Setelah shalat magrib rombongan keluarga Aqsa pun mendatangi restoran Gourmet untuk acara dinner bersama keluarga Zahrana. Sengaja, mereka memilih datang lebih awal karena memang sudah reservasi terlebih dahulu dan memesan makanan sembari menunggu kedatangan keluarga Zahrana.Restoran Gourmet tidak hanya menyajikan masakan lezat tetapi juga estetis. Biasanya dimasak oleh chef khusus yang memiliki keahlian memasak sekaligus menyajikannya dengan penuh keindahan, tak sekedar rasa yang lezat di lidah. Oleh karena itu memasaknya pun sedikit lebih lama daripada restoran lainnya. Biasanya pengunjung di sana juga tahu banyak tentang rasa makanan.Selain itu, masakan yang disajikan ekslusif, bahan makanan berkualitas baik, sehat dan langka, misal jamur truffle. Namun karena dibuka di Indonesia, disesuaikan seperti ada nasi tetapi bukan berasal dari beras biasa. Beras yang dipakai yaitu beras organik atau beras pandan wangi yang berasal dari daerah tertentu misal Cianjur.Awalnya Shiza terlihat
Cinta itu buta karena tak bisa melihat.Cinta itu tuli karena tak bisa mendengar.Cinta itu ada dalam hati oleh karenanya hanya mengandalkan rasa.Selina terus mengatakan itu dalam hatinya. Dalam hati kecilnya dia berandai-andai bisa bertemu Shiza yang ternyata tengah berada dengan sang kakak, Aqsa. Benar sekali pengandaiannya. Shiza bukan lagi bersama Aqsa tetapi bersama keluarganya.Dia tersenyum sendiri. Mungkin jika orang memerhatikan dirinya seperti itu maka sudah dipastikan Selina mirip orang yang sedang mengalami mental disorder atau gangguan mental. Namun dia tak peduli.Sebenarnya jarak antara masjid dan restoran itu cukup lumayan jauh, tetapi hal itu tak menjadi halangan bagi Selina untuk mencapai tujuannya. Dia mengalami karakter pantang menyerah. Dia hanya ingin menemui Shiza dan tak tahu jika yang akan dia hadapkan adalah sesuatu yang di luar ekspektasinya.Tid!! Terdengar bunyi klakson melengking, Selina hampir tertabrak karena dia menyeberang jalan kurang hati-hati. La
“Ayo Bu Win! Masuk! Bentar lagi mau tayang,” panggil Hanum yang sudah berada di dalam mobil SUV tadi yang tengah terparkir di halaman masjid.Meskipun Winda seorang guru yang sedikit menyebalkan tetapi dia seorang yang memiliki kepedulian yang tinggi pada sesama. Tak mungkin dia meninggalkan Selina begitu saja.“Aku mau cari Bu Selina dulu, soalnya ditelepon gak diangkat,” serunya tatkala menghampiri Hanum dan melongokan kepalanya ke dalam jendela mobil yang terbuka.“Aduh …”Hanum menepuk jidatnya.“Kenapa Bu Hanum? Perasaan aku gak lihat ada nyamuk nemplok di jidat Bu Hanum,” celetuk Elvira yang duduk di sampingnya. “Gak ada nyamuk Bu Elvira Sukaasih, aku cuma mau bilang lupa,” cerocos Hanum. “Bu Winda, tadi Bu Selina mengunjungi temannya ‘kan, tapi balik lagi katanya temannya itu gak ada di rumah. Temannya itu kalau gak salah pergi ke resto Gourmet. Jadi dia pergi ke sana nyusul,” jelas Hanum.“Oh, begitu?”“Huuh,”Hanum mengangguk. “Ayo naik aja, paling Bu Selina pergi nyusul dar
“Kenapa kalian kaget?” cetus Mahendra sedikit salah tingkah. “Secara aku ‘kan masih kinyis-kinyis cocok dipanggil Om kali …”Fadel dan Hawa saling lirik begitu pula para temannya dan akhirnya tertawa bersama.“Iya, Andra emang paling bungsu sih …” timpal Reno. Di antara teman yang bergabung memang Mahendra yang paling muda. Bahkan dia ikut kelas akselerasi saat sekolah sehingga dia lebih awal menyelesaikan pendidikannya di antara yang lain.“Oke, Om Andra ayo makan!” ucap Fadel yang membuat tawa semakin kencang.***Selina menyeka air matanya dengan sehelai sapu tangan hasil sulaman sang ibu. Lalu dia membasuh wajahnya dan mengelapnya lagi, mengoleskan sedikit compact powder dan lip balm agar tak terlihat sehabis menangis. Apalagi harus berhadapan dengan para guru lajang yang level kepo-nya di atas rata-rata. Dia tak mau jika harus dicecar pertanyaan ‘mengapa matamu sembab?’.Dia keluar dari kamar mandi dan kembali menuruni anak tangga menuju lantai bawah dengan sedikit tersaruk-saruk
Setelah acara makan malam baik keluarga Aqsa dan keluarga Zahrana bercengkrama. Zahrana pandai berbicara sehingga mampu mencairkan suasana. Awalnya dia merasa tak nyaman tetapi karena tekadnya bulat mencapai tujuannya apapun dia lakukan.Ayu cukup antusias berbincang dengan Zahrana. Dia percaya Aqsa akan tertarik padanya. Zahrana menguasai pembicaraan dimulai bisnis karena belajar dari kedua orang tuanya, fashion hingga masalah pendidikan. Memang dia gadis yang cerdas dan berwawasan luas. Yusuf sangat bangga dengan putrinya tetapi sayang kepandaian putrinya tidak ditempatkan pada tempat semestinya.Sesekali Aqsa ikut tersenyum mendengar cerita Zahrana yang menarik. Meskipun senyumnya itu irit. Dia hanya tertarik pada Zahrana saat mengisahkan pengalamannya menjadi seorang guide sebelum menjadi guru. Senyum Aqsa yang terlihat oleh Selina ialah sebuah senyum ketertarikan Aqsa pada Zahrana. Selina semakin salah paham.Rakha pun mulai membahas masalah bisnisnya dan Yusuf membahas soal peng
Rupanya Aqsa dan Zahrana telah sepakat untuk menjawab hal itu di depan ke dua orang tua mereka. Dengan alasan, mereka tak ingin melukai hati ke dua orang tua mereka dan merusak hubungan kerja sama mereka yang baru terjalin. Dengan menjawab seperti itu maka keduanya bisa menjawab iya atau tidak. Namun dalam benak Zahrana tentu saja jawabannya hanya satu ‘iya’. Kelemahan Aqsa ada pada sang ibu. Oleh karena itu dia bertekad akan mendekati Ayu untuk meraih Aqsa. Ayu dan Rakha terkejut lalu tersenyum. “Kalian kompak sekali,” ucap Ayu. Mungkin awal yang baik, pendekatan yang perlahan terjadi secara alami, pikirnya. Shiza lebih memilih diam. Saat ini dia pasrah, takkan memperjuangkan siapapun lagi. Lalu dia membuka ponselnya dan ingin membuka nomor Selina yang di block tapi karena masih kesal dia menyimpan lagi ponselnya. Perbincangan pun usai. Keluarga Aqsa langsung pulang ke rumah sedangkan keluarga Zahrana menginap di hotel. “Maksudmu apa minta dijodohkan lalu menolak? Kamu jangan bik
Pilihan terakhir Selina akan naik kendaraan umum yang aman, yang tak lain bus. Dia naik angkot menuju terminal Leuwi Panjang. Dia akan naik bus Bandung-Cianjur dari sana. Dia memilih bus AC untuk kenyamanannya.Tak terasa malam sudah semakin larut. Beberapa pasang mata memperhatikannya dan mengikutinya. Mereka takkan melewatkan begitu saja seorang gadis cantik dengan outfit yang terlihat berkelas lewat. Apalagi melihat tas selempang hitam yang mencuri atensi mereka.Di terminal ternyata masih ramai orang meskipun sudah larut malam. Selina sedikit lega karena di sana dia akan merasa aman. Dia menaiki bus dan duduk di kursi dua. Dia memilih duduk dekat jendela. Satu per satu penumpang pun menjejali bus itu hingga makin ramai. Bus pun melaju.Beberapa menit kemudian bus berhenti sejenak di rest area sementara karena supir ingin pergi ke toilet diikuti penumpang yang lain. Tiba-tiba ada seorang lelaki ijin duduk di sebelah Selina karena memang kursi di sana kosong. Selina hanya mengangguk
Mahendra kaget setengah mati melihat Selina jatuh pingsan. Gegas, dia menghampirinya. Dia langsung berjongkok dan meraih kepalanya dengan sangat hati-hati. Sontak, dalam kondisi seperti itu dia begitu takjub melihat keindahan paras di hadapannya.Tak percaya, Mahendra merasa mengalami sebuah mimpi indah yang menjadi kenyataan. Mahendra bisa begitu dekat dengan Selina. Antara senang dan sedih menyatu. Senang bisa berada dekat dengannya tapi sedih saat yang sama saat melihat Selina dalam keadaan sakit.Bagaimana bisa ada makhluk bumi seindah ini. Naluri kelelakiannya ingin sekali memberontak hanya sekedar mengagumi bibir yang ranum dengan wajah putih yang meskipun pucat masih memancarkan inner beauty yang tersembunyi.“Oh my Gosh! Kok sempat-sempatnya aku berpikir tidak waras,”Mendadak, otaknya yang semula cerdas berubah menjadi buffering seperti koneksi internet saat menghadapi gadis itu.Lalu dia mengedarkan pandangannya, melihat sekitarnya khawatir Selina cedera, terbentur sesuatu.