dari para warga tentang kerasnya kehidupan di daerah sana tempat suaminya bekerja itu.

Bahkan suami Rambai sering mengatakan kepadanya kalau kehidupan kota itu jauh lebih sempurna daripada kehidupan di desa, tetapi hal itu tidak mengurungkan niatnya untuk tetap tinggal di kampung dan membiarkan suaminya pergi untuk bekerja kembali.

Suami rame sama sekali tidak bisa berbuat banyak untuk membujuknya untuk pergi bersama ke kota, dan hari keberangkatan suami Rambai pun akhirnya datang sehingga dia mengantarkan suaminya ke tempat yang bisa menantikan angkutan umum agar suaminya bisa kembali bekerja seperti semula di kota.

Rambai sebenarnya tidak mau hal seperti ini terjadi, mengingat dirinya sangat mencintai sang suami dan ingin selalu bermanja-manja dengannya, apalagi mereka masuk sebagai pengantin baru yang harus terpisahkan lagi oleh jarak dan waktu karena kesibukan suaminya yang tidak bisa ditinggalkan.

Tetapi dia berusaha untuk memahami semua situasi ini, karena ini merupakan keputusannya juga yang tidak bisa dia menyalahkan siapapun untuk semua itu, walaupun berat hati tetapi dia memilih untuk mengikhlaskan kepergian suaminya untuk kembali bekerja dan menurutnya suaminya itu akan bekerja untuk dirinya nanti.

Dengan diantarkan oleh kedua orang tuanya Rambai pun mengantarkan suami ke tempat pemberhentian kendaraan umum, sampai suaminya hilang dari pandangan dan pergi menaiki mobil angkutan umum tersebut barulah rambe akan pulang bersama kedua orang tuanya tanda kehidupan Rambai masih berjalan seperti semula, tidak ada yang berubah sama sekali kecuali statusnya yang sekarang adalah istri dari suaminya itu.

Ada sedikit kecanggungan ketika dia bertemu dengan warga kampung yang biasanya sering menyapanya, apalagi pemuda yang biasanya mengatakan kalau mereka menyukai Rambai, hal itu membuat mereka agak menjauh karena mereka tahu dan aku sadar dengan siapa status Rambai sebenarnya.

Hal itu pun dimaklumi oleh Rambai sendiri karena semua itu adalah keputusannya dan dia sudah siap dengan resiko kalau dia akan kehilangan banyak teman karena Sekarang dia sudah memiliki suami dan harus menjaga batasannya sebagai istri orang.

Untuk menghabiskan hari-harinya, Rambai pun sering membantu kedua orang tuanya untuk berkebun dan mengurusi segala hal yang berurusan dengan pertanian yang selama ini dia lakukan untuk membantu kedua orang tuanya. Walaupun sang suami sering memberikan uang bulanan lebih untuk kehidupannya, Tetapi dia sama sekali tidak urung membantu kedua orang tuanya karena uang yang didapatkan suaminya ditabung untuk bekal kehidupannya di masa yang akan datang.

Apalagi sebelum dia berangkat, suaminya berpesan kalau rambe harus berhati-hati di dalam semua tindakan yang akan diambil, dan dia selalu menuruti semua yang dikatakan oleh suaminya itu kepada dirinya. Sampai benar-benar merasa sangat beruntung karena suaminya itu sangat mengerti tentang apa yang diinginkan rambe dan tidak memaksakan kehendaknya untuk memaksa ramai pergi bersamanya.

Hari ini rame merasa dirinya sangat merindukan suami, kehidupan yang masih kental akan hidup di pedesaan dan tidak tersentuh oleh budaya Kota sama sekali membuat Rambai tidak bisa bertukar kabar dengan suaminya, pernah sekali rapet dititipkan handphone oleh suaminya yang langsung diberikannya dari kota dan dikirim melalui orang kampung yang sengaja datang ke kota waktu itu.

Tetapi semua itu percuma karena di tempat mereka sama sekali tidak ada sinyal yang membuat merambai bisa berkomunikasi dengan suaminya itu, artinya mulai resah karena penantian yang sudah semakin lama. Karena dari awal suaminya berpesan dan pernah mengatakan kepadanya Kalau nantinya suaminya itu akan pulang dan meninggalkan pekerjaannya untuk bersama dengan Rambai di kampung tersebut.

Karena mereka berasal dari kampung yang sama, tetapi kebiasaan suaminya yang dari tamat sekolah untuk mencapai kesuksesan di kota membuatnya harus tinggal di Jakarta dan menetap di sana tanda selalu menanti dan menanti kabar yang selalu dikirimkan oleh suaminya, tiga bulan pertama mereka menikah Rambai selalu mendapatkan surat yang dikirim oleh suaminya melalui orang-orang yang sengaja datang ke kota untuk berjualan hasil kebun yang selama ini berasal dari kampung mereka.

Tetapi sudah hampir 5 bulan bahkan sudah hampir 1 tahun suaminya tidak memberikan kabar sama sekali, dia bahkan sering mengirimkan surat melalui orang-orang yang datang ke kota untuk dibagikan kepada suaminya, tetapi alhasil semuanya masih malah balik kembali ke tempat Rambai karena mereka tidak mendapatkan atau mengunjungi suami Rambai ketika berada di kota.

Rambe benar-benar merasa bingung tentang apa yang terjadi kepada suaminya, ingin sekali dia menyusul suaminya itu ke kota tetapi dia tidak memiliki alamat ataupun tempat untuk bertanya di mana suaminya itu bekerja, dia juga merutuki dirinya sendiri karena tidak bertanya kepada suaminya tentang alamat di mana dia tinggal di Jakarta.

Bahkan dia juga mendatangi keluarga mertuanya untuk menanyakan apakah suaminya sudah berkirim kabar tentang kehidupannya di sana, tetapi semuanya tidak dapat hasil sama sekali oleh Rambai. Dia pun akhirnya pulang dengan tangan apa tanpa mendapatkan kabar apapun tentang keberadaan suaminya.

Banyak yang menghina Rambai karena statusnya ya sebagai istri hanya dia sandang beberapa minggu saja, sebelum suaminya pergi meninggalkannya tanpa ada kabar sama sekali. Desas-desus di kampung pun akhirnya selalu terdengar di telinga Rambai tentang kehidupannya yang benar-benar sudah berubah ketika dia memiliki suami dan suaminya tersebut tidak pernah pulang.

Rambai mencoba untuk tidak memikirkan semua perkataan orang-orang kepadanya, tetapi lama-kelamaan perkataan orang itu dirasakan adalah hal yang benar bagi ramai karena menurutnya semua yang dikatakan orang-orang itu sama sekali tidak ada salahnya. Suaminya memang pergi sejak mereka menikah dan sampai sekarang tidak ada kabar sama sekali tentang apa yang terjadi kepadanya.

Bahkan orang tua Rambai pun sudah khawatir tentang keadaan di mana menantunya sekarang berada, Rambai jarang keluar rumah karena dia merasa malu dengan situasi yang dia hadapi sekarang ini, dia bagaikan seorang janda yang memiliki suami. bahkan sering dari mereka yang menaruh hati kepada Rambai mencemoohnya karena lebih memilih laki-laki yang tidak hidup di kampung ini daripada mereka yang sudah jelas-jelas memiliki pekerjaan yang berada tetap di kampung tersebut.

Hinaan demi hinaan selalu didapati oleh Rambai di dalam kampungnya, segala cara dan upaya sudah dilakukan oleh Rambai untuk menemukan suaminya, tetapi benar-benar suaminya itu sama sekali tidak mendapatkan kabar atau memberikannya kabar agar dia bisa mendapatkan celah untuk menanyai di mana saat ini suaminya berada.

Bahkan ada dari tetangga yang mengatakan kepada ramai kalau suaminya itu mungkin sudah memiliki istri sebelumnya, hal itu pun sempat dipertanyakan oleh Rambai kepada keluarga suaminya tersebut tetapi mereka semua malah menyangkal hal itu dan mengatakan kalau hanya Rambai sendirilah istri dari suaminya tersebut.

Lama-kelamaan ramai menjadi jenuh dengan penantian yang sama sekali tidak ada berujung, kabar tentang suami Rambai tidak pulang-pulang pun akhirnya hilang begitu saja, Dia pun selalu melakukan aktivitasnya seperti biasa tanpa ada rasa canggung ataupun kehilangan suami lagi, walaupun ada beberapa kali dia masih memikirkan dimana suaminya tersebut tetapi hal itu langsung dihilangkannya karena dia merasa suaminya tersebut memang tidak berniat untuk kembali lagi ke tempat itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status