Setelah puas mengelilingi semua area halaman rumah yang telah di bangun Bang Rendi untuk mereka tinggali nanti mulai dari halaman depan sampai pada halaman belakangan, tidak lupa juga mereka melihat kolam renang yang berada di sampingnya kanan bangun ini hm...rasanya puas sekali.Semua pemandangan yang ada di depannya itu, Humairah tidak lupa mengabadikan dengan ponsel pintarnya. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk segera pulang, hari juga sudah mulai gelap, sebelum pulang Bang Rendi menyempatkan diri untuk shalat Maghrib dulu rumah mewah mereka itu. Menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit mobilnya Bang Rendi sudah berhenti dengan mulus di area parkiran rumah kediaman orang tuanya. Mereka jalan beriringan sampai di dalam rumah. "Bang...aku langsung ke atas ya,mau lihat anak anak dulu, sekalian aku mau bersih bersih,ini rasanya sudah pada lengket semua..."Humairah segera berlalu menuju kamar tidur mereka berdua. "Hmm iya... nanti sebentar baru Abang nyusul...." Ceklek... Te
Papa Hermawan dan Mama Inda sudah berdiri meninggalkan meja makan, Bang Rendi juga sudah menyusul kedua orang tuanya menuju ruang keluarga untuk bercengkrama sambil bercanda.Sejenak aku perhatikan muka putri pertamaku itu sepertinya ada membebani pikirannya.Sementara Al Jazair sudah pamit masuk ke kamar dulu katanya mau mengerjakan tugas sekolahnya."Kakak... kenapa mukanya di tekuk seperti itu.... apakah ada yang perlu di bicarakan dengan Bunda atau..."belum sempat aku melanjutkan ucapanku Almeera sudah memotongnya."Tidak ada Bunda..... kakak hanya kecapean saja .. Bunda tidak usah khawatir kakak baik baik saja.... baiklah Bunda, kakak masuk istrahat duluan...."Almeera langsung berdiri dengan lesu dan menyeret langkah kakinya menaiki anak tangga dengan gontai seperti tidak bertenaga."Baiklah.... sebelum tidur jangan lupa shalat isya dulu... sekalian ingatkan mas ya..."aku sengaja tidak mendesak Almeera,aku tau dia sedang tidak baik-baik saja."Iya Bunda..."suara Almeera semakin m
Aku kembali teringat dengan wajah Almeera tadi sepertinya ada yang akan dia sampaikan kepadaku, sebaiknya aku samperin saja,aku tidak mau anak anakku merasa terabaikan karena aku telah menikah lagi dengan Bang Rendi. "Bang.... titip Al Keenan sebentar ya,aku mau menemui Almeera dulu sepertinya ada sesuatu yang membebani pikirannya sedari tadi...."aku pamit sama Bang Rendi untuk menemui Almeera putri pertamaku itu. "Iya... silahkan." Segera aku menemui Almeera di kamarnya kebetulan kamar mereka berdua hanya bersebelahan dengan kamar kami, masih di lantai dua juga. Tok...tok...to.... "Kakak...bunda masuk ya..." "Iya Bunda... pintunya tidak di kunci kok, langsung masuk saja." Aku langsung masuk kedalam kamar Almeera,aku lihat muka Almeera sedang tertunduk sedang menyembunyikan perasaannya. "Kakak.... angkat kepalanya lihat Bunda...ada apa.... kenapa diam saja, jangan buat Bunda khawatir."aku menangkupkan wajah Almera agar melihat kearah mukaku. "Maaf Bunda.... kakak tidak bermak
Melihat Almeera tadi menangis karena merindukan Mas Brian, hatiku sangat sakit seperti ada ribuan jarum yang menusuk-nusuknya.'mas...aku harus bagaimana sekarang,putri kita sangat merindukan dirimu..'batinku bergejolak. Mungkin dengan kehadiran Papi Yuda dan Mommy Meta besok di acara pentas seni yang akan di ikuti Almeera dan Al Jazair besok bisa menghapus rasa rindu mereka berdua kepada Mas Brian untuk sejenak.Semoga saja... Aku segera menghubungi Papi Yuda untuk menyampaikan kalau besok Almeera dan Al Jazair akan ikut pentas seni dalam rangka ulang tahun sekolah mereka berdua. Tin... Tin.. Papi Yuda dan Abah Malik sedang ngobrol di ruang keluarga, terhenti sejenak karena terdengar suara notifikasi panggilan masuk di handphonenya Papi Yuda yang tergeletak di atas meja sofa di depan mereka.Papi Yuda langsung menerimanya tanpa melihat siapa yang menghubunginya malam malam begini. "Assalamu'alaikum Pi....apa kabar... Papi sama Mommy sehat.!"aku menyapa Papi Yuda lebih dulu. "Waa
Yang terjadi di kediaman Candra Sanjaya juga tidak kala menghebohkan,gimana tidak sang cucu Kendrick Sanjaya sedang merecoki sang ayah Sony Sanjaya dengan permintaan konyolnya.Tidak lain dan tidak bukan, Kendrick selalu meminta kepada Sony Sanjaya untuk segera memberikan seorang Mommy. Sony Sanjaya memang seorang laki-laki yang sangat mapan,dia punya pekerjaan yang bagus seorang dokter kandungan dan juga seorang CEO sekaligus pewaris tunggal Sanjaya Group.Tapi sayang kehidupan asmaranya sangat menyedihkan, istrinya Clara meninggal beberapa jam setelah melahirkan putra mereka Kendrick Sanjaya yang kini sudah berusia 9 tahun, seumuran dengan Al Jazair putra Brian Aditama dan Al Humairah Razak.Entah kebetulan atau bagaimana mereka berdua satu kelas di sekolah yang sama.Itulah takdir semasa hidupnya Brian Aditama berteman akrab dengan Sony Sanjaya, bahkan di awal awal Brian mendirikan perusahaannya, keluarga Sanjaya lah yang telah banyak membantunya.Kini putra mereka juga berteman akrab
Sony kembali ke ruang keluar kediaman kedua orang tuanya, dengan membuang nafas agak kasar sambil menghempaskan bobot tubuhnya di sofa tempatnya semula. Sony masih kepikiran dengan permintaan sang putra kesayangannya itu.'bagaimana aku bisa mendapatkan seorang Mommy untuk Ken....aku saja tidak pernah memiliki teman wanita, setelah kepergian Clara....aku tidak pernah lagi jalan dengan wanita lain....huh menyebalkan...'gumam Sony dalam hati sambil beberapa kali membuang nafas dengan kasar. "Kendrick....beulah lagi....."tiba-tiba Tante Shinta mengagetkan Sony yang sedang duduk termenung. "Ya... begitulah Mom... makin hari tingkah Ken semakin menjadi....dia tidak pernah berhenti meminta Sony mencarikan seorang Mommy.... Sony pusing dengan keinginan Ken sekarang....dia mulai mengancam Sony Mom... katanya kalau besok Sony tidak membawakan seseorang untuk jadi Mommynya di acara pentas sekolah... Ken akan mogok sekolah.... Sony benar benar pusing Mom...."Sony mengeluhkan permintaan Kendric
Kesadaran Sony pulih kembali setelah mendengarkan suara bariton sang ayah Candra Sanjaya. "Sony.... kenapa diam.... jangan bilang kamu lagi kesambet.... makanya langsung diam seketika...."Pak Candra mengagetkan Sony. "Aha.... iya Daddy.... bukan siapa siapa kok....dia hanya wanita yang sempat Sony kagumi karena memiliki hati yang lembut dan peduli dengan orang lain, lagian juga dia sekarang sudah menikah dan memiliki beberapa orang anak...."Sony menjelaskan kepada sang ayah kalau Humairah sudah menikah lagi. "Oh... Gitu ceritanya, tapi kalau boleh tau siapa wanita beruntung itu yang sudah memporak porandakan hati seorang CEO Sanjaya Group...." "Itu lho Daddy.... istrinya Brian Aditama teman akrabnya Sony.... yang dulu pernah membantu Daddy memenangkan tender karena kepiawaiannya bernegosiasi,dan Daddy juga memberikan sumbangan dana untuk mendirikan sebuah perusahaan yang kini sudah berkembang dengan pesat, kalau tidak salah nama perusahaannya itu Brian Aditama Group....iya kan Son
Setelah menghubungi Papi Yuda dan Abahnya, Humairah kembali mendekati sang suami yang sedang duduk diatas tempat tidur sambil bersandar di salah satu sisi ranjang mereka. Pandangan mata Humairah menyiratkan sebuah ketakutan, bagaimana tidak Bang Rendi duduk dengan santainya tanpa menggunakan baju,dia hanya mengenakan celana booxernya saja. Humairah bingung mau lanjut duduk di atas kasur atau duduk di kursi sofa yang ada di dalam ruangan itu.Humairah memutuskan untuk duduk di atas tempat tidur dengan posisi agak menepi menyisakan jarak antara dirinya dengan sang suami. Humairah masih memainkan ponselnya. Bang Rendi melihat posisi duduk Humairah yang sengaja menjauhinya, dengan serta merta menggeser pantatnya mendekati Humairah.Rasa gugup langsung menghinggapi hati Humairah.'aduh....kenapa juga Bang Rendi mendekatiku, padahal aku sudah berusaha untuk menjauh darinya,aku jadi takut.... jangan sampai di memaksakan kehendaknya untuk meminta haknya sekarang juga, Tuhan....gimana ini'bat