Siang ini selepas menyelesaikan rapat gabungan untuk acara festival perayaan dua hari lagi di dalam aula musik, Esa dan Tria masih betah berdiam diri di sana. Sebenarnya, bukan Tria yang merasa betah tidak ingin beranjak, melainkan sang ketua senat lah yang menahan Tria agar tidak dulu pergi dengan beberapa alasan.
“Gue rasa ada yang kurang deh dari seluruh persiapan ini,” cetus Esa menggigiti ujung bolpoin nya sambil tak lepas menekuni beberapa arsip di tangannya.
Tria mengerling jengah. Dia tahu, itu hanya akal-akalan Esa saja untuk menahannya lebih lama lagi. Karena di dalam rapat tadi, semua tim sudah jelas tidak ada yang keberatan lagi. Malah, Esa sendiri pun mengatakan bahwa seluruh persiapannya sudah benar-benar matang. Jadi, Tria pikir saat ini Esa hanya sedang berakting sok fokus saja.
“Gimana menurut lo? Gue bener kan?” tegurnya melayangkan pandangan bertanya pada Tria yang baru selesai menguap.
“Lo gak pernah salah
Tria memasuki kediaman Geraldo. Setelah merasa tenang, akhirnya dia pun memutuskan pulang. Walau tidak sepenuhnya, kehadiran Viona bisa sedikit membantu melupakan masalahnya.Tria membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk menenangkan diri, maka saat langit sudah menggelap gadis itu pun baru tiba di dalam rumah.“QUEEN!” seru Esa lantang, dia langsung menuruni tangga setelah melihat Tria yang memasuki halaman rumah dari balkon kamarnya.Tanpa melihat suasana hati Tria seperti apa, dengan kasar Esa pun meraih bahu Tria lantas mengguncangnya.“Lo dari mana aja, hah? Kenapa lo pulang jam segini? Abis ngapain aja lo di luaran sana? Terus, kenapa lo mesti kabur dari gue saat seharusnya lo pulang bareng sama gue,” cerocos Esa tanpa jeda, membombardir Tria dengan rentetan pertanyaannya.Tria hanya menatap Esa datar. Meskipun bahunya sedikit ngilu ketika diguncang kasar oleh
Tria dibuat panik saat tanpa diduga Esa membawanya ke bandara. Setelah merasa puas tertidur dengan waktu yang amat cukup panjang, Tria terbangun. Namun sebelum ia sempat menyadari apapun dalam keadaan setengah sadar, tiba-tiba Esa memasuki kamarnya dengan setelan yang sudah rapi.“Syukurlah lo udah bangun. Jadi tanpa harus repot-repot bangunin lo, gue bisa langsung minta lo buat mandi sekarang juga,” titah Esa sangat mendadak.Bahkan nyawa Tria pun belum terkumpul seluruhnya, tapi tak ada angin tak ada hujan dengan sangat tiba-tiba ia malah disuruh untuk mandi di waktu sepagi ini.“Ayo cepat! Kenapa masih bengong aja sih?” sentaknya membuat gadis yang sedang melongo itu terperanjat.“Tapi mau ke mana? Kenapa lo nyuruh gue mandi sepagi ini? Hari ini kan gue ada jadwal kuliah jam satu siang,” protes Tria kebingungan.Esa berkacak pinggang sembari menghela napas. “Hari ini, baik lo maupun gue, gak ada ya
“Tria!” panggil Esa ketika gadis itu sedang duduk bersantai di teras.Yang di panggil pun menengok. “Apa?” sahutnya.“Cari makan yuk! Gue laper,” ajaknya seraya menepuk perut kotak-kotaknya.“Bukannya tadi udah makan?” ujar Tria kembali berkutat dengan ponselnya yang sedari tadi sibuk bermain game.“Ck, itu kan cemilan. Gak bisa di kategoriin sebagai makanan padat yang bisa bikin kenyang,” balasnya mendengus.“Yang penting perut lo kan udah keganjel makanan,” sahut Tria semakin tidak perduli dengan perut Esa yang sudah mengeluarkan suara-suara ghaib.Merasa kesal tak digubris, Esa pun mengeluarkan jurus andalannya. Pekikan kaget terloloskan dari mulut Tria ketika dengan tiba-tiba Esa memposisikan dirinya tepat di hadapan Tria yang terjebak di antara kungkungan tangan Esa dan dinding kayu yang disandarinya.Tenggorokan Tria bergerak turun naik saat Esa mulai
Malam ini, di bawah langit malam dan di bibir pantai yang diramaikan oleh suara gemuruh ombak laut, Esa menunggu kedatangan seseorang yang sudah tak sabar ingin dijumpainya. Berpijak di atas pasir yang dihias oleh sejumlah lilin kecil yang dibentuk hati, Esa tengah duduk tegap di balik piano putih yang akan dimainkannya nanti.Malam terakhirnya di Misool akan menjadi momen indah yang tak akan mungkin ia lupakan sampai kapan pun. Sebab, tepat di sekeliling laut lepas ini Esa akan kembali menyatakan kepemilikan gadisnya untuk kesekian kalinya. Meskipun belum ada respon apapun dari sang gadis setelah beberapa lama hubungan itu dijalin, tapi Esa tidak akan pernah lelah apalagi bosan walaupun dia diharuskan mengulang pernyataannya sampai ribuan kali sekalipun.Seperti kata pepatah, untuk mendapatkan cinta yang diinginkan. Seseorang harus rela berjuang meskipun butuh banyak pengorbanan. Bahkan walau dirinya harus menyebrangi 7 samudera demi meraih cintanya, Esa rasa apapun a
“Quensha Lovinitria!” seru seseorang memanggil.Si empunya nama pun lantas menoleh saat sebuah suara tak asing menghampiri pendengarannya. Senyumannya terbit ketika matanya melihat sosok sahabat yang sudah sejak 3 hari lalu tak bisa dijumpainya.“VIONAAA....” balasnya kegirangan, lalu memutar tubuh dan berlari menghampiri sang sahabat.Namun sebelum ia berhasil memeluk Viona, justru yang ingin dipeluknya pun mengadangkan tangannya guna menghentikan gerakan Tria yang sudah siap untuk memberi pelukan rindunya. “Stop di sana!” ujarnya tajam.“Kenapa? Lo gak kangen sama gue gitu?” tanya Tria heran karena tak biasanya Viona menolak untuk dipeluknya.Viona mendengus lantas bersidekap. “Gue emang kangen. Tapi sebelum itu, gue mau marah sama lo!” tandasnya menautkan kedua ujung alis Tria.“Dih, marah kenapa?”“LO LIBURAN SELAMA TIGA HARI LAMANYA KENAPA GAK NGAJAK GU
Di dalam bilik toilet Tria membekap mulutnya, meredam tangisan yang entah kenapa begitu terasa menyakitkan saat dia tahu sebuah kenyataan yang pahit telah tercetus secara langsung dari bibir yang bersangkutan.Di saat ia berpikir bahwa lelaki itu tidak akan mungkin melakukannya, justru ia malah dikejutkan dengan pengakuan langsung dari orang yang sudah berhasil menerobos hatinya secara perlahan.“IYA. Gue emang udah ngerasain seluruh tubuh lo, puas?”Kalimat itu kembali terngiang di telinga Tria. Sangat jelas, bahkan seolah menggema di dalam ruang pendengarannya. Membuat tangisan semakin menjadi dan tanpa sadar telah melukai relung hatinya. Hati yang sudah siap untuk menyambut serta memupuknya agar segera berkembang. Namun justru semuanya malah gugur sebelum benar-benar berkembang.Tria menyeka air matanya, ia membutuhkan sang sahabat di saat seperti sekarang. Gadis itu berniat untuk menghubungi Viona lewat ponselnya, tapi dia baru sadar
“Surprise!!”Lelaki beralis tebal itu terkejut saat pertama kali membuka pintu kamarnya, seseorang telah menyambutnya dari balik pintu sambil membawa kue ulang tahun yang berlilin angka 18.Hari ini adalah hari ulang tahun si lelaki. Lalu si perempuan yang notabene adalah pacarnya sudah berhasil memberi kejutan kecil yang ia persiapkan sejak siang hari saat kekasihnya sedang sibuk berlatih di ruangan musik.“Merlin, ini apa? Kenapa kamar aku jadi banyak balon gini?” tanya lelaki itu menatap langit-langit kamarnya yang dipenuhi dengan puluhan balon gas berwarna hitam dan putih.Perempuan yang dipanggil Merlin itu pun tersenyum lebar sembari meraih tangan kekasihnya dengan satu tangannya yang bebas lantas menariknya masuk ke dalam ruangan yang sudah dihiasnya sedemikian rupa.Dia sangat takjub dengan kamarnya yang sudah berubah 180 derajat dari terakhir kali saat ia meninggalkan kamarnya tadi pagi.“Gi
Tria baru selesai membersihkan dirinya ketika mamanya memanggil untuk turun serta sarapan. Namun gadis itu tidak langsung turun, karena masih ada beberapa hal yang harus ia lakukan sebelum dirinya ikut sarapan bersama mamanya.Ia lantas segera memakai setelan kuliahnya yang sudah ia sediakan sesaat sebelum memasuki kamar mandi tadi.Kemudian sesudah semua pakaiannya ia kenakan lengkap, kini Tria mendudukkan dirinya di depan cermin. Bukan untuk berdandan seperti perempuan pada umumnya, melainkan dia hanya ingin memoleskan sedikit foundation di wajahnya agar tidak terlalu polos sekali.Setelah semua ritual rutin di pagi hari ia lakukan tanpa terlewat satu pun, maka Tria pun siap untuk meninggalkan kamarnya dan menghampiri mamanya di bawah sana yang ia yakini pasti sudah menunggunya untuk sarapan."Tria, sayang! Sini sarapan dulu, Nak!" seru Ajeng bertepatan dengan dirinya yang sudah mau menuruni tangga berbentuk S itu.Di tengah tangga Tria mengh