Shiza membuka dompet itu dan melihat isinya di dalamnya, barangkali ada kartu identitas pemiliknya. Seketika dia terperangah karena melihat foto yang empunya KTP yang tak lain seorang wanita yang sempat dia tabrak saat pagi tadi.Seingatnya wanita itu jatuh karena dirinya tak sengaja dia tabrak. Wanita itu penghuni kamar hotel paling ujung. Shiza berniat akan mengembalikan dompet itu pada wanita itu. Tentu, tidak malam itu karena malam sudah larut. Mungkin wanita itu sudah tertidur pulas. Rasanya tak enak jika dia harus mengganggu tidurnya.‘Anterin enggak? Anterin? Enggak? Kalau anterin sekarang pasti mengganggu waktu istirahatnya. Tapi kalau tidak dianterin bagaimana kalau dia keburu check out? Pasti dia mencari purse-nya yang hilang entah di mana,’(Purse: dompet)Shiza mengambil keputusan. Dia akan mengembalikan dompet wanita itu keesokan harinya karena dia akan check out hotel besok.Shiza mandi air hangat dan memakai piyama tidur favoritnya. Dia pun memejamkan matanya tak selan
“Kecelakaan?” seru Selina terhenyak. Karena sewaktu dia di Purwakarta dia bahkan sempat mengirim pesan pada sahabatnya itu untuk mencarikan donor darah untuk sang kakak. “Inalillahi, seriuss?”“Ckck! Masa Besti tidak tahu?”Winda bertopang dagu.“Aku memang sibuk mengurus Aa Adam, Bu Win …”“Ah, iya lupa. Bu Zahrana keserempet motor. Dia sampai mengalami luka yang cukup parah dan harus dijahit. Lukanya juga infeksi jadi dia malah dilarikan ke rumah sakit,”“Ya ampun, aku gak tahu …”“Para guru sudah membesuknya kemarin. Alhamdulillah sudah kembali ke rumah, sudah pulih kelihatannya,”“Syukurlah, mungkin sepulang sekolah aku akan ke sana menjenguknya,”Selina menghela nafas panjang. Dia merasa sedih mendengar kabar tentang Zahrana sahabat karibnya sesama guru di sana. Dia berencana akan menjenguknya sepulang sekolah. Zahrana begitu baik sampai-sampai menyembunyikan rasa sakitnya dan masih meladeninya mencarikan donor darah meskipun tidak dapat, pikirnya.“Bu Selina, ngomong-ngomong, Pak
Selina melangkahkan kakinya menuju tempat parkir. Setelah kabar taaruf menyebar di sekolah dia tak lagi menjadi bahan incaran para guru muda yang lajang. Dia merasa lebih tenang karena tak ada yang menggodanya meskipun mereka tidak tahu jika proses taaruf itu gagal. Mungkin belum tahu, karena sebentar lagi kabar tentang Selina yang gagal taaruf dan bukan putri kandung Ustaz Bashor dan Ummi Sarah akan segera menyeruak.Dia menjalankan motor maticnya dan pergi menuju rumah Zahrana. Rumah Zahrana berada di daerah Gadung. Dia hanya butuh waktu kurang lebih lima belas menit dari Joglo, sekolah di mana dia mengajar jika jalanan lengang.“Assalamualaikum!” seru Selina di depan garasi mewah rumah Zahrana. Dia mengucap salam sembari menekan bell. Kedua orang tua Zahrana pengusaha. Ayahnya seorang pengusaha bahan bangunan sedangkan ibunya pengusaha baju muslim. Oleh karena itu tak asing jika rumah yang Zahrana diami cukup mewah untuk sebuah rumah di kota kecil.Tak ada yang menyahut lalu Selina
“Untuk apa Selin?” tanya Zahrana dengan segudang penasaran. Zahrana tahu betul ekspresi yang Selina sembunyikan. Selina sedang menutupi sesuatu. Namun sesuatu itu masih rahasia. Selina belum membuka hati sepenuhnya untuk Zahrana sebagai sahabatnya.“Biasa, mampir, Shiza kalau punya waktu kosong suka main ke Cianjur,” dusta Selina. “Ya, Mas Aqsa yang nganterinnya,”“Oh! Mas Aqsa sudah ganteng, baik pula,” celetuk Zahrana dengan jujur.“Hem?”Selina terkesiap dengan perkataan Zahrana.“Iya, definisi pria idaman. Kamu beruntung Selin,”“Masa iya?”Selina tersipu malu mendengar ucapan Zahrana tentang dirinya beruntung bisa mendapatkan Aqsa. Dia berpikir jika Zahrana sedang menggodanya.“Andai kamu gak mau sama Mas Aqsa, aku mau kok ridho lillahi taala,” ucap Zahrana terkekeh dengan membekap mulutnya. Sungguh, dia berkata jujur.“Ap-pa?”“Kamu budeg ya? Andai kamu gak cinta sama Mas Aqsa, aku mau kok gantiin kamu …”Selina tak percaya apa yang Zahrana katakan padanya.“Ah, iya, iya, boleh,
Semua yang berada di dalam ruangan menjawab salam sebagai bentuk adab dan menoleh pada sumber suara. Seketika netra orang tua Ruri menatap Selina dengan lekat. Selina merasa terintimidasi oleh tatapan kedua orang tua Ruri. Namun tatapan ayah dan ibu Ruri rupanya tak sama. Ibunda Ruri menatap Selina dengan bengis dan tajam ibarat seekor elang yang akan menerkam seekor ayam. Sementara itu ayah Ruri menatap Selina dengan takjub.Selina berwajah cantik maka siapapun akan terpesona melihatnya untuk pertama kalinya. Ayah Ruri menelan saliva susah payah melihat Selina seperti melihat bidadari yang tersesat ke bumi. Ibunda Ruri yang baru sadar melihat kelakuan sang suami langsung mencubit pahanya.‘Dasar pria jelalatan! Lihat gadis bening sedikit saja langsung cengo!’ umpat ibunya Ruri. Padahal dia juga tak kalah cantik hanya saja usianya terpaut jauh dari Selina.“Duduklah Bu Selina!” ucap kepala sekolah mempersilakan Selina ikut duduk di sebuah sofa berbentuk huruf L. Kepala sekolah dan ked
[Iya, halo! Ini siapa?]Selina berusaha menelepon seseorang yang mengirimi pesan bahwa dia sudah menemukan jejak ibunya, Dewi Rahma.[Saya Siska Sis! Lady escort night club Blue Seventh,][Anda tahu nomor saya dari siapa?][Ckck! Om Rian Sis,][Okay, jadi Anda sudah dapat info tentang Bu Dewi Rahma?][Saya sudah sebar orang-orang saya ke Kramat tunggal, Tanjung Priok termasuk Kalibata][Sudah ketemu?]Selina tak sabar ingin segera menemukan sang ibu. Dia menghentikan mencari Sukaesih dan Endang, mereka entah terdampar di mana. Dia berinisiatif mencari Dewi Rahma langsung di media sosial. Dia juga memiliki kenalan salah satu saudara keluarga santri ada yang kerja di salah satu pengusaha di Jakarta Pusat. Dia bernama Rian, dia menjadi supir pribadi dan selalu diajak majikannya menemaninya ke night club di sana meskipun dia tidak ikut minum ataupun jajan bersama bosnya.[Saya hanya ingin membicarakan fee? Berapa fee yang saya dapat untuk mencari wanita itu?]‘Ya ampun dikira udah ketemu,
Aqsa dan Shiza sudah tiba di rumah lebih dulu dari Mr Liam dan asistennya. Mr Liam memutuskan menyusul Aqsa karena memiliki kegiatan lain di Jakarta.Sebuah kesempatan bagi Aqsa karena bisa bertemu dengan kedua orang tuanya yang baru pulang dari Jawa Timur disebabkan acara keluarga. Terlihat mobil berwarna silver sudah terparkir di dalam, berarti kedua orang tua mereka telah sampai rumah.Ibundanya Aqsa keturunan Jawa sedangkan ayahnya keturunan Sunda. Mereka baru menghadiri acara haul kakeknya Aqsa di Banyuwangi.ART langsung menyambut kedatangan mereka dan mempersilahkan masuk serta membawa barang-barang belanjaan yang dibeli Shiza. Shiza seorang gadis yang selalu berpenampilan modis sehingga tak heran jika dia selalu berbelanja pakaian terbaru di mall Jakarta yang terkenal. Mereka tiba di rumah waktu isya.“Mana Mama dan Papa?” tanya Aqsa pada ART.“Sedang ngadem di balkon, Mas,”“Oh, begitu,”Aqsa langsung menaiki anak tangga ke dua untuk menemui mereka. Dia sudah tak sabar ingin
‘Ya Allah, apa mungkin apa yang terjadi pada gadis itu akan terjadi pula denganku? Zahrana tak salah dan bahkan aku menyetujuinya agar dia bisa menerima perjodohan itu. Bisa-bisanya aku berpikir hal itu. Apakah Aqsa akan sama halnya seperti pemuda yang dijodohkan dengan Zahrana? Pemuda itu dengan mudah menerima perjodohan demi mengikuti keinginan orang tua masing-masing,’Selina menatap kosong ke arah taman yang berada di depan kamarnya. Dia terus kepikiran nasib cintanya dengan Aqsa. Mendadak, dia meragu akankah dia bisa bersatu dengan pria yang dia cintai ataukah kandas seperti kisah cinta Romeo dan Juliet?Belum lagi dia memikirkan soal pencarian ibunya, bebannya berlipat ganda. Namun hal tersebut sudah menjadi resiko dan konsekuensi yang dia ambil. Dia ingin menjemput ibunya dan mengembalikannya pada jalan yang benar.‘Ibu, dimanakah kau berada?’ gumam Selina. Ini adalah kali pertama dia menatap foto sang ibu. Dia baru mencetak foto itu yang dia ambil dari laman febe.‘Cantik. Tap