Alina mulai menceritakan semua keganjilan dalam rumah ini yang dia rasakan saat dirinya dan mama mertuanya saat ini.Azriel tampak terpaku dan seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh dirinya saat ini."Jika Mas Azriel tidak percaya dengan apa yang aku katakan kepadamu, aku ingin Mas Azriel percaya dengan apa yang dikatakan oleh mama Elly kepada, Mas. Sakitnya beliau karena saat ini mama Elly mendapatkan serangan dari ghaib. Mas bisa membawanya ruqyah untuk mengeluarkan jin-jin yang ada di dalam tubuh mama Elly," balas Alina dengan menatap wajah Azriel yang saat ini terkena bingung."Baiklah, kau lebih baik tenang, aku akan bicarakan semua ini kepada keluarga inti nanti. Sebaiknya kau istirahat di sini, oke." Azriel membantu membaringkan tubuh Alina dan mulai menyelimuti dirinya dengan selimut yang ada di ranjang tidurnya.Setelah itu, ia menunggu Alina sampai dia benar-benar terlelap dan setelah ia terlelap dirinya langsung keluar dari kamar Alina.Saat Azariel keluar dari
Arkan tampak sangat ketakutan saat ia benar-benar melihat Ayana hadir dalam mimpinya dan itu seolah terasa sangat nyata.Sekujur tubuh Arkan kini dipenuhi dengan peluh yang sudah mulai membanjiri wajahnya.Arkan lalu turun daei ranjangnya dan kini menoleh ke arah Alana yang masih terlelap dalam tidurnya.Arkan lalu keluar dari kamarnya dan menuju ke arah kamar Alina.Saat dia membuka kamar Alina, ia terkejut melihat Alina yang saat ini sedang melaksanakan sholat malam.Arkan yang tidak mau mengganggu Alina yang sedang melaksanakan sholat tahajjud, ia pun duduk di kursi sofa yang ada di dalam kamarnya.Beberapa menit kemudian, Alina telah selesai melaksanakan sholat tahajjud nya, terlihat terkejut saat melihat sosok Arkan sudah berada di dalam kamarnya dan sedang duduk menatap dirinya."Pak Arkan, Bapak ada di sini?" tanya Alina dengan menatap wajah Arkan yang saat ini terlihat cemas dan gelisah.Perlahan-lahan Arkan berjalan menuju ke arahnya, lalu tak lama kemudian dirinya pun langsu
Alina terkejut saat mendengar pertanyaan dari Arkan, raut wajahnya kini sudah terlihat mulai gugup, entah apa yang saat ini dia rasakan.Cemburu? Benarkah saat ini dia merasakan cemburu kepada Arkan? Alina tentu tak tau pasti kapan dirinya mulai merasakan cemburu kepada dirinya."Kau cemburu, Alina?" tanya Arkan menatap wajah Alina dengan tatapan penuh menelisik.Alina terdiam, dia sangat bingung ketika dirinya harus menjawab apa saat ditanya oleh Arkan tentang perasannya saat ini."Kenapa kau hanya terdiam saja? Apa kau tidak pernah merasakan cemburu kepadaku?" tanya Arkan dengan tatapan penuh menelisik.Alina gelisah dan tak bisa menyembunyikan perasaan gugupnya saat ini.Sejurus kemudian, Arkan mendekati Alina hingga mengikis jarak diantara keduanya.Jantung Alina langsung berdegub dengan kencangnya saat Arkan terus menatap dirinya dan mengunci tatapannya."Alina,aku tau kita menikah awalnya tak memiliki perasaan apa-apa. Namun, saat ini ada sesuatu yang terjadi di hatiku. Aku mer
Tak pernah disangka oleh Alina saat Arkan telah menuduh dirinya selerti itu. Tentu saja dia tidak terima dengan apa yang dituduhkan olehnya."Apa? Mas Arkan menuduhku seperti itu? Aku tidak selicik itu, Mas," Alina menggelengkan kepalanya tak percaya ketika Arkan menuduh dirinya seperti itu.Arkan yang saat itu terlihat masih kesal dengan sikap Alina, tampak sedang menyudutkan dirinya.Ia terus memojokkan Alina bahwa dia mau menikah dengan dirinya hanya karena uang saja."Kau ternyata sama seperti wanita pada umumnya, kau matre dan hanya mengincar hartaku saja, bukan? Tak cukupkah uang bulanan yang aku transfer untuk dirimu, hingga kau berbohong kepadaku dan menjebakku seperti ini?" Arkan tampak sangat marah saat mengingat apa yang dilakukan Alina kepada dirinya saat ini.Alina yang saat itu tampak kesal dituduh olehnya seperti itu hanya bisa menggelengkan kepalanya."Aku tidak pernah menjebakmu, aku akui Mas, saat ini aku memang salah kepadamu, aku berpura-pura menjadi orang lain dem
Arkan terdiam sesaat setelah dia mendengar pertanyaan dari mamanya. Sejak kesalahpahaman diantara mereka saat ini.Mama Elly yang merasa cemas ketika tak melihat menantunya berada di ruang makan, membuatnya langsung menitahkan Arkan untuk memanggil istrinya."Kamu panggil istrimu sekarang! Dia sedang hamil dan butuh makan untuk dirinya dan juga janinnya. Kau jangan cuek seperti ini, jika kalian bertengkar, selesaikan secepatnya permasalahan kalian," nasehat mama Elly dengan menatap nyalang wajah putranya.Sementara itu, Alana tampak tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh mama Elly saat ini. Ia pun berupaya untuk menawarkan dirinya memanggil Alina ke ruang makan. Namun, dengan tegas, mama Elly memintanya untuk tetap tinggal di ruang makan dan meminta putranya sendiri yang memanggil istrinya."Biar Alana yang memanggil Alina, Ma." Alana beranjak dari tempat duduknya.Mendengar itu, seketika mama Elly langsung menghentikan langkah kakinya untuk keluar dari ruang makan."Berhenti! Se
Alina menolak tawaran Arkan untuk sarapan pagi bersama dengan keluarganya. Ini dikarenakan saat ini kedua matanya tampak sembab dan itu akan menjadi pertanyaan nbai mertuanya.Alina lebih memilih untuk di dalam kamarnya saja."Jangan, nanti mama menanyakan kamu, Lin. Mas harus jawab apa nanti?" Arkan mulai cemas."Mas Arkan bilang saja, kalau saat ini Alina sedang tidak enak badan. Mas bawa makanan ke sini, jika mama tidak percaya, minta mama melihat Alina ke dalam kamar, Alina," balas Alina dengan menatap senyum wajah Arkan."Ya sudah, aku bawakan makanan ke sini, tapi kamu jangan kemana-mana ya. Mas minta maaf atas apa yang aku lakukan kepadamu," tutur Arkan dengan mengecup pucuk kepala Alina.Alina menganggukkan kepalanya, terlihat saat ini dia mulai merasakan ketenangan dalam hatinya ketika Arkan sudah meminta maaf kepada dirinya."Iya Mas. Aku tidak akan kemana-mana," balas Alina dengan nada meyakinkan Arkan.Saat itu memang Arkan sedikit cemas ketika hendak meninggalkan kamar Al
Pagi itu menjadi peristiwa berdarah di rumah sakit tersebut.Terlihat jelas wajah dokter dan suster itu sangat shock melihat suster Mirna telah terbukut kaki di bankar pasien.Anehnya lagi, tidak ada Alana di sana. Semuanya di mintai keterangan, tapi mereka menjawab jika Alana masih ada di sana kemarin malam.Setelah melihat mayat suster Mirna di sana, semuanya menjauhi TKP dan mengadukan masalah ini kepada pihak yang berwajib.Beberapa saat kemudian, pihak kepolisian akhirnya datang dan mulai melakukan penyelidikan, semua saksi ditanya satu persatu untuk memberikan keterangan sejak kapan suster Mirna berada di sini, apakah ada orang yang mencurigakan saat itu, tapi para saksi yang dimintai keterangan, mengatakan tidak ada yang mencurigakan.Mereka pun kini mulai mengarahkan kecurigaan kepada pasien yang dirawat di kamar tersebut.Polisi itu lalu memintai keterangan kepada pihak rumah sakit tentang Alana dan pihak rumah sakit pun memberikan data pasien itu kepada pihak kepolisian.Sem
Arkan terkejut saat mendengar penuturan mamanya, memang Alana terlihat sangat berbeda sikapnya kepada Alina dibandingkan dengan kedua istrinya saat itu.Tak ingin menebak-nebak tanpa adanya bukti, Arkan pun menepiskan pikiran buruknya saat itu kepada Alana.Sementara itu, terlihat wajah Alina mulai tersungging saat mendengar ucapan mama mertuanya dan melihat wajah Arkan yang saat ini terlihat mulai berubah."Sebaiknya kita makan dulu, Mas," ajak Alina dengan nada santainya.Alina lalu menarik kursinya ke arah belakang dan kemudian dia duduk dengan wajah santainya.Devan tertegun ketika melihat Alina yang saat ini terlihat bingung dengan sikap Alina.Wajahnya bahkan tidak menampakkan kesedihan seperti tadi.Tak ingin membuat mereka curiga, Devan pun akhirnya mulai makan bersama, dan berniat akan menanyakan sesuatu kepada Alina selesai makan nanti.Sementara itu, terlihat Alana sedang marah di dalam kamarnya.Dia menarik selimutnya dengan keras dan membuangnya di lantai. Alana menggengg