[Pavilium Hujan Suci]Sebuah ruangan pribadi telah dipesan sejak 2 hari lalu. Selama 2 hari, ruang itu sengaja dikosongkan khusus oleh seseorang secara rahasia. Termasuk siapa yang memesan wajib sengaja disamarkan agar tak menimbulkan kecurigaan.Tenggat waktu 2 hari akhirnya jatuh pada hari ini. Malam sekitar pukul 9, seorang pria yang mengenakan jubah bertudung yang menutupi wajahnya, diam-diam memasuki ruangan yang telah dipesan 2 hari lalu.Setibanya di dalam ruangan itu, disingkapnya tudung kepala yang menutupi wajahnya. Seringaian terpampang menghiasi bibirnya. Bai Ruyu tak sabar lagi bertemu dengan tamu spesialnya hari ini.Sesuai waktu yang dijanjikan, tak lama kemudian, seorang wanita yang juga mengenakan tudung penutup kepala, menyusul masuk ke dalam ruangan rahasia yang di sana Bai Ruyu telah menanti kedatangannya."Qiao Li Ying, akhirnya kau datang. Kukira kau tidak akan datang setelah tempo hari," ujar Bai Ruyu sembari menampilkan senyum miring menyeringai.Sengaja tak me
CTAR! Suara gelas pecah karena tak sengaja tersenggol lengan Bai Wuxin tatkala dia mendengar informasi yang mengejutkan. Dadanya terasa sesak. Hatinya teriris-iris saking tersiksanya dirinya."T-tidak mungkin. Apa kau yakin? Tidak! Aku tidak percaya. Hua Rong, aku memintamu membuntuti Bai Ruyu, bukannya malah memberi laporan palsu semacam itu." Bai Wuxin berusaha mengelak kebenaran yang tersampaikan ke telinganya.Hua Rong menundukkan kepalanya karena merasa bersalah. Salah dirinya yang terlalu jujur dalam setiap perkataannya. Dia menyesal karena telah mengungkapkan fakta yang menyakitkan. Namun, meskipun dia menyesal telah mengatakannya, ia tetap akan melakukannya karena suatu saat nanti, cepat atau lambat Bai Wuxin akan mengetahuinya. Dia mengungkapkan semua itu karena peduli terhadap Bai Wuxin. Hua Rong hanya ingin melindunginya dari wanita seperti Qiao Li Ying."Pangeran, maafkan saya karena terlalu lancang. Saya tidak pernah sekali pun berbohong kepada Anda. Semua yang saya kata
"Istriku, aku tidak ... .""Emm ... jangan berdalih lagi. Jendral, Jendralku yang perkasa, tidak bisakah kau santai sebentar saja. Sekarang kita sudah pulang ke rumah. Tidak perlu serajin itu. Tuh lihat, putri kita kasihan sudah kelelahan." Nyonya Zhu Yan mengomeli suaminya yang selalu berlebihan dan serius dalam segala hal.Sekilas Nyonya Zhu Yan melirik Qiao Zhi Jing yang masih memasang posisi kuda-kuda. Qiao Zhi Jing sengaja memasang tampang memelas sembari memajukan bibir bawahnya dengan tatapan sayu."Ayah, ayo kita hentikan semua ini. Aku benar-benar ... ." Belum selesai Qiao Zhi Jing menuntaskan ucapannya, dia sudah tak dapat menahan posisinya lagi. Hilangnya keseimbangan tubuhnya sontak melemaskan sendi-sendi kakinya dan akhirnya ... dia terjatuh. "Ouch! Ayah ... aku lelah!" Qiao Zhi Jing merengek dengan suara lantang. Sengaja menampilkan sandiwara menangis memelas tanpa air mata.Serentak ibu dan ayahnya reflek memandangi Qiao Zhi Jing tanpa berkata-kata. "Putri kita benar-be
Srettt … tak sengaja kaki Hua Rong tergelincir hingga dia terjatuh dari atas pohon. Hua Rong tak sengaja jatuh ke dalam kawasan Kediaman Keluarga Qiao. Sedangkan Qiao Zhi Jing tercengang seketika tatkala melihat adegan tersebut. Apalagi ketika dia yakin bahwa yang dilihatnya bukanlah monyet hutan berbulu hitam, melainkan manusia. Qiao Zhi Jing hampir berhasil berteriak meminta pertolongan jika Hua Rong tidak dengan sigap menutup mulutnya. Gerakannya secepat kilat. Setelah jatuh dari atas pohon, ia seperti tidak terluka. Hua Rong bergegas terbang ke atas loteng tempat Qiao Zhi Jing berada, dengan menggunakan teknik Qinggong (meringankan tubuh) lalu bergegas membekap mulut Qiao Zhi Jing dengan telapak tangannya. Netra Qiao Zhi Jing membola. Tentu saja, karena di hadapannya saat ini tengah berdiri seorang pria asing yang sepertinya dia mengenalnya atau sepertinya tidak juga. Ada perasaan aneh, juga ada rasa akrab. Perasaannya sulit untuk dijelaskan. Qiao Zhi Jing kesulitan memahami diri
"Ayah, tolong biarkan suamiku masuk. Aku sudah memaafkannya. Tidak, lebih tepatnya dari awal aku sama sekali tidak marah," cetus Qiao Zhi Jing. Memohon agar ayahnya berhenti bersikap keras terhadap Bai Wuxin yang masih setia menunggu di depan gerbang hingga malam gelap gulita.Malam itu cuaca di langit tidak secerah biasanya. Awan hitam beserta kilatan menghiasi langit. Dari hasil pemantauannya, Qiao Zhi Jing yakin bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Walaupun dia yakin tak memiliki perasaan apa pun kepada Bai Wuxin, tetap saja dia tidak tega membiarkan seseorang kehujanan di luar sana. Itu tidak manusiawi. Akan tetapi, Jenderal Qiao sepertinya tak setuju dengan permintaan Qiao Zhi Jing. Jenderal Qiao masih bersikukuh menguji ketulusan cinta Bai Wuxin."Kau ini sangat lemah. Ayah tahu kau sangat mencintainya, tapi bagaimana dengannya? apa kau pernah merasa dia mencintaimu. Jangan ikut campur. Biar Ayah saja yang mengujinya. Tidak semudah itu. Jika dia memang mencintaimu, dia pasti ak
Selepas Qiao Zhi Jing dan Bai Wuxin diizinkan masuk ke dalam, mereka pun dipersilakan untuk mandi dan mengganti pakaiannya. Awalnya, mereka kira mandi seperti biasa. Namun, ternyata tidak sesuai ekspetasi mereka. Entah trik macam apa lagi yang dimainkan Jendela Qiao kali ini sampai-sampai memerintahkan Qiao Zhi Jing dan Bai Wuxin agar mandi bersama."Apa?!" Serentak Bai Wuxin dan Qiao Zhi Jing terkejut kala mendengar perintah Jendral Qiao."Kenapa kalian sangat terkejut? bukankah kalian berdua sudah menikah? maka, lakukanlah apa yang dilakukan pasangan suami istri. Atau jangan-jangan kalian belum ... .""Kami sudah melakukannya," potong Bai Wuxin.Reflek Qiao Zhi Jing menatap wajah Bai Wuxin dengan netra terbelalak. 'apa dia gila? apa dia ingin mempublikasikan bahwa ... tidak, dasar pembohong. Kita belum pernah melakukan apa pun,' batin Qiao Zhi Jing sembari menatap nyalang wajah Bai Wuxin.Tatapan Qiao Zhi Jing menjelaskan segalanya. Walaupun tanpa mengatakannya, tampaknya Bai Wuxin
"A-aku tidak begitu mengerti. Bai Wuxin, kau lanjut mandi saja. Aku akan pergi," gagapnya. Qiao Zhi Jing dibuat salah tingkah tatkala mendengar ucapan Bai Wuxin yang terdengar seperti ungkapan cinta. Namun, Qiao Zhi Jing tidak ingin salah paham."Kau mau pergi ke mana? aku belum selesai bicara.""Jangan bicara! jangan bicara apa pun lagi. Aku tidak mendengarnya. Aku sama sekali tidak mendengarnya. Aku akan berpura-pura tidak mendengar apa pun."Qiao Zhi Jing berbalik, lalu bergegas menuju jendela yang telah terbuka. Semilir angin bertiup kencang. Tatkala Qiao Zhi Jing memanjat ke atas, daun jendela tak sengaja tersantuk kepalanya. Dia terkejut, reflek memundurkan tubuh, lalu kakinya tak sengaja tergelincir.Hap!Dari bawah, dengan sigap Bai Wuxin menangkap tubuh Qiao Zhi Jing. Bai Wuxin menggendong tubuh Qiao Zhi Jing ala brydal style. Sebelumnya, Qiao Zhi Jing telah bersiap-siap menahan sakit jika terjatuh. Ia memejamkan netranya dalam-dalam. Namun, anehnya tidak ada yang terjadi. Qi
"Apa katamu barusan?" Reflek Qiao Zhi Jing berhenti menyeret lengan Bai Wuxin."Aku tahu kau mengerti maksudku. Bukan aku yang sukarela datang ke kamarmu, tapi ayahmu yang memaksaku. Yahh ... bagaimana lagi. Terpaksa harus kuturuti," ucap Bai Wuxin dengan santainya."Kau! kalian semua benar-benar membuatku gila. Bisa-bisa aku cepat mati muda jika terus seperti ini. Aaarrrgghh!" Qiao Zhi Jing mengerang kesal. Dia mengacak-acak rambut panjang tergerai yang baru saja disisir rapi oleh Ban Xia."Bagaimana pun, aku adalah tamu. Jadi, malam ini aku yang akan memakai ranjangmu," ujar Bai Wuxin sembari merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan rileks dan santai.Netra Qiao Zhi Jing terbelalak menatap tingkah Bai Wuxin yang sudah keterlaluan. Ingin sekali rasanya dia menendang tubuh Bai Wuxin, kalau perlu sampai planet pluto jika bisa."Hei, itu ranjangku. Menyingkir dari sana sekarang juga!" usir Qiao Zhi Jing."Eiitt, tidak boleh kasar terhadap tamu. Kalau kau ingin tidur di ranjang, silakan