Share

Menjenguk Elgard

"Lu di bonceng sama Ken ya, dia ikut juga, perwakilan dari Osis soalnya."

Violet hanya mengangguk setuju, dan segera naik di sepeda motor sang ketua osis.

Violet mendadak menjadi pendiam di belakang punggung ketua osis. Mereka tak begitu dekat. Hanya saja, Violet tahu bahwa hampir setengah dari wanita di sekolahnya adalah fans berat dari laki- laki yang sekarang memboncengnya ini.

"Vio~"

Tapi Violet tak menyahut dari belakang, tengg*lam dalam hempas*n angin di wajahnya yang sejuk.

"Vio, heyyy"

Dia sedikit tersentak saat ada sedikit sentuh*n di lututnya.

"I-iya, kenapa Ken?"

"Pegangan ya, kita kayanya harus ngejar mereka di depan. Sekalian HP kamu masukin ke tas aku aja, nanti jatuh kalo kamu pegang gitu"

Violet memang tidak sempat membawa tas dan hanya membawa ponselnya saat pergi, ia mengikuti saran Ken untuk memasukan ponselnya ke tas Ken sementara mereka berkendara.

"Aku ngebut ya" sekali lagi Ken memperingati.

Violet melihat ke depan, motor ke dua temannya hanya terlihat seperti titik kecil dari kejauhan. Karena Ken dan Liona sama- sama belum pernah ke rumah Elgard, mereka tidak boleh ketinggalan jejak yang lain. Jadi Ken harus menambah kecepatan dan akhirnya Violet memegang sejumput seragam yang Ken kenakan untuk pegangan dan mencondongkan badan ke depan untuk menjaga keseimbangan.

Sesampainya di rumah Elgard, pintu besar rumahnya terbuka dari dalam setelah ketukan di pintu.

"Ohh temen nya aden ya? Mari masuk dek"

Seorang pembantu rumah tangga menyuruh mereka masuk dan menghidangkan minuman di ruang tamu.

"Bi, Elgard nya di mana?" tanya si kepala pirang yang merupakan satu grup dengan Elgard.

"Den Elgard di kamarnya, Bibi panggil Aden dulu ya di atas"

Violet mengambil posisi di sebelah Ken yang duduk dengan tenang. Sedangkan Violet hanya merinci beberapa detail dari rumah pacarnya yang baru ia singgahi itu, rumahnya terlihat luas dan nyaman.

"Hey bro~"

Teman Elgard berdiri dari sofa dan memapah Elgard yang mencoba turun dari tangga dengan tertatih, di sana Violet juga ikut berdiri sambil merasa ngilu dengan kaki sang pacar yang jelas tidak baik- baik saja.

Violet adalah orang pertama yang di tuju Elgard, secara tak terduga Elgard mem*luk dan menci*m pipi Violet di tengah semua temannya.

"Makasih udah jenguk aku"

Violet hanya mematung dalam beberapa detik dan suara si pirang yang protes mulai kedengaran.

"Woyy.. woyyy... jangan mesr*- mesr*an di depan kita juga kali." canda si pirang membuat pipi Violet merah padam.

Elgard ikut duduk di samping kiri Violet, meng*pitnya di antara ketua osis yang sama sekali belum bersuara.

"Lu gak bawa ng*but pacar gue kan Lang?"

Elgard menepuk bahu temannya yang bernama Galang.

"Bukan gue yang bawa, Vio sama Ken tadi"

Di sana raut wajah Elgard berubah menjadi sedikit muram, ia menyund*l sisi pipi bagian dalam dengan lid*hnya sambil menoleh ke arah Ken.

"Ohh jadi tadi lu yang bawa pacar gue? Thanks ya Ken"

Ken hanya manggut- manggut tak memberikan respon lebih.

"Gue ke sini cuma mau tahu kronologis kenapa lo bisa pat*h tulang gini, lo tahu gue juga ketua kelas di kelas kita kan?" jelas Ken.

Saat itu juga Violet dan Elgard saling bertatapan.

"Gue gak pat*h tulang, ini cuma keseleo aja. Lusa juga gue bisa masuk sekolah kok"

Tanpa di sadari, Violet di sisinya seperti mengucap syukur diam- diam karena Elgard tidak mengatakan kejadian sebenarnya.

"El, Mama sama Papa kamu kemana?" tanya Violet.

Rumah besar itu terlihat sepi, sepanjang obrolan hanya pembantu rumah tangga dan penjaga kebun yang Violet lihat di rumah ini.

Violet melihat ke wajah Elgard yang justru memberi jeda dari pertanyaan Violet, sedangkan teman- teman Elgard justru malah saling pandang dengan tatapan yang menurut Violet aneh.

"El, kita ke ruang game lu ya.. biasa.."

sela Galang yang menunjuk ke sebuah ruangan dengan beberapa komputer di dalamnya.

"Masuk aja, biasanya juga gak pernah izin lu" Galang menggaruk kepalanya malu dan mengajak ke tiga temannya yang lain untuk ikut bersamanya. Tapi Ken menolak untuk bergabung.

"Gue gak bisa lama ya, ada meeting kepengurusan. Vio--"

"Vio tetap di sini" ucap El memotong kalimat Ken.

"Tapi lu kan masih pinc*ng" sanggah Ken yang menunjuk kakinya.

"Gue ada supir, tenang aja. Violet pacar gue kalau lo lupa, lo gak usah khawatir" sarkas Elgard.

Violet tidak suka dengan sikap Elgard barusan, bahkan ia tidak punya kesempatan untuk bicara di tengah keduanya.

Sampai akhirnya Ken mengalah dan pulang dengan sepeda motornya setelah izin pada yang lainnya.

"Kenapa sih kamu harus bersikap kas*r kaya gitu sama Ken?"

Violet kembali duduk dan menyilang tangannya.

"Harusnya aku tanya kamu, kenapa kamu mau di bonc*ng sama dia?" timpal Elgard kembali.

"Apa masalahnya sih, aku cuma bonc*ngan kok."

Elgard berdiri satu kaki dari Violet, tak terima dengan jawaban pacarnya yang terlalu ringan di tengah hatinya yang sedang membuncah kesal.

"Cuma kamu bilang? Cuma? Kamu gak mikir aku bakal cemburu?"

"Cemburu... cemburu.. cemburu terus yang kamu bilang, kamu selalu--"

Tubuh Violet mendapat tekanan ke sofa dan bibirnya terb*ntur dengan bibir Elgard yang dingin.

Elgard sengaja mencium Violet untuk menghentikan ocehannya dan juga karena Elgard sangat merindukan pacarnya. Ia begitu haus sampai tak sengaja melukai bibir bawah Violet dengan giginya yang membuat Violet meringis kesakitan dan spontan mend*rong tub*h Elgard sampai kakinya terbentur meja kecil di ruang tamu.

"Shhhh.. kenapa kamu gigit, bibir aku berd*rah" Violet menjil*t rasa logam di bibirnya, belum menyadari seseorang yang sedang memegangi kakinya.

"Awhhhh, kenapa kamu dor*ng aku?" pekik Elgard yang menahan rasa ngilu dan sakit yang terulang kembali.

"Ya ampun aku-- aku gak sengaja. Maafin aku" Violet beringsut memegang kaki Elgard dan memeriksanya.

"Sakit lagi? Aku minta maaf" alisnya menyatu melihat ekspresi Elgard yang meringis di depannya.

Tapi setelah itu justru suara tawa ke luar dari bibir Elgard sambil memegangi perutnya.

"Muka kamu kalo panik lucu banget sayang" Elgard tak kuat melihat wajah pacarnya dan merem*s pipi yang menggembung itu dengan tangannya.

"Isshh El, kamu suka banget bohongin aku.. aku beneran khawatir tau gak" Violet ngedumel sambil melepas tangan Elgard dari wajahnya.

"Tapi tadi emang lumayan sakit sih"

Elgard kembali duduk di sebelah Violet dan bersandar di bahunya.

"Kepala aku pusing yank" Elgard mendusel manja di bahu pacarnya, hidungnya tenggel*m di tulang sel*ngka Violet yang tertutup seragam.

"El, ada temen- temen kamu di sini"

Violet menjauhkan wajah Elgard dari leh*rnya memberi jarak. Tapi itu hanya membuat si bayi besar melilitkan tangannya di pinggang Violet dan kali ini memeluknya erat.

"Mereka sibuk main game, biarin aja" Elgard tak peduli.

Violet akhirnya diam, membiarkan Elgard bermanja padanya. Jari- jari tangannya di mainkan Elgard sambil bersenandung di leh*rnya.

Getaran suara itu sampai ke jantungnya, ia tidak tahu lagu apa yang Elgard rangkai dalam irama itu tapi kedengarannya sangat menyenangkan untuk di dengar.

"Parfum kamu harum" seru Elgard di sela- sela bersenandung.

"Wanginya seperti roti dan coklat, menggug*h untuk di gig*t" Elgard main- main dengan jari Violet, dan hendak memasukan jarinya ke mulutnya yang kemudian di tarik pemiliknya.

"Ishhh.. diem gak? Nanti aku p*kul kaki kamu" ancam Violet yang membuat Elgard diam dengan penurut.

Ken sedang di tengah perjalanan menuju ke sekolah. Tapi ia terganggu dengan suara ponsel di tas nya yang terasa tidak familiar.

"Ini kan punya Violet?"

Ken melihat kontak yang di simpan dengan nama "Papa" di ponsel yang ia pegang dan tanpa pikir panjang langsung mengangkatnya.

"Halo"

Saat Ken menjawab telpon itu, ia segera di sambut dengan suara kasar dari sebrang telpon yang membuatnya tak punya kesempatan untuk bicara apapun.

"Datang ke gerbang sekolah sekarang" Ken mendengarkan itu dengan alis berkerut kebingungan.

Ken tak mengerti kalimat- kalimat yang barusan di katakan oleh Papa Violet yang tiba- tiba marah di telpon. Oleh karena itu ia segera menuju sekolah untuk menemui dan mengetahui alasannya.

Saat Ken sampai di depan gerbang, ia segera turun setelah melihat mobil hitam terparkir di sana dengan seorang pria paruh baya di sampingnya. Ia yakin itu Papa Violet yang baru saja menelpon tadi.

Ia turun dari motornya menuju pria itu yang langsung mendapat tamp*ran dari tangan orang asing di depannya.

"Jadi kamu laki- laki yang memacari anakku hah?" Ken kesemutan dengan tamp*ran di pipinya.

"Kenapa kamu pegang HP Violet, dimana anakku?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status