Setelah dua hari ‘dikurung’ di Wisteria Manor untuk mengurus dan mempersiapkan berbagai hal, pada tanggal dua puluh tiga April 2024 pagi, Emily—ditemani Azalea, menyerahkan diri pada polisi dan juga membeberkan rahasia gelap sang public figure ternama. Mendengar berita tersebut, pendukung Regen Whetherby terpecah menjadi dua bagian; mereka yang mengutuk Emily Jess karena telah berkata dusta, dan mereka yang mulai ragu-ragu dengan dukungan mereka untuk si public figure. Publik mulai berdatangan dan bertingkah layaknya mayat hidup di depan gedung kepolisian Brightcrown City. Sialnya, kemarahan masyarakat Brightcrown City bukan hanya satu-satunya yang harus dihadapi para polisi. Jenderal Hargreaves murka setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Alasannya adalah pencemaran nama baik putri kesayangannya, yang selama menjadi tersangka terus merengek pada ayahnya yang ‘hebat’ untuk segera melakukan sesuatu. Bahkan pada akhirnya, sang Jenderal melampiaskan emosinya pada Regen Whetherb
I 17 April 2024 Starvale Medical Center merupakan rumah sakit yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas kesehatan modern yang terletak di Starfell Valley—dulunya adalah sebuah kota kecil bernama Peonia yang dibentengi pegunungan. Rumah sakit ini telah berhasil menyelamatkan ratusan—bahkan mungkin ribuan nyawa yang bukan hanya penduduk Starfell Valley saja tapi juga pasien-pasien dari berbagai macam kota lainnya. Namun, Starvale Medical Center memiliki sisi gelap yang hanya diketahui oleh para pejabat rumah sakit itu beserta beberapa dokter-dokter tertentu. Salah satu dokter yang terjebak di dalam kesialan itu adalah seorang dokter spesialis neurologi bernama Daniel Blalock. Usianya yang terbilang cukup muda untuk menjadi seorang ahli neurologi dan dedikasinya yang luar biasa di bidang tersebut berperan cukup signifikan dalam perjalanan karirnya. Sayangnya, bukan sesuatu yang baru ketika seorang dokter muda berbakat sepertinya terbelenggu oleh kemunafikan para pejabat rumah sa
Tiga minggu setelah pengakuan Emily Jess tentang perbuatannya yang telah menewaskan Frederica Whetherby dan apapun yang terjadi di masa lalu—yang menyangkut tragedi keluarga Whetherby, kedua orang tua angkat Emily datang berkunjung ke Wisteria Manor untuk berkonsultasi. Lady Viscaria menemui mereka di ruang bacanya tanpa menunjukkan minat terhadap apapun yang ditawarkan pasangan Jess itu. “Saya katakan sekali lagi, Lady Viscaria,” ucap sang suami. “Kami membesarkan Emily tidak dengan mendoktrinnya untuk melakukan balas dendam. Sungguh, dia anak yang manis dan penurut. Kami begitu menyayanginya dan benar-benar berharap agar Emily mendapatkan lingkungan dan pendidikan yang terbaik. Kami rasa—” “Tuan dan Nyonya Jess,” potong Lady Viscaria. “Dari pengalaman yang Dia miliki dalam urusan ini, siapapun dapat melakukan apapun selama mereka memiliki motif dan kesempatan untuk melakukannya. Selain itu, perlu dipahami jika trauma masa lalu Emily—yang jelas-jelas telah menyulut api balas dendam
NARASI ZAYLIE Kamis, 18 Desember 1986/10:44 Malam Sembilan tahun yang lalu aku akan sedang berbaring di bawah jembatan lengkung tua yang tidak jauh dari rel kereta karatan tempat berakhirnya orang-orang yang hobi bunuh diri. Entah apa yang mereka rasakan ketika mengetahui kereta yang melalui rel karatan itu sudah tidak dioperasikan lagi. Biasanya, akan membutuhkan tiga hingga empat hari sampai ada petugas kebersihan dengan anjing yang terus menyalak untuk datang dan memungut seonggok daging busuk dari rel karatan itu. Saat berjalan pulang, sesekali petugas kebersihan itu akan melirikku untuk memastikan apakah aku masih hidup. Aku akan melambaikan tangan dan tertawa riang untuk memberikan jawaban dari pertanyaannya. Kemudian, si pemilik wajah yang sama dengan orang-orang dengan hobi aneh itu akan menunjukkan rasa tidak puas karena melihatku masih bernyawa. Sekarang, di sinilah aku berada. Tempat ini berbentuk persegi panjang dengan satu pintu di bagian selatan yang diapit dua jendel
NARASI ZAYLIE I Jumat, 19 Desember 1986/00:22 Rasanya sulit menjelaskan apa yang sedang terjadi padaku saat ini, tapi sepertinya aku telah kehilangan sesuatu yang, bisa dibilang, telah lama kupertahankan. Sesuatu yang tidak ingin kubiarkan pergi apapun yang terjadi, tapi sepertinya aku telah kehilangan sesuatu itu. Jika kuperhatikan baik-baik, saat ini aku seperti sedang berbaring di suatu tempat dengan lantai keras yang cukup hangat. Aku juga merasakan embusan angin dingin yang sedari tadi mengusikku dari beberapa arah. Angin yang berembus rasanya asin dan kering. Apakah itu penjelasan yang benar—bau dan angin yang terasa asin? Seseorang pastinya sedang mencari masalah dengan membiarkan bau ikan segarnya tercium di saat semua orang sedang berusaha untuk tidur! Oh benar. Ini tengah malam. Gadis kecilku pasti sedang tidur saat ini. Apakah dia dapat mencium bau asin ini? Apakah dia tidak terganggu? Haruskah aku melapisi jendela dengan kayu tambahan agar bau asin ini tidak masuk lag
NARASI ZAYLIE I April 1974/7 Tahun Sejauh yang bisa kuingat, aku tinggal di sebuah panti asuhan kecil di pinggiran desa. Tempat yang nggak seorangpun tau keberadaannya. Setiap paginya kami akan melakukan upacara bendera yang hanya dihadiri oleh lima orang dewasa dan empat belas anak-anak yang satu di antaranya hanya bisa menangis. Setelah itu, kami akan berbaris untuk mendapatkan makan pagi yang hanya berisi potongan kecil roti gandum dan segelas air keran. Merasa nggak puas, aku dan beberapa anak lainnya akan menyusup ke gudang penyimpanan setelah jam makan pagi selesai. Kami akan mencari apapun yang bisa di makan—meski itu berupa serangga. Kepala panti asuhan adalah seorang bibi yang mirip babi. Tubuhnya pendek, berlemak dan dia selalu terlihat sedang memakan sesuatu. Aku penasaran apakah jumlah anak yang setiap minggunya berkurang ini ada hubungannya dengan si babi subur itu. Mungkin dia dan para petugas panti mengoyak tubuh kurus anak-anak panti dan membakarnya di pemanggang d
NARASI ZAYLIE I Agustus 1977/10 tahun Selama dua tahun sejak Malam Pelarian Besar anak-anak panti, aku terus berpindah-pindah tempat agar tidak ditemukan. Tapi suatu ketika, aku menemukan sebuah komplotan pencopet cilik yang bekerja untuk seseorang yang memberi mereka tempat untuk pulang. Karena tertarik, aku meminta salah satu pencopet cilik itu untuk mengajakku ke tempat persembunyian mereka. Kini, sudah satu tahun aku tinggal bersama mereka. Setiap harinya, tempat bekerjaku selalu berpindah jika nggak mau tertangkap petugas yang selalu mondar-mandir di setiap sudut kota. Setiap jamnya, mereka akan berkeliling untuk memastikan nggak ada satupun sampah yang berkeliaran. Untungnya, ada beberapa petugas kotor yang menerima uang dan membiarkan kami, para sampah, pergi. Dengan begitu, kami bisa mencopet dengan bebas. “Hasil kerja hari ini sangat bagus! Alastor bakal kasih daging buat makan malam!” seru seorang teman di suatu sore yang hening. “Aku nggak yakin,” sanggahku. “Dengarka
NARASI ZAYLIE April 1974/7 Tahun “Dengan kembalinya si anak pemurung,” kata seorang teman sambil melirikku. “Kita akan lakukan rencana itu malam ini.” “Tapi gimana dengan perlengkapannya?” tanyaku penasaran. “Semua udah kami siapkan saat kau pergi tadi pagi,” jawab seorang teman. “Baiklah. Setelah makan malam, kita akan berpura-pura tidur. Dan saat hampir tengah malam, kita bakal menyusup keluar menuju barat,” jelas seorang teman yang bertindak sebagai pemimpin. “Gimana dengan anak-anak lainnya?” tanyaku lagi. “Oh, kami udah diam-diam memberitahu mereka sejak minggu lalu,” kata si pemimpin. Astaga, aku merasa dikucilkan karena nggak tau banyak hal. “Apa yang aku lewatkan?” “Sejak kami mendengar kalau kau akan di bawa pergi, kami nggak mau memberitahumu—karena kami pikir itu bakal sia-sia dan mungkin aja bakal membahayakan rencana ini.” “Jadi...?” tanyaku nggak sabar. “Kami menemukan bensin di ruang penyimpanan—secara nggak sengaja,” kata si pemimpin. “Jangan bilang kau aka