“Gak usah. aku bawa sendiri aja.” Rania menyembunyikan tas di balik punggungnya.“Gak apa-apa, istriku. Biar mereka pikir aku pria yang romatis, istriku.” Rangga mengambil tas Rania dan membawakannya.Rania salah tingkah saat sang suami memanggilnya istriku. Wajahnya bersemu merah. Apalagi saat tadi memasangkan tali sepatu dan saat ini membawakan tasnya. Benar-benar diluar dugaan. Pria yang menurutnya kejam, angkuh dan menyebalkan ternyata berhati bak malaikat. Sangat baik dan mengagumkan.“Ayo jalan, atau mau digendong lagi?” Rangga menyentuh dagu Rania lembut.“I- iya.”Rania dengan ragu menggamit lengan pria yang masih terlihat awet muda. Tak hanya tampan dan tajir, suaminya benar-benar mempesona. Siapapun wanita yang melihatnya pasti jatuh cinta. Teman-teman yang biasa menghinanya karena tak laku pasti akan iri kepadanya. Lisa, Audy kalian pasti tak percaya dengan apa yang akan kalian lihat.Rangga memperhatikan Rania yang terus menatapnya tanpa berkedip. “Kamu kenapa? terpesona m
BAB 16“Berati kalo bukan di sekolah boleh macam-macam, begitu?” Rangga menggoda Rania.“Iih nakal.” Rania memukul lengan suaminya perlahan lalu memalingkan wajahnya. Godaan itu membuat Rania malu dan wajahnya kembali bersemu merah. Namun haruslah sadar diri siapa dirinya dan juga pria dihadapan.Rangga sangat suka menggoda istrinya hingga tersipu malu dan salah tingkah. Ada sensasi tersendiri saat melihat wajah sang istri merah jambu.“Ayo kita duduk dulu. Makanan favorit disini apa?”“Banyak sih, ada bakso, mie ayam, siomay, pizza banyak deh pokoknya.”“Yang kamu suka apa?”Rangga menggandeng Rania menuju salah satu meja. Mereka lalu duduk berhadapan.“Aku dulu jarang jajan. Paling bantuin ibu yang punya kantin dulu baru bisa dapet bakso semangkok.”“Ya udah, kita pesen bakso aja.”“Iih aku lagi gak pengin makan.” Rania terlihat bete.“Ya udah, pesan satu aja.”“Iih kan tadi Tuan udah sarapan.”“Jangan panggil Tuan.’“Terus apa?”“Sayang juga boleh.”“iih gak lucu tau.” Rania mencub
BAB 17“Benarkah dia sudah membuka hatinya untukku. Benarkah dalam satu malam dapat menumbuhkan rasa cinta diantara kami. Benarkah satu malam akan menjadi saksi indahnya malam-malam selanjutnya. Akankah gemerlap bintang menemani malam penuh ceria. Akankah purnama bersedia menerangi hati yang tersakiti dan kembali indah dalam rengkuhan tali asmara. Hanya tuhan yang tahu tentang rahasia satu malam.” Rangga bergelut dengan bathin.Rania melangkah ke arah toilet. Belum sampai di sana, langkah Rania dihadang oleh Lisa dan audy. Tak berapa lama Marchel beserta genknya juga muncul. Mereka tertawa dengan tatapan penuh penghinaan.Tatapan liar menjelajahi dari kepala hingga ujung rambut Rania. Tak dapat dipungkiri, ada sedikit perbedaan pada si cupu Rania. Dia terlihat lebih bersih dan terawat. Si cupu terbiasa dengan tampilan yang tak sedap dipandangmata. Kacamata tebal dan rambut kepang yang menjadi ciri khasnya kini tak nampak. Wajahnya terlihat lebih cantik.Walau tak memakai kacamata, bu
BAB 18Saat sedang membutuhkan pertolongannya, pria angkuh itu tak menampakkan batang hidungnya. Rania tak akan percaya lagi kepada pria pembohong itu. Jangankan melindungi, menolong saja dia tidak melakukannya.“Dengar cupu! Marchel dan gue sudah jadian. Dan nanti malam, kami akan mengadakan party di puncak untuk merayakan kemenangan Marchel dan hari jadi kami!” Audy merangkul bahu Marchel dan mengecup pipinya.Hal itu membuat Rania muak dan membuang ludah. “Ciih ... menjijikkan!”“Hei, apa maksud Lo!” Audy mendekat kearah Rania dan mencengkeram dagu Rania kuat, hingga Rania meringis kesakitan. “Dasar cewek murahan ...” Audy mengangkat tangan hendak menampar Rania. Namun tangan kekar menahan dengan memegang pergelangan tangan Audy. “Jangan berani menyentuh istriku, atau aku patahkan tanganmu cantik!” suara merdu tapi penuh ancaman.“Aw,” Audy memegangi tangannya. Dia mengaduh kesakitan. “Lepasin, sakit Om.” Audy meringis kesakitan. Cengkeraman tangan kekar itu membuat lengannya seper
Tiba-tiba Lisa mendekat kearah Rangga dan berusaha merayunya. “Om, kalau Om butuh apa-apa. Saya bisa kok membantu.”“Tidak usah menggodaku. Aku akan memberikan peran yang terindah hanya kepada Rania, istriku.” Rangga merangkul bahu Rania dan menatap gadis itu. Namun tak ada respon dari rania. Istrinya justru membuang muka dan melepas pelukannya.“Maksud Om, Rania mau dijadiin artis gitu? Om kan punya production House. Wah enak banget dong.aku juga mau Om jadi artisnya.”“Saya tidak akan membiarkan istriku menjadi artis dan dimiliki semua orang. Aku hanya akan menjadikan dia ratu yang hanya milikku seorang. Perannya sangat penting dalam hidupku.” Rangga mengecup ujung jari Rania mesra.Hal itu membuat lisa dan juga audy mencubit pipi mereka masing-masing dan mengaduh kesakitan. Tak menyangka semua ini nyata, bukan mimpi. Si cupu jadi cinderella. Mungkinkah ini hanya akan jadi judul film dan pemerannya adalah Rania. Oh my God, alangkah beruntungnya kau Rania. Lisa dan Audy merasa gila
Rania menatap kearah wali kelasnya. Netra itu tak menatap kearahnya. Bola mata Rania mengikuti arah tatapan wanita paruh baya itu. Dan berhenti kepada jemarinya yang masih saling menggenggam. Lebih tepatnya, suaminya yang menggenggam begitu erat. Rania segera sadar dan melepas jemarinya.Rangga menoleh dan menatap mesra sang istri mudanya. “Kenapa yank?”Rania tak merespon. Dia hanya menunduk ketakutan. Wali kelasnya terkenal tegas. Dia akan mengambil tindakan tegas jika ada murid yang melanggar peraturan.“Maaf pak Rangga. Anda ayah dari Marchel’kan? bukan ayah dari Rania?” Bu siska berbicara dengan penekanan saat menyebut nama Rania. Dia mulai risih dengan pemandangan di hadapan.“Iya betul.”“Baik, saya akan berbicara dengan anda. Dan kamu Rania, bisa keluar sebentar?” pinta Bu siska.“Maaf tidak bisa ibu. “ Rangga menoleh kearah Rania yang terus menunduk. Rangga kembali menggenggam jemari Rania erat. Walau sang istri menolak, tapi Rangga tetap menggenggamnya.“Kenapa pak?”“Kare
BAB 21 NYERI DALAM DADAMasalah keluarga tak kunjung berakhir. Sekuat apapun mencoba bertahan, dinding hati yang rapuh tak mampu bertahan.Bolamata mulai memanas. Sekuat tenaga dia menahan supaya tak ada air yang menggenang. Malu rasanya harus menangis di depan sang istri. Sekuat apapun menahan, bola mata yang memanas digenangi oleh cairan hangat yang tak mampu berkompromi hingga perlahan menetes dan mengalir di pipi pria berkulit putih itu.Perlahan menepikan mobil lalu keluar dan bersandar pada mobil. Ia mengusap airmata di pipi dengan kasar. Namun berkali-kali diusap tak juga mengering. Airmata itu terus mengalir di kedua sisi pipinya. Bahunya berguncang menahan tangis. Saat akan menghapus airmata kembali, lengan kokohnya di pegang oleh tangan mungil yang begitu dikenalnya. Rania berdiri di hadapan suaminya dan menatapnya sayu. Rania tak tega melihat sosok pria yang begitu kuat tiba-tiba menjadi rapuh. Tinggi tubuhnya yang hanya sebatas dada sang suami harus berjinjit untuk menghap
BAB 22Rania menghela nafas, lalu bersandar pada mobil disamping Rangga. Ia tak mengira kisah hidup sang suami sangat berliku. “Bagimana mungkin orang hidup tak mengenal Tuhannya.” Rania bergumam, lalu berjalan kearah lapangan dimana anak-anak kampung sedang bermain bola.“Tapi begitulah kenyataannya.” Rangga mengekor dibelakang Rania.Rania lalu berbalik dan berjalan mundur dan tetap di ikuti oleh suaminya. “Apa kau tidak pernah merayakan hari besar keagamaan?”“Tidak pernah, karena aku dulu seorang pelayan.” Rangga terus mengikuti sang istri yang masih berjalan mundur.“Kau punya ktp?”“Punya?”“Apa yang tertera disana? Dan kau juga punya istri, dengan cara apa kau mengikat janji suci?”“Cara yang sama seperti saat aku menikahimu.”“Itu artinya, Tuan punya agama dan juga Tuhan. Hanya saja tidak menjalankan perintahNYA.”“Iya, kau benar. Tolong, ajarkan aku untuk lebih mengenalNYA.”Rania tersandung batu dan hampir terjatuh. Disaat yang tepat, rangga berhasil menyangga punggungnya hi