"Pak.... sudah ya malu dilihatin orang lain, bapak coba perhatikan semua mata pengunjung restoran ini melihat ke arah sini, bapak tidak usah dengarkan apa katanya Pak Rendi, dia sengaja menggoda bapak."Mas Brian mengedarkan pandangan matanya untuk menelisik semua pengunjung restoran ini, mereka semua memandangi dirinya, akhirnya Mas Brian duduk kembali, walaupun dia terlihat masih kesal. "Bang... sudah.. sudah ayo kita kembali duduk di tempat kita,malu dilihatin orang-orang,tuu semua mata tertuju kearah kita."mau tidak mau Rendi akhirnya kembali ke tempat duduknya semula. Pak Heri melihat Mas Brian sudah kembali tenang, Pak Heri kembali melanjutkan pembicaraannya dengan Mas Brian yang terhenti karena kemunculan Rendi secara tiba-tiba. "Pak... seharusnya tadi bapak tidak perlu meladeni kata kata yang dilontarkan oleh Pak Rendi, dia sengaja mau menggoda bapak." "Saya juga heran kenapa Rendi tiba tiba saja sudah berada di depan kita,apa dia tadi sudah mendengarkan semua pembicaraan k
Sementara Bang Rendi dan juga Irfan, mereka berdua belum pulang, mereka masih melanjutkan pembicaraan yang dari tadi belum ada yang dibahas sama sekali, karena sejak awal kedatangan mereka, Bang Rendi menyuruh Irfan untuk terus mengawasi dan mendengarkan semua pembicaraan Pak Brian dengan pak Heri saja. "Bang.. ngapain sih tadi sampai menyamperin Pak Brian dan temannya, apa Abang tidak malu,gara gara Abang mengejek Pak Brian tadi, semua pengunjung restoran ini mereka lihatin kita terus." "Ya..ya.. saya mengaku salah, tadi itu sengaja saya menggoda Brian saya mau tau sampai di mana sih kadar cintanya kepada Humairah,eh.. ternyata Brian sangat mencintai Humairah, bahkan dia rela mengorbankan nyawanya sendiri demi keselamatan Humairah dan kedua anaknya." "Bang... sekarang apa yang harus kita bahas ini karena kita berada disini kurang-lebih 2 jam tapi Abang belum mengatakan apapun, yang ada Abang pergi menyamperin Pak Brian dan bertengkar, ayo Bang buruan cerita, soalnya saya sudah lap
"Iya semua ini ada hubungannya dengan Humairah, dimana Brian dipaksa oleh papanya, Pak Airlangga untuk menikah dengan putrinya Pak Darsono Alma Wardani, Pak Airlangga mengacam Brian kalau dia sampai tidak menikahi Alma,Pak Airlangga akan menghabisi nyawa Humairah dan kedua anaknya,demi melindungi nyawa keluarganya Brian terpaksa menikah Alma walaupun Brian tau kalau Alma sudah hamil dengan laki-laki lain, pernikahan mereka tidak berjalan sebagai mana mestinya suami istri pada umumnya, hingga pada akhirnya Brian menceraikan Alma."ucap Bang Rendi."Bang sepertinya ibu Humairah itu tidak pernah di anggap menantu oleh orang tuanya Pak Brian,dan juga mungkin ada alasan yang lain.""Iya betul sekali Irfan, orang tuanya Brian tidak pernah menerima kehadiran Humairah sebagai menantu mereka, alasannya mereka memandang rendah status sosial Humairah karena berasal dari kampung,dan alasan lainnya ini semua karena Brian sendiri, Pak Airlangga hanya mengancam Brian saja target sesungguhnya adalah B
Rendi segera membayar tagihan atas semua makanan yang mereka pesan tadi, setelah membayar semuanya,Rendi tanpa membuang waktu, Rendi membawa mobilnya dengan kecepatan sedang meninggalkan area parkiran restoran pulang kembali ke Jakarta.Ada banyak hal yang harus dia selesaikan, terutama Rendi harus segera menyelidiki dimana keberadaannya Pak Yuda dan istrinya. Mobil yang di kemudikan Mas Brian sudah memasuki pekarangan rumahnya Pak Malik tempat tinggalnya mereka semua selama beberapa di Malang sini. Mas Brian langsung memarkirkan kendaraannya di tempat parkir yang berada di samping kanan bangunan rumah.Mungkin karena mendengar suara mobil berhenti, Almeera dan Al Jazair keluar untuk melihat siapa yang datang, Mas Brian menghampiri kedua buah hatinya itu dan menyapa mereka berdua,tak lupa juga Mas Brian menenteng 2 buah kantong plastik yang berisikan beberapa boks makanan yang sengaja dia pesan untuk mereka makan siang bersama sama. "Assalamualaikum kakak..adik..? "Waallaikum salam.
Rendi setibanya di Jakarta, dia menemui papanya Pak Hermawan,ada beberapa hal yang dia perlu bicarakan semua berhubungan dengan keberadaannya Pak Yuda Aditama dan istrinya, Rendi bisa meminta bantuan Pak Hermawan untuk melihat data para penumpang pada 27 tahun yang lalu, yang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. Pak Hermawan adalah seorang pemilik beberapa maskapai penerbangan di negri, Rendi hanya bisa berharap semoga data penumpang untuk beberapa puluh tahun sebelumnya masih tersimpan di file perusahaan. Pak Hermawan sendiri sedang berada di kantor untuk mengecek beberapa laporan yang berhubungan dengan semua maskapai penerbangan yang sedang beroperasi saat ini. Tok.tok. Mendengar suara ketukan pintu, Pak Hermawan tanpa melihat siapa yang datang, dia langsung mempersilahkan masuk "Silahkan masuk."Rendi langsung masuk ke dalam ruangan kerja papanya, Pak Hermawan sendiri cukup kaget dengan kedatangan putranya yang secara tiba-tiba sudah berada di depannya. "Papa..apa ka
Usai makan siang semua anggota keluarga duduk bersantai di ruang keluarga sambil bercerita penuh dengan canda tawa, tapi tidak dengan Mas Brian mukanya cemberut terus sejak memasuki ruang keluarga aku sendiri apa yang terjadi dengannya. Aku mau bertanya sama Mas Brian takut salah ngomong, tapi kalau tidak bertanya hati ini penasaran dan merasa lucu, disaat aku lagi mau menanyakan kepada Mas Brian tiba tiba Almeera berbicara menanyakan Irfan sopir sekaligus pengawal pribadiku itu. "Bunda...tolong dong hubungi Om Irfan, tanyakan hari ini Om Irfan datang ke rumah sini atau tidak." "Kenap Bunda harus telepon Om Irfan, hari ini dia tidak akan datang, disini kan sudah ada Ayah."Mas Brian langsung menanggapi omongan Almeera dengan sedikit emoas, Mas Brian teringat kembali dengan pertemuannya dengan Irfan dan Rendi tadi di restoran, apalagi ingat kelakuan Rendi itu sangat membuat hatinya di penuhi dengan emosi walaupun tadi Irfan sempat membelanya,tapi tetap saja hatinya masih dongkol bag
Almeera dan Al Jazair sudah siap menunggu kedatangan Irfan, untuk ikut latihan di tempatnya Irfan, Al Jazair ini pertama kalinya bergabung dengan Almeera untuk latihan, apakah murni ingin latihan atau dia punya tujuan lain hanya Al Jazair sendiri yang tau alasannya. Kurang lebih 15 menit Irfan telah sampai di rumahnya Pak Malik untuk menjemput Almeera dan Al Jazair, Irfan langsung memarkirkan motornya di tempat parkir yang berada di samping kanan rumah Abah, kemudian Irfan mengeluarkan mobil untuk mereka tumpangi ke tempatnya, untuk latihan olahraga bersama. Irfan terlebih dahulu memastikan kalau Almeera dan Al Jazair sudah menggunakan sabuk pengaman dengan benar sebelum dia menjalankan mobil keluar dari area rumahnya Pak Malik, sudah menjadi tanggung jawabnya Irfan atas keselamatan Almeera dan Al Jazair selama berada di luar rumah. Sepanjang perjalanan menuju tempat latihan, Almeera dan Al Jazair coba mengajak Irfan untuk bersenda gurau. "Om Irfan.. boleh nggak saya minta tolong
Mobil yang di kemudian oleh Irfan berhenti dengan sempurna, Almeera dan Al Jazair segera keluar dari dalam mobil.Hal pertama yang di perhatikan oleh Al Jazair menelisik seluruh tempat yang sedang dia pijak sekarang ini, satu kata yang keluar dari bibirnya "waow.. sempurna"dan terlihat binar kesenangan di kedua bola matanya. Almeera hanya senyum senyum saja melihat tingkah laku adik laki-lakinya itu.Hal yang sama juga, yang dilakukan oleh Irfan sebuah senyuman tercetak indah di bibirnya.Irfan tidak mau membuang buang waktu,dia langsung mengajak Almeera dan Al Jazair untuk segera memasuki area tempat latihan. "Almeera, Al Jazair ayo... buruan masuk, katanya mau ikut latihan di tempatnya Om, kenapa bengong saja di situ." "He..eh, iya Om."Almeera dan Al Jazair menyahut bersamaan, mereka berdua langsung mengikuti langkah kakinya Irfan dari belakang yang mulai memasuki area tempat latihan. Ternyata di dalam itu sudah ada beberapa orang yang akan menemani mereka berdua untuk latihan, buk