BAB 49“Pangeran Pertama, menyerahlah. Jika terus dilanjutkan, Anda bisa mati,” saran Kasim Tang. Tekadnya tetap bulat. Bai Ruyu masih belum ingin menyerah, bahkan setelah tubuhnya dibuat babak belur oleh para prajurit elite yang bertarung dengannya. Semua itu tidak ada apa-apanya, sebab para prajurit elite hanya menggunakan 20% kekuatannya kala bertarung melawan Bai Ruyu. Berkali-kali Bai Ruyu dijatuhkan, lalu bangkit lagi, tetapi dijatuhkan lagi. Berulang kali pertarungan monoton terus berlanjut, namun tak ada satu pun prajurit elite yang berhasil dijatuhkan olehnya. Awalnya Bai Ruyu menganggap kemampuan beladirinya lumayan hebat sebelum dia bertemu dengan lawan tangguh seperti lawa yang tengah dihadapinya saat ini. Namun ternyata, latihannya selama ini tidak ada apa-apanya. Ia merasa semuanya seperti lelucon. Kendati demikian, ia tetap tidak menyerah. Dengan tubuh terhuyung-huyung, Bai Ruyu tetap berusaha bangkit dan melancarkan serangan lagi. “Aku tidak akan kembali sebelu
“Dari awal aku sudah menduganya. Ayah akan kembali ke medan perang lagi. Hanya tidak disangka, ternyata akan secepat ini,” tutur Qiao Zhi Jing. Dalam hatinya merasa tidak rela ketika ayahnya harus memenuhi panggilan militer, berperang demi melindungi Negara. “Putriku, jaga dirimu baik-baik. Dari awal, sebagai orangtua, yang kami inginkan hanyalah kebahagiaanmu. Apa pun keputusanmu, kami tetap akan menghormatinya. Jangan pernah lewatkan makan, dan berpakaianlah lebih tebal. Lihatlah pakaianmu ini. Tipis sekali.” Jenderal Qiao berkomentar. Bukannya merasa kesal mendengar omelan dari ayahnya, Qiao Zhi Jing justru tertawa kecil. Karena dari situlah Qiao Zhi Jing dapat merasakan kehangatan dari perhatian sosok ayah yang selalu mengkhawatirkannya. “Aku tahu. Ayah, kau tidak perlu khawatir. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Sebaliknya, Ayah yang harus menjaga keselamatan Anda. Jika Ayah merasa tidak bisa mengalahkan musuh, jangan lupa gunakan jurus andalan. Lari!” celetuk Qiao Zhi Jing
Wussshh ...CRING!SREKK!SREKK!SREKK!Seseorang tiba-tiba datang mematah satu persatu panah yang meluncur ke arah Qiao Zhi Jing dan keluarganya. Dengan pedang panjang di tangannya, ia mengacungkan ujung pedangnya. Menantang Li Zhang dan para tentara yang berada di hadapannya. “Siapa lagi yang berani melukainya, aku tidak akan segan membunuhnya dengan pedangku!” cetusnya. Dari arah belakang, Qiao Zhi Jing menatap punggungnya dengan tubuh gemetar. Untung saja seseorang datang menolongnya tepat waktu. Jika tidak, tidak tahu bagaimana kisah selanjutnya. “B-Bai Wuxin?” gagap Qiao Zhi Jing. Perlahan Bai Wuxin menoleh ke belakang. Tiba-tiba pandangan Qiao Zhi Jing mengabur. Karena terlalu syok menghadapi situasi menegangkan yang baru saja terjadi, akhirnya dia pingsan. Sedangkan Bai Wuxin bergegas datang menopang tubuh Qiao Zhi Jing seraya menyandarkan kepalanya di bahu lebar miliknya. “Pangeran Kedua, saya yakin Anda juga telah mendengar semuanya. Kaisar Bai telah menitahkan
Perlahan-lahan Qiao Zhi Jing membuka netranya setelah beberapa jam tak sadarkan diri. Lag-lagi aroma dupa yang tak asing tercium menyengat di hidungnya. Samar-samar Qiao Zhi Jing menatap punggung seseorang tatkala dia mengedarkan pandangannya ke samping. “Di mana aku?” Mendapati Qiao Zhi Jing akhirnya terbangun, sosok itu pun bergegas menghampiri Qiao Zhi Jing. Ia duduk di samping, ranjang tempat Qiao Zhi Jing terbaring seraya menggenggam erat telapak tangan Qiao Zhi Jing. “Akhirnya kau bangun. Aku sangat takut terjadi sesuatu denganmu,” ujarnya sembari mencium punggung tangan Qiao Zhi Jing begitu dalam. Sentuhan bibirnya terasa begitu hangat. Napasnya berdesir dan terasa berat kala menyapu punggung tangan Qiao Zhi Jing. “Bai Wuxin, apa itu kau?” tanya Qiao Zhi Jing. “Aku di sini. Jangan khawatir. Aku tidak akan meninggalkanmu,” tuturnya. Suara Bai Wuxin terdengar begitu parau. “Kenapa aku bisa ada di sini? lalu, bagaimana dengan keluargaku? Bagaimana dengan ibuku dan lainnya? ap
Pada malam sebelum berita konspirasi Jendral Qiao, keempat jendral bertugas untuk melindungi para pengungsi Kota Gu ke tempat yang lebih aman. Pekerjaan mengungsikan warga diserahkan kepada Jendral Han dan Jendral Liu. Sementara Jendral Qiao dan Jendral Qiao berencana mengambil risiko untuk menyelidiki kamp militer musuh. Jenderal Qiao menerobos masuk ke dalam kamp musuh secara diam-diam bersama rekan prajurit sehidup semati yang selalu setia berperang bersamanya. Entah sejak kapan prajurit musuh tahu bahwa malam itu Jenderal Qiao akan datang, tiba-tiba saja mereka dikepung dari berbagai arah."Jendral Qiao, kita bertemu lagi. Suatu kehormatan kita dipertemukan dengan cara ini. Terakhir kali, kau menusuk sebelah mataku dengan pedangmu hingga membuatku cacat seperti ini." Seorang Jendral Negara Tang yang bernama Jendral Cui berjalan menghampiri Jendral Qiao dan pasukannya yang telah dikepung dari segala arah.Jendral Cui bernostalgia pada kejadian 2 tahun lalu saat Jendral Qiao berhasil
“Dekret Kekaisaran! Pangeran Kedua, Bai Wuxin silakan terima titah,” cetus utusan Kaisar yang datang ke kediaman Bai Wuxin tanpa pemberitahuan. Bai Wuxin langsung menyambutnya seraya bersujud menerima titah dari ayahandanya. “Kota Shui telah berhasil jatuh ke tangan musuh. Untuk menenangkan para rakyat, aku memerintahkan Pangeran Kedua untuk melindungi para pengungsi dan merebut kembali Kota Shui.” Dekret yang dibicakan oleh utusan Kaisar. “Saya menerima … .” Belum sempat Bai Wuxin melanjutkan perkataannya, sang utusan dengan sigap memotongnya dengan membacakan dekret lain. “Dekret Kedua. Pada tanggal (…) Pangeran Bai Wuxin menikah dengan putri Jendral Wulin, Qiao Zhi Jing. Namun, karena Jendral Wulin adalah seorang pengkhianat Negara, maka Pangeran Bai Wuxin diperintahkan untuk menceraikan seorang putri pengkhianat. Pangeran Bai Wuxin diperintahkan untuk menceraikan Qiao Zhi Jing dan memulangkannya kembali pada keluarganya.” Sekian dekret kekaisaran yang dibacakan membuat Bai
SREETT …Panah meluncur tepat sasaran. Seringai senyum semringah terpancar menghiasi wajah pria tampan yang baru saja meluncurkan busur panahnya. “Kau terlihat sangat bahagia hari ini. Bolehkah aku bergabung dalam kebahagiaanmu?” ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang menghampiri sembari mengambil busur dan menarik panah. SREETT … Sayang sekali, bidikannya meleset. Gagal mengenai sasaran. Seketika wajahnya menekuk karena merasa telah mempermalukan dirinya sendiri. Sementara pria di sampingnya hanya menertawakannya. “Hahaha. Adik, kau masih saja payah dalam memanah,” ejeknya. “Hei! Aku tidak payah. Hanya saja, aku jarang berlatih. Ini bukan tugas seorang putri. Tanganku bisa mengapal,” celetuknya ketus. “Ya, ya, ya. Kalau begitu, lanjutkan saja sulaman jelekmu itu. Untuk apa datang ke tempatku?” Dia tak berhenti mengejek wanita yang tak lain adalah adiknya. “Kau!” Jenak dia menghela napas demi meredakan emosinya. “Baiklah, Kakak Pertama. Karena hari ini adalah hari ba
“Menarik. Mereka yang bermarga Qiao memang menarik. Apa kau yakin?”“Saya tidak mungkin salah, Tuan Putri. Beberapa saat lalu, saya melihat seorang penyusup masuk ke dalam penjara. Awalnya saya tidak mengerti. Saya pikir, para penyusup itu adalah seorang utusan yang berencana membebaskan orang-orang Keluarga Qiao. Tapi ternyata, saya salah. Yang mereka selamatkan hanya satu orang. Dia Nona Pertama, Qiao Li Ying,” jelasnya kepada wanita yang dipanggilnya Tuan Putri. Tuan Putri terakhir, Bai Qian Qian. Beberapa hari terakhir ini, suasana hati Bai Qian Qian semakin baik setelah mendengar berita pengkhianatan Jendral Qiao yang melibatkan seluruh keluarganya. Walaupun Qiao Zhi Jing berhasil lolos karena dia termasuk Keluarga Bai Wuxin, kebahagiaan Bai Qian Qian tetap terasa sangat menyenangkan saat membayangkan betapa tersiksanya Qiao Zhi Jing tatkala seluruh keluarganya ditangkap. Bai Qian Qian sangat ingin melihat ekspresi wajah Qiao Zhi Jing. Sayang sekali, dia belum mendapatkan kese