Lia, Sera, Mira, Edu, Ronald, dan Hezki masih terlihat sedang berenang dengan riang di perairan Pulau Asu. Mereka tampak menikmati kesegaran air laut yang masih terasa hangat oleh sinar matahari pagi. Cahaya matahari yang masih lembut menerpa permukaan air, menciptakan kilauan berlian yang bergerak-gerak di permukaan laut. Langit biru yang cerah dan bebas awan menjadi latar belakang sempurna untuk pemandangan yang begitu memesona.“Guys, udara pagi ini begitu sejuk!” ujar Sera senang.“Benar banget, Sera. Air lautnya juga membuat kita sangat nyaman untuk berenang!” sergah Mira.“Tempat ini benar-benar pulau impian, Guys!” tutur Lia.“Setuju!” celutuk kedua temannya.Lia, dengan rambut panjangnya yang tergerai, tampak berenang dengan lembut dan anggun. Dia terlihat menikmati setiap tetesan air laut yang membasahi kulitnya. Sera, yang lebih energik, tampak berenang cepat dan lincah, sesekali membuat percikan air yang indah.Mira, dengan gaya renangnya yang tenang dan terkontrol, tampak
Setelah menikmati sarapan, Hezki, Edu, dan Ronald pun berdiri. Mereka menatap teman-temannya yang lain dengan wajah serius. Lalu kemudian Hezki mengumumkan bahwa mereka perlu melakukan rapat penting.“Guys, karena kita telah selesai sarapan. Maka saatnya kita akan rapat penting pagi ini,” ujar Hezki mengawali pembicaraan. Hezki, Edu, dan Ronald telah merencanakan hal ini. Para pria tahu bahwa mereka perlu membuat pemukiman bagi semua orang yang terdampar di Pulau Asu.“Wah, rapat apa nih? Kok aku jadi penasaran, ya?” tanya Sera kepada para pria. Namun sorot matanya menatap ke arah Ronald.Seolah-olah menyadari rasa ingin tahu dari Sera. Ronald pun berkata,“Bisa dikatakan rapat ini sangat penting untuk keberlanjutan hidup kita di pulau ini,” serunya menjelaskan.“Ternyata tentang sesuatu yang sangat penting, rupanya?” tanya Mira.“Ya begitulah, kira-kira.” Edu menyahut dengan tersenyum ke arah Lia.“Sepertinya rapat ini sangat penting, kami akan berpartisipasi dengan baik. Mari, kita
Edu, Hezki, dan Ronald berdiri tegak di tepi kapal, wajah mereka tegang, mata ketiganya penuh dengan tekad. Di depan mereka, segerombolan kera liar bergerak cepat dari dalam kegelapan hutan, niat mereka jelas menjarah sumber logistik. Ketiga pria itu menggenggam kayu panjang sebagai senjata pamungkas mereka, siap untuk melawan. "Kita harus tetap bertahan tahan, Guys. Mereka tidak boleh mengambil apapun dari kita!" teriak Hezki, sambil sibuk mengusir kera-kera tersebut dari atas kapal.Edu mengangguk, mencoba menenangkan dirinya sendiri, "Kita harus berjuang demi untuk melindungi sumber logistik kita. Kita harus menunjukkan kepada para kera tersebut jika kita tidak akan menyerah begitu saja!"Ronald, dengan tatapan tajamnya, menambahkan, "Kita adalah satu, kita adalah kekuatan yang tak akan terkalahkan!"Segerombolan kera liar semakin bergerak cepat, lengkingan mereka memecah keheningan pagi itu. Hewan-hewan liar itu berusaha untuk memasuki bagian dalam kapal. Untung saja, saat Edu
Setelah hampir lima menit dokter Mira memeriksa suhu tubuh Hezki. Ternyata suhu tubuh pria itu saat ini mencapai tiga puluh sembilan derajat celcius. Sang dokter pun berkata,“Bro Hezki, ternyata suhu tubuhmu sangat tinggi. Sepertinya kamu perlu perawatan khusus untuk meredakan demam mu,” ucap sang dokter.“Tapi saya tidak merasakan apapun,” bohongnya. Pria itu takut, jika saja sang dokter ingin menyuntiknya. Entah kenapa dari dulu Hezki sangat takut jika di suntik oleh dokter.Edu kembali memegang kening Hezki untuk memastikan kondisi sang sahabat.“Ya ampun, Bro. Lo emang demam, woi! Bagaimana, sih? Masa Lo nggak merasakan apa-apa?” heran Edu.“Serius, Bro. Gue tidak merasakan apapun!” ujar Hezki santai padahal raut wajahnya semakin memerah.Ronald yang mengetahui rahasia Hezki yang takut dengan jarum suntik. Mulai jahil dan ingin menakut-nakuti sang sahabat. Pria itu pun mulai mendekati sahabatnya dan ikut memeriksa panas tubuhnya. Setelah itu Ronald berkata,“Yaelah, Bro! Lo sedan
Pulau Asu, sebuah pulau kecil yang sangat indah. Yang menjadi tempat tinggal sementara bagi Edu, Ronald, Lia, Sera, Hezki, dan Mira. Meski indah, pulau ini masih sangat asri. Mereka yang terdampar di pulau ini. Berencana akan membuat sistem drainase dan saluran air. Sehingga limbah yang mereka hasilkan tidak akan mengotori lingkungan sekitarnya.Edu dan Ronald, dua pria yang penuh semangat dan tekad, memutuskan untuk mengatasi masalah ini. Mereka berdua memiliki latar belakang teknikal dan memahami bagaimana sistem drainase bekerja. Mereka membuat rencana dan mempersiapkan perlengkapan seadanya seperti sekop, dan cangkul, yang selalu ada di atas kapal mereka. Karena para pria itu berjiwa petualang. Mereka pasti tak lupa membawa alat-alat dan perlengkapan untuk bertahan hidup di alam bebas.“Bro! Ayo kita mulai sekarang, ya. Membuat drainasenya,” ujar Edu kepada Ronald.“Siap, Bro!” jawab Ronald. Sementara itu, Lia dan Sera, dua wanita yang penuh energi dan terlihat, bergabung dengan
Lalu tiba-tiba, timbul di benak Hezki untuk mengatakan sesuatu hal penting yang mengganjal di hatinya. Apalagi saat ini mereka hanya berdua saja di atas kapal.“Sepertinya ini waktu yang tepat bagiku untuk mengungkapkan isi hatiku kepada Mira,” gumam Hezki dari dalam hatinya.Dengan mengumpulkan keberaniannya, Hezki pun berkata,“Dokter Mira, sebenarnya aku sangat mengagumi dirimu,” ucap sang pria dengan penuh keberanian.“Oh, ya? Terima kasih, Bro Hezki. Merawat orang sakit memang sudah menjadi kewajibanku, sebagai salah seorang tenaga kesehatan,” jawab Mira yang tidak mengetahui maksud terselubung dari pria itu.“Eh … iya, ya. Aku lupa jika kamu adalah seorang dokter,” ujar sang pria yang menjadi kikuk sendiri karena sangat gugup untuk mengutarakan isi hatinya kepada gadis itu. Sang pemuda seketika merasa bingung karena jawaban Mira yang jauh dari ekspektasinya. Gadis itu mengira jika Hezki mengagumi profesinya sebagai dokter. Padahal yang sebenarnya terjadi, pria itu ingin mengung
Edu dan rombongan lainnya dengan penuh keyakinan, melangkah mantap. Sang pria memimpin teman-temannya memasuki hutan yang lebat di Pulau Asu. Di belakangnya, ada Lia, Mira, Sera, dan Ronald yang mengikuti dengan hati-hati, langkah mereka beriringan dalam keheningan alam. Kelimanya pun melangkah terus masuk ke dalam hutan yang menyelimuti Pulau Asu dengan penuh semangat dan yang berkobar. Edu, dengan pengetahuan yang tajam tentang alam, memimpin perjalanan mereka kali ini. Karena Hezki sedang bertugas untuk menjaga sumber logistik mereka. Dia berjalan di depan dengan langkah tegap dan percaya diri, mata yang tajam memantau setiap detail di sekitarnya.“Guys, kita akan mulai memasuki hutan semakin jauh. Kalian ikuti saya, ya? Hati-hati dengan langkah kalian,” seru Edu kepada teman-temannya.“Beres, Bro!” sahut mereka serentak.Langit biru yang cerah memancarkan kehangatan, menyinari setiap sudut hutan dengan cahaya emas yang lembut. Pepohonan yang menjulang tinggi, menyatukan dedaunan
Setelah selesai membersihkan lingkungan sekitar sungai, Edu dan teman-temannya merasa puas dan bangga. Mereka telah bekerja keras sepanjang hari, mengumpulkan sampah dedaunan yang tersebar di sepanjang tepi sungai dan membuangnya ke tempat yang tepat. Kini, sungai itu tampak lebih bersih dan indah, airnya jernih dan ikan-ikan kecil bisa terlihat berenang dengan bebas.“Edu! Akhirnya sungainya sangat bersih,” ujar Lia senang.“Iya, airnya juga tampak lebih jernih!” tukas Mira.“Lihat tuh, Guys! Ada sekelompok ikan-ikan kecil yang berenang ke sana kemari!” celutuk Sera senang.“Pulau ini benar-benar bagus untuk kita tinggali,” ujar Ronald.“Ya, tepat sekali. Untuk itu selama kita berada di pulau impian ini, marilah kita tetap menjaga kelestarian dan keberagamaan hayatinya,” tutur Edu bijak.Lalu pria itu berkata lagi,“Bagaimana teman-teman? Apakah kita bisa melanjutkan perjalanan kita? Hari sebentar lagi sore. Kita harus segera bergegas,” serunya kepada semuanya.“Ayo, mari kita lanjut