"Apa katamu barusan?" Reflek Qiao Zhi Jing berhenti menyeret lengan Bai Wuxin."Aku tahu kau mengerti maksudku. Bukan aku yang sukarela datang ke kamarmu, tapi ayahmu yang memaksaku. Yahh ... bagaimana lagi. Terpaksa harus kuturuti," ucap Bai Wuxin dengan santainya."Kau! kalian semua benar-benar membuatku gila. Bisa-bisa aku cepat mati muda jika terus seperti ini. Aaarrrgghh!" Qiao Zhi Jing mengerang kesal. Dia mengacak-acak rambut panjang tergerai yang baru saja disisir rapi oleh Ban Xia."Bagaimana pun, aku adalah tamu. Jadi, malam ini aku yang akan memakai ranjangmu," ujar Bai Wuxin sembari merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan rileks dan santai.Netra Qiao Zhi Jing terbelalak menatap tingkah Bai Wuxin yang sudah keterlaluan. Ingin sekali rasanya dia menendang tubuh Bai Wuxin, kalau perlu sampai planet pluto jika bisa."Hei, itu ranjangku. Menyingkir dari sana sekarang juga!" usir Qiao Zhi Jing."Eiitt, tidak boleh kasar terhadap tamu. Kalau kau ingin tidur di ranjang, silakan
“Kau sudah ingat semuanya?” Bai Wuxin terkejut mendengarnya. “Benar. Aku tidak sengaja bertemu dengannya hari ini. Tapi dia langsung pergi. Setelah itu, perlahan semua ingatan yang terhapus mulai kembali tenpa terkecuali,” tutur Qiao Zhi Jing. “Apa itu artinya … kau juga sudah mengingat kejadian terakhir kali?” uliknya.Kedua telapak tangannya mencengkram pakaiannya tatkala mengingat insiden terakhir kali yang menimpanya. Ingatan Qiao Zhi Jing telah kembali seutuhnya. Bahkan bukan hanya ingatan tentang dirinya dan semua yang telah dia alami selama di dunia modern, ataupun saat terjebak dalam dunia novel. Tidak hanya itu saja, bahkan ingatan milik Qiao Zhi Jing sang putri kejam telah menyatu dalam memorinya. Ingatan Qiao Zhi Jing sejak lahir hingga dewasa, termasuk semua perbuatan jahat yang telah dia lakukan semasa hidupnya. Anggaplah ingatan Qiao Zhi Jing 1 dan Qiao Zhi Jing 2 tersimpan dalam memori amigdala di otaknya. Dalam satu tubuh yang sama, Qiao Zhi Jing memiliki 2 inga
“Qiao Zhi … Qiao Li Ying? Ternyata itu kamu. Bukankah Qiao Zhi Jing yang tadi memanggilku, kenapa itu bisa jadi kamu?” tanya Bai Wuxin karena merasa heran. “Kenapa? apa kau tidak senang melihatku dan bukannya Qiao Zhi Jing. Pangeran Kedua, apa kau sudah tidak mencintaiku lagi?” Qiao Li Ying memasang wajah sayu sendu dengan tatapan nanarnya. Langkahnya perlahan menghampiri Bai Wuxin. Ketika lengannya hendak menyentuh wajah Bai Wuxin, reflek Bai Wuxin sengaja memalingkan wajahnya ke samping. “Sudah kuduga. Pangeran Kedua, kau yang telah mencampakkanku. Kau tidak mencintaiku lagi!” cetus Qiao Li Ying. Emosinya berubah kemarahan dan geram. “Qiao Li Ying, kita sudah berakhir. Seharusnya kita harus mengakhirinya sejak lama. Jangan menyiksa diri,” ucap Bai Wuxin tanpa menatap wajah Qiao Li Ying. Qiao Li Ying meraih lengan Bai Wuxin, lalu menyentuhkan ke wajahnya. Sepontan Bai Wuxin menarik lengannya, namun Qiao Li Ying justru mencegahnya. Dia semakin mencengkram erat, seolah tak in
LAPOR!!! Laporan darurat militer. Negara Tang kembali melancarkan serangan ke Kota Gu yang menjadi benteng perbatasan Negara Qing. Negara Tang diam-diam memasukkan bubuk mesiu lewat para pedagang ilegal. Setelah rencana mereka membawa masuk bubuk mesiu berhasil, para mata-mata Negara Tang yang telah lama menjadi penduduk Kota Gu mulai beraksi pada malam hari.Para mata-mata itu ternyata selama ini mengembangkan bubuk mesiu menjadi bahan peledak atau bom. Mereka mengembangkannya di ruang bawah tanah. Aksi mereka sangat hati-hati, sehingga tak ada seorang pun petugas pemerintahan Kota Gu yang mengetahuinya. Setelah berhasil menciptakan banyak bahan peledak, para mata-mata yang ditugaskan oleh Negara Tang mulai melancarkan serangan. Dalam satu malam, mereka berhasil meledakkan Kota Gu menjadi lautan api. Kota Gu sebagai benteng pertahanan Negara Qing berhasil diratakan. Rakyat Negara Qing banyak yang tewas dan tak sedikit yang terluka. Setelah berhasil, meledakkan Kota Gu, Negara Tang m
BAB 49“Pangeran Pertama, menyerahlah. Jika terus dilanjutkan, Anda bisa mati,” saran Kasim Tang. Tekadnya tetap bulat. Bai Ruyu masih belum ingin menyerah, bahkan setelah tubuhnya dibuat babak belur oleh para prajurit elite yang bertarung dengannya. Semua itu tidak ada apa-apanya, sebab para prajurit elite hanya menggunakan 20% kekuatannya kala bertarung melawan Bai Ruyu. Berkali-kali Bai Ruyu dijatuhkan, lalu bangkit lagi, tetapi dijatuhkan lagi. Berulang kali pertarungan monoton terus berlanjut, namun tak ada satu pun prajurit elite yang berhasil dijatuhkan olehnya. Awalnya Bai Ruyu menganggap kemampuan beladirinya lumayan hebat sebelum dia bertemu dengan lawan tangguh seperti lawa yang tengah dihadapinya saat ini. Namun ternyata, latihannya selama ini tidak ada apa-apanya. Ia merasa semuanya seperti lelucon. Kendati demikian, ia tetap tidak menyerah. Dengan tubuh terhuyung-huyung, Bai Ruyu tetap berusaha bangkit dan melancarkan serangan lagi. “Aku tidak akan kembali sebelu
“Dari awal aku sudah menduganya. Ayah akan kembali ke medan perang lagi. Hanya tidak disangka, ternyata akan secepat ini,” tutur Qiao Zhi Jing. Dalam hatinya merasa tidak rela ketika ayahnya harus memenuhi panggilan militer, berperang demi melindungi Negara. “Putriku, jaga dirimu baik-baik. Dari awal, sebagai orangtua, yang kami inginkan hanyalah kebahagiaanmu. Apa pun keputusanmu, kami tetap akan menghormatinya. Jangan pernah lewatkan makan, dan berpakaianlah lebih tebal. Lihatlah pakaianmu ini. Tipis sekali.” Jenderal Qiao berkomentar. Bukannya merasa kesal mendengar omelan dari ayahnya, Qiao Zhi Jing justru tertawa kecil. Karena dari situlah Qiao Zhi Jing dapat merasakan kehangatan dari perhatian sosok ayah yang selalu mengkhawatirkannya. “Aku tahu. Ayah, kau tidak perlu khawatir. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Sebaliknya, Ayah yang harus menjaga keselamatan Anda. Jika Ayah merasa tidak bisa mengalahkan musuh, jangan lupa gunakan jurus andalan. Lari!” celetuk Qiao Zhi Jing
Wussshh ...CRING!SREKK!SREKK!SREKK!Seseorang tiba-tiba datang mematah satu persatu panah yang meluncur ke arah Qiao Zhi Jing dan keluarganya. Dengan pedang panjang di tangannya, ia mengacungkan ujung pedangnya. Menantang Li Zhang dan para tentara yang berada di hadapannya. “Siapa lagi yang berani melukainya, aku tidak akan segan membunuhnya dengan pedangku!” cetusnya. Dari arah belakang, Qiao Zhi Jing menatap punggungnya dengan tubuh gemetar. Untung saja seseorang datang menolongnya tepat waktu. Jika tidak, tidak tahu bagaimana kisah selanjutnya. “B-Bai Wuxin?” gagap Qiao Zhi Jing. Perlahan Bai Wuxin menoleh ke belakang. Tiba-tiba pandangan Qiao Zhi Jing mengabur. Karena terlalu syok menghadapi situasi menegangkan yang baru saja terjadi, akhirnya dia pingsan. Sedangkan Bai Wuxin bergegas datang menopang tubuh Qiao Zhi Jing seraya menyandarkan kepalanya di bahu lebar miliknya. “Pangeran Kedua, saya yakin Anda juga telah mendengar semuanya. Kaisar Bai telah menitahkan
Perlahan-lahan Qiao Zhi Jing membuka netranya setelah beberapa jam tak sadarkan diri. Lag-lagi aroma dupa yang tak asing tercium menyengat di hidungnya. Samar-samar Qiao Zhi Jing menatap punggung seseorang tatkala dia mengedarkan pandangannya ke samping. “Di mana aku?” Mendapati Qiao Zhi Jing akhirnya terbangun, sosok itu pun bergegas menghampiri Qiao Zhi Jing. Ia duduk di samping, ranjang tempat Qiao Zhi Jing terbaring seraya menggenggam erat telapak tangan Qiao Zhi Jing. “Akhirnya kau bangun. Aku sangat takut terjadi sesuatu denganmu,” ujarnya sembari mencium punggung tangan Qiao Zhi Jing begitu dalam. Sentuhan bibirnya terasa begitu hangat. Napasnya berdesir dan terasa berat kala menyapu punggung tangan Qiao Zhi Jing. “Bai Wuxin, apa itu kau?” tanya Qiao Zhi Jing. “Aku di sini. Jangan khawatir. Aku tidak akan meninggalkanmu,” tuturnya. Suara Bai Wuxin terdengar begitu parau. “Kenapa aku bisa ada di sini? lalu, bagaimana dengan keluargaku? Bagaimana dengan ibuku dan lainnya? ap