Di Pulau Asu nan indah dan eksotis, tiga keluarga masih tinggal bersama dengan penuh harmoni. Keluarga pertama terdiri dari Ayah Edu, Bunda Lia, dan anak-anak mereka Isaac, Jacob, dan Josie.
Keluarga kedua terdiri dari Ayah Hezki, Bunda Mira, dan anak-anak mereka Hezra, serta sikembar Shakila dan Sherina. Keluarga ketiga terdiri dari Ayah Ronald, Bunda Sera, serta anak-anak mereka Sebastian dan Rose.Setiap hari, kehidupan di Pulau Asu dipenuhi dengan keceriaan dan kegiatan yang bermanfaat. Untuk memastikan anak-anak mereka tidak buta huruf, para ibu yaitu Bunda Lia, Bunda Sera, dan Bunda Mira mengambil peran penting dalam mengajarkan anak-anak mereka cara membaca, menulis, dan berhitung.Para ibu dengan sabar dan penuh cinta mengajarkan anak-anak mereka di sebuah pondok sederhana yang dibangun oleh para ayah di tepi pantai yang landai.Pondok sederhana ini terbuat dari kayu dan bambu, dengan atap daun rumbia yang memberikan perlindungan dariIsaac, Jacob, Hezra, dan Sebastian adalah empat anak lelaki yang penuh dengan semangat petualangan. Mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu di hutan bersama para ayah, Ayah Ronald, Ayah Hezki, dan Ayah Edu. Tujuan mereka adalah mencari kayu bakar sambil menikmati waktu berenang di sungai. Pagi itu, sinar matahari menyinari hutan Pulau Asu dengan lembut. Para ayah bersama putra-putra mereka telah berkumpul di tepi hutan, siap memulai petualangan hari ini. Ayah Ronald, seorang pria yang penuh kehangatan, selalu berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan untuk mereka. “Anak-anak, kali ini kita akan masuk hutan untuk mencari kayu bakar,” ucap ayah Ronald kepada Isaac, Jacob, Hezra, dan Sebastian. Ayah Hezki, seorang pria yang penuh kearifan, selalu memberikan nasihat bijak kepada mereka. “Perhatikan langkah kalian, ya! Jangan saling mendahului!” seru Ayah Hezki. Ayah Edu, seorang pria berwa
Pagi yang cerah menyambut para ibu, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera, serta putri-putri mereka, Josie, Shakila, Sherina, dan Rose. Mereka semua bersemangat pagi ini untuk menjelajahi hutan Pulau Asu. Para ibu berencana mengambil banyak daun pandan berduri untuk membuat tikar. Mereka berkumpul di depan rumah Bunda Lia, yang terletak di pinggiran pantai yang menjorok ke daratan. Semua ibu dan putri-putri mereka mengenakan pakaian yang nyaman dan membawa tas kecil untuk menyimpan daun pandan yang akan mereka kumpulkan. Bunda Mira lalu berkata, "Selamat pagi, semuanya! Apakah kita siap untuk petualangan hari ini?” “Siap Bunda!” jawab Josiie, Shakila, Sherina, dan Rose serentak. "Hari ini kita akan pergi ke hutan untuk mengambil daun pandan. Kita akan belajar menganyam daun pandan menjadi tikar. Siapa yang sudah siap?” sergah Bunda Lia “Kami siap, Bunda!” jawab para anak gadis itu dengan suara seren
"Selamat kepada Mira Felisha Warow, Lia Stefany Atmaja, dan Serafina Florine Alvarendra, atas keberhasilannya sebagai wisudawati terbaik yang meraih predikat cumlaude pada hari ini."Riuh tepuk tangan para peserta wisuda dan orang tua yang mendengar jika ketiga anak gadis mereka mendapatkan gelar sebagai wisudawati terbaik.Hari ini adalah upacara peneguhan dan pelantikan bagi ketiga gadis cantik yang telah menempuh pendidikan di bangku kuliah. Wisuda hari ini merupakan penanda kelulusan bagi Lia, Sera, dan Mira yang telah menempuh masa belajar pada suatu universitas di Kota metropolitan Jakarta, Indonesia.Para orang tua yang kebetulan juga saling bersahabat sangat senang karena ketiga gadis cantik, putri mereka berhasil lulus dengan nilai tertinggi dan mendapat penghargaan dari kampusnya.Untuk itu para orang tua pun, sengaja berkolaborasi membuat pesta kejutan kepada putri-putri mereka."Anak Papa, memang the best!" seru Tuan Bagas Warow kepada putrinya Mira Felisha Warow. Nyonya
Ketiganya sangat kaget dengan perkataan para ayah. Yang ingin membubarkan diri saat ini. Lagi-lagi para gadis pun meminta bantuan ibu mereka untuk menjelaskan kepada ayah-ayah yang sangat mengkhawatirkan putri-putrinya."Papa, ayolah. Jangan kekanakan begitu, biarkan Mira dan teman-temannya menyalurkan hobi mereka," tutur Mama Dwi mencoba merayu suaminya."Iya, Pa. Lagian Lia, Mira, dan Sera sudah mempersiapkan diri mereka dengan baik. Bahkan mereka telah mengecek prediksi BMKG. Jadi tidak ada yang perlu ditakutkan," sergah Mama Shania kepada suaminya."Benar itu, Pa. Lagian Sera dan juga teman-temannya sangat jago berenang dan menyelam. Makanya mereka berani untuk berlayar ke laut. Jadi tidak ada alasan bagi kita para orang tua untuk melarang mereka." Mama Nara juga ikut membuka pandangan suaminya.Para ayah langsung terdiam mendengarkan penjelasan istri-istri mereka yang ada benarnya juga. Lalu ketiga pria tua itu mulai berbisik-bisik satu sama lain.Walaubagaimanapun cinta pertama
Setelah berjuang melawan kemacetan, akhirnya mobil para gadis sampai juga di sebuah mall. Ketiganya lalu turun dari mobil dan mulai memasuki gedung pusat perbelanjaan itu. Lia, Sera, dan Mira terlihat sedang berkeliling toko yang menjual perlengkapan untuk belajar ke laut."Guys ... kita cari satu-satu ya, semuanya. Agar tidak ada yang ketinggalan," tutur Lia kepada kedua temannya."Beres, Nona Kapten!" ujar keduanya serentak. Perjalanan mereka kali ini dipimpin oleh Lia sebagai kapten regu. Saat sekolah dulu, sang gadis sering sekali menjadi pemimpin regu Pramuka saat mereka masih duduk di bangku sekolah.Ada beberapa perlengkapan keselamatan yang harus mereka siapkan saat ini. Seperti jaket pelampung, senter air, cermin sinyal, perahu karet, bahan makanan dan minuman yang cukup untuk keperluan darurat. Sehingga dengan perlengkapan yang memadai, ketiganya dapat bertahan dalam kondisi apapun.Setelah semua perlengkapan berlayar berhasil mereka kumpulkan dengan lengkap. Ketiga gadis
"Prediksi BMKG selama lima hari ke depan aman terkendali kok. Nih, kalian lihat sendiri," sergah Mira sambil menyodorkan ponselnya kepada kedua sahabatnya.Lia, sang pemimpin perjalanan mereka kali ini. Juga ikut memeriksa data dari BMKG. Gadis itu langsung merasa lega setelah mengetahui semuanya dalam kondisi aman terkendali.Sera juga ikut melihat laporan prediksi cuaca dari BMKG selama seminggu ke depan. Akan tetapi rasa khawatirnya masih saja bersarang di dalam dirinya."Duh ... gue kenapa, sih? Masih gelisah begini?" tanyanya kepada dirinya sendiri.Sore hari di apartemen,Sera, Lia, dan Mira mulai sibuk mempersiapkan barang-barang yang akan mereka bawa nantinya selama berlayar di lautan.Diantara ketiga ransel para gadis itu. Ransel Sera lah yang agak besar dibandingkan dengan ransel kedua temannya yang lain.Bahkan gadis itu membawa dua ransel besar."Sera, Lo bawa apaan kok gede banget?" tanya Lia kepadanya."Entah tuh, Sera nggak jelas banget!" Mira juga ikut terheran-heran d
Di pelabuhan itu juga bertengger kapal pesiar yang berukuran lebih besar dari kapal yang disewa oleh ketiga gadis tadi. Pemiliknya yaitu Hezki Arion, seorang pengusaha yang bergerak dalam bidang perkapalan.Kapal kecil itu berjenis speed boat cabin cruiser yang khusus dirancang untuk kegiatan rekreasi dan liburan. Kapal ini dilengkapi dengan kabin yang dapat menampung beberapa orang, serta fasilitas seperti dapur mini, kamar mandi, dan tempat tidur. Dimensi speed boat cabin cruiser umumnya lebih besar dan lebih berat daripada jenis speed boat lainnya, yaitu panjang antara delapan sampai dua belas meter dan lebarnya berkisar antara tiga sampai empat meter. Mesin yang disematkan juga bertenaga tinggi, sehingga bisa digunakan untuk perjalanan jauh di atas lautan bebas dengan fasilitas yang memadai. Ketiganya baru saja sampai di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka terlihat sibuk menaikkan semua barang-barang pribadi masing-masing ke dalam kapal pesiar berukuran kecil itu.S
Ketiga gadis itu sama sekali tidak menyadari jika pasangan suami istri itu dari tadi mulai berjalan perlahan menuju ke pintu ke luar. Entah apa yang hendak mereka lakukan beberapa saat lagi."Sa ... saya, juga tidak tahu apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal ini Nona Lia. Kita kan tidak bisa memprediksi tentang cuaca di tengah laut," tutur Mas Omar."Saya bukan sedang membicarakan tentang cuaca laut, Mas! Yang saya permasalahkan adalah bagaimana kapal ini bisa mencapai daratan kalau tidak ada bahan bakar? Mbak Yuni! Apa solusi dari Anda?" sahut Lia sengit.Sepasang suami istri itu malah terdiam dan tak dapat berkata-kata. Sementara Sera dan Mira mulai ketakutan dengan apa yang akan terjadi kepada mereka selanjutnya.Lalu tanpa ketiganya sadari, pasangan suami istri itu, tiba-tiba ke luar dari kabin. "Maafkan kami, Nona!" seru Mas Omar sambil menarik tangan istrinya menuju dek kapal."Hei ... apa yang kalian lakukan!" teriak Mira.Namun terlambat, pasangan suami istri itu, telah