Share

Lamaran

“Keberanianmu memberi kepastian adalah tanda keseriusanmu untukku, juga penghilang kebimbanganku apakah aku harus bertahan atau meninggalkan.”

Semenjak kepergian Dave, Qila menjadi gadis yang pemurung. Dia lebih sering terdiam dan melamun, tidak seperti biasanya yang periang dan bawel tidak ketulungan. Sudah beberapa sahabat Qila mencoba menghibur Qila, namun Qila tetap murung. Sebelum Dave pergi, Qila memutuskan untuk LDR dengan Dave, Qila tidak ingin putus meski kini Dave jauh dari pandangan matanya. Qila yakin bahwa Dave bisa menjaga hatinya dan menjaga cinta mereka. Sudah satu minggu Dave belum sedikitpun mengabari Qila, Qila cemas dan berpiiran macam-macam. Hingga ada sebuah notif WA yang membuat Qila bahagia.

  • Maaf aku baru bisa hubungi kamu, 1 minggu ini bunda ngelarang aku buat pegang hp. Maafin aku ya.
  • Kamu jangan nakal disana, aku bakal jaga hati aku buat kamu.
  • Aku kepikiran kamu terus, sehat-sehat ya kamu disana.

Setelah mendapat kabar dari Dave, senyum Qila kembali terbit. Qila menjadi kembali periang. Bahkan hingga membuat mamahnya aneh kenapa putrinya senyum-senyum sendiri.

“Ada apa Qila, kok kamu terlihat sangat senang?”

Qila tersenyum dan berkata, “Dave sudah mengabari Qila mah.”

“oh jadi karena itu anak mamah senyum-senyum sendiri.”

“Hehe iya mah, Qila ke kamar dulu ya mah, mau bersih-bersih.”

Di kamar.

Qila senyum-senyum sendiri sambil memandang foto dirinya dan Dave yang terpajang di atas nakas kamar Qila, Qila menjatuhkan dirinya pada kasur empuk kesayangannya, Qila memandangi langit-langit dan tersenyum.

“Terima kasih Tuhan karena Engkau telah menghadirkannya dalam hidupku, jagalah dirinya selalu. Aku memang tidak berada disampingnya dan tidak mampu menjaganya namun aku yakin kau akan menjagakannya untukku.”

Qila beranjak dari tidurnya dan memasuki kamar mandi karena dari tadi badannya sudah sangat lengket karena di sekolah ada mata pelajaran olahraga. Setelah selesai, Qila mengambil buku diary miliknya dan duduk menghadap ke luar jendela. Suasama sore ini sangat cerah sehingga membuat Qila terpesona akan lembayung senja yang hadir dengan rona jingganya. Qila menuliskan satu quotes dalam diarynya.

                                           Senja

Aku tau, kehadiranmu untuk pergi namun

Aku juga tau, kepergianmu untuk kembali.

Qila menutup bukunya dan beranjak keluar kamar untuk menemui mamahnya. Di belahan bumi yang berbeda, Dave termenung sendiri di dalam kamarnya, memandang foto dirinya dan Qila yang sempat mereka ambil ketika mereka berada di pantai memandang senja yang sebentar lagi tenggelam.

“Maafkan aku Qila, karena aku berbohong padamu, namun ketahuilah sampai kapanpun aku tetap mencintaimu. Aku akan kembali padamu dan menemanimu disisa hidupku”.

Dave terus memandangi foto kebersamaannya namun tiba-tiba kepala Dave sakit kembali, Dave menyimpan foto kebersamaannya dan berlari mencari obat penahan rasa sakit namun tidak ada. Dave menarik-narik rambutnya sangat kencang namun rasa sakitnya tidaklah hilang malah semakin sakit, sebelah mata Dave mengeluarkan cairan, Dave sudah tidak tahan dengan rasa sakitnya sehingga Dave membenturkan kepalanya ke dinding.

“AKHHH . . . SAKIT . .”

“Tuhan . . . ini sangat sakit tuhan, sa. . ki. .t.” Dave terkulai lemas dengan darah yang mengalir dari pelipis sebelah kanannya. Namun rasa sakitnya itu belum juga berkurang dan lagi-lagi Dave membenturkan kepalanya pada dinding dan berharap sakitnya akan berhenti. Selama setengah jam lebih, akhirnya rasa sakitnya hilang dan Dave terduduk lemas di depan jendela kamarnya menatap sang langit yang bersinar terang dengan bintang-bintang yang menemaninya. Dave berkata pada langit dengan sendunya.

                                    “ Aku Merindu”

Rindu,,,

Apa yang mampu kulakukan untuk bertemu

Jika jarak dan waktu tak mampu untuk menyatu

Kini,,,

Nabastalapun sendu, melihat deru anila yang memburu

Rindu,,,

Jarak itu menghalangiku untuk bertemu

Tembok itu mencegahku untuk saling menatap

Dan atma membelengguku akan akara dirinya

Aku rindu semua tentangnya.

***

Beberapa tahun berlalu, hubungan Qila dan Dave berjalan baik-baik saja meski sedikit ada konflik karena hampir satu tahun Dave hilang tanpa sedikitpun kabar. Qila berpikir bahwa Dave sudah menemukan wanita baru dan melupakannya, namun disaat Qila benar-benar prustasi akan kerinduannya pada Dave yang semakin membeludak, tiba-tiba handphone Qila berbunyi dan menandakan ada notifikasi WA. Dengan cepat Qila membukannya dan isinya :

Aku akan pulang minggu depan dan aku akan langsung melamarmu, dengan izin dariNya dan ridho orang tua kita.”

“Aku akan menjelaskan semuanya padamu nanti, maafkan aku karena tak menghubungimu, bukan aku ingin menyiksamu dengan rindu, namun ada beberapa hal yang perlu aku selesaikan disini dan kamu harus tau atmaku terus memanggilmu dan aku sangat merindukanmu, jangan cemberut dan hapus air matamu, kamu jelek kalau nangis kayak gitu. Eitts jangan bilang kalau kamu gak nangis, aku tau kok kamu nangis namun saat kamu baca ini kamu tersenyum tapi air matamu tak juga berhenti kan? Karena aku tau saat ini rasamu campur aduk ya kan? gak usah ngelak aku tau kok. Nah gitu senyum kalau gitu kan keliatan cantiknya. Eeh pipimu merah tuh kayak kepiting rebus haha. Tunggu aku pulang sayang. Jaga dirimu baik-baik ya.”

                                                                                                DAVE.

Setelah mendengar perkataan dokter kemarin bahwa Dave di prediksi sembuh meski belum total, Dave langsung mengatakan berita bahagia itu pada orangtuanya dan orangtuanyapun sangat bahagia mendengar berita itu. Dave meminta pada orangtuanya untuk pulang minggu depan dan berniat untuk melamar Qila sang pujaan hatinya.

Waktu berlalu begitu cepat, akhirnya besok Dave pulang dan Dave sangat bahagia hari ini, Dave menyiapkan semua hal yang dia butuhkan untuk melamar Qila, semua telah selesai. Namun Dave kelelahan sehingga tiba-tiba kepala Dave terasa nyeri kembali. Setelah satu minggu ini tidak pernah kambuh sakit kepalanya kembali kambuh, Dave berlari menuju laci dan mengacak-ngacaknya semoga saja ada obat penahan rasa sakit yang masih tersisa, namun semua nihil tak ada satupun obat yang tersisa. Dave menarik-narik rambutnya karena kepalanya begitu sakit bahkan sakitnya melebihi yang biasa dia rasakan, Dave membenturkan kepalanya terus menerus pada tembok yang berada di kamarnya, darah Dave bercucuran membasahi lantai namun tak sedikitpun rasa sakit itu hilang malah semakin mejadi, Dave mengerang kesakitan dan berteriak dengan sangat kencang sebelum akhirnya suara Dave menghilang bersama dengan kesadarannya.

***

Qila sudah siap dengan gaun putih panjang tanpa lengan, riasan make up natural menambah kecantikan dirinya. Qila beberapa kali menatap pantulan dirinya di cermin dan tersenyum. Qila begitu bahagia hari ini menanti kehadiran Dave. Semua persiapan telah selesai, Qila dari semalam menanti kabar dari Dave namun tak ada, Qila hanya berpikiran positif bahwa Dave akan memberinya kejutan dan tak mau dirinya tau.

15:00 WIB

Dave tak kunjung datang, Qila mulai cemas karena tak ada satupun notifikasi dari Dave, hingga lima menit kemudian ada sebuah notifikasi dari nomor tidak di kenal.

Aku tunggu kamu di dekat pantai.”

Qila tersenyum dan segera berangkat ke pantai, tanpa berpikir panjang dan tanpa menanyakan siapa yang mengirim pesan. Sesampainya di pantai tak ada siapapun disana hanya ada seorang wanita berambut pirang sedang berdiri membelakangi dirinya. Qila diam dan tetap menunggu Dave, hingga wanita berambut pirang itu berbalik dan melihat Qila yang sedang berbaring menikmati semilir angin yang sejuk, wanita berambut pirang itu menghampiri Qila yang sedang memejamkan matanya, wanita itu duduk tepat di samping Qila dan ikut berbaring disebelahnya. Tanpa bersuara wanita itu ikut terhanyut dengan suasana pantai yang sejuk. Tanpa dia sadari air matanya jatuh di atas pasir, semuanya begitu menyesakkan. Qila membuka matanya dan baru sadar bahwa wanita yang dia lihat tadi sudah berada di sampingnya, Qila dengan keberaniannya mencoba mengeluarkan suara dan bertanya

 “Maaf anda siapa ya?”  wanita berambut pirang itu hanya terdiam dan hanyut dengan lamunannya. Setelah beberapa saat akhirnya wanita itu membuka matanya dan duduk menatap langit.

“Kakak tidak kenal sama saya?” tanya wanita berambut pirang itu.

“Tidak, memangnya kamu siapa?” tanya Qila balik.

“Kakak benar-benar tidak kenal atau lupa?” Wanita itu berkata sambil tersenyum.

“Saya benar-benar tidak mengenal kamu, memangnya kamu kenal saya?”

“Oh my God, saya Salsa kak sepupunya bang Dave.”

“Sepupu Dave, setahuku Dave tidak mempunyai sepupu wanita yang rambutnya pirang kayak kamu deh,” sahut Qila dengan raut wajah yang berkerut karena mengingat-ngingat sepupu Dave yang satu ini. Salsa tertawa melihat kebingungan Qila.

“Yaudah tidak apa-apa jika kakak tidak ingat sama Salsa, asal jangan tidak ingat sama kak Dave aja.” cengir Salsa

“Ya gak mungkinlah aku lupa sama Dave.”

Salsa mengatur degup jantungnya dan berusaha untuk membicarakan dengan baik-baik masalah abang sepupunya itu. Salsa terus menerus menarik napas dan menghembuskannya. Karena tingkahnya yang terus seperti itu Qila menjadi  bingung dan aneh mengapa adik sepupunya Dave begitu tegang, Qila mencoba bertanya namun ia urungkan dan mulai sibuk dengan suasana pantai yang memberikan pemandangan yang indah dengan senja yang memesona akan rona jingga yang dimilikinya. Setelah hampir 10 menit terjadi keheningan diantara keduanya akhirnya Salsa mengeluarkan suara.

“Kak, sebenarnya yang mengirim pesan kepada kakak untuk bertemu disini adalah aku bukan bang Dave, aku baru saja pulang dari Ausie dan langsung menemui kakak karena ada hal yang perlu aku sampaikan kepada kakak.”

“Aku kira yang mengirim pesan itu Dave, mana Dave? Bukankah sekarang dia pulang?” heran Qila

“Bang Dave ada kok kak, tapi sebelumnya bang Dave minta maaf karena tidak bisa ke rumah kakak terlebih dahulu.” jelas Salsa

“Kenapa? Dave jadi pulangkan? Bukankah hari ini akan jadi hari bahagiaku dan dirinya mengapa dia tidak menemuiku langsung ataukah dia akan memberikanku kejutan?”

“Sebelumnya ada hal yang ingin aku sampaikan pada kakak ini pesan dari bang Dave agar Salsa menemui kakak, dan bang Dave bilang bahwa abang ingin bertemu kakak tapi tidak disini ataupun di rumah kakak.”

“Mengapa tidak di rumahku bukankah Dave akan melamarku?”

Salsa hanya terdiam tak mampu menjawab pertanyaan Qila, dari mulai pembicaraan Salsa sudah tidak sanggup menahan air matanya namun Salsa takut jika air matanya jatuh akan membuat Qila khawatir dan bertanya-tanya. Salsa mencoba tenang dan kembali menatap Qila.

“Kak, jika kakak ingin menemui Bang Dave maukah kakak ikut Salsa ke Ausie?” tanya Salsa ragu-ragu

“Mengapa harus Ausie? Apakah Dave tidak jadi pulang ?”

“Aku akan menjelaskannya nanti,” sahut Salsa

Qilapun mencoba berpikir “apakah ia Salsa sepupunya Dave sedangkan dia tidak kenal dengan Salsa bagaimana jika Salsa penculik”. Qila meminta bukti foto yang mengatakan bahwa Salsa benar-benar sepupunya Dave dan Salsa memberikannya. Sebuah foto keluarga besar yang sangat harmonis yang di dalamnya ada Salsa dan Dave dengan pose Dave mengacak rambut Salsa dan Salsa memasang muka cemberut. Qila percaya dan akhirnya memutuskan untuk pergi bersama dengan Salsa namun sebelumnya Qila meminta izin kepada kedua orangtuanya apakah boleh ia pergi ke Ausie untuk menemui Dave atau tidak. Salsa mengantar Qila pulang terlebih dahulu.

Sesampainya di rumah Qila

“Kak, aku pulang dulu jika kakak mau ikut aku kita berangkat besok pukul 10:00 wib.”

“Kamu tidak mau mampir dulu, besok aku kabari ya.”

Salsa bergegas pulang dan Qila memasuki rumahnya, ketika sampai di rumah mamah Qila bertanya,

“Kamu dari mana sayang, kok jam segini baru pulang?” Tanpa menjawab pertanyaan mamahnya, Qila berkata,

“Mah, Qila boleh tidak jika menyusul Dave ke Ausie?” tanya Qila ragu sambil menundukan pandangannya.

“Mengapa harus ke Ausie sayang, bukankah hari ini Dave akan pulang untuk melamarmu?” Heran mamah Qila.

“Qila juga sebenarnya tidak tau, tapi kata adik sepupu Dave, bahwa Dave tidak bisa pulang hari ini dan adik sepupu Dave bilang jika Qila ingin menemui Dave, Qila harus ikut dia kesana.” jelas Qila.

“Adik sepupu Dave siapa?”

“Salsa Mah.”

“Oh Salsa yang sekolah di Ausie itu, mana dia? mengapa tidak kamu ajak mampir?”

“Mamah kenal?”

“Tentu saja, kan dia sering main kesini dulu, memangnya kamu tidak ingat?”

“Qila tidak ingat Mah, jadi gimana Qila boleh berangkat kesana? Qila sangat ingin bertemu Dave mah, boleh ya?” Bujuk Qila dengan memasang wajah memelas.

“Dave nanti juga pulang sayang jadi kamu tunggu aja disini.”

“Tapi mah, Qila sudah tidak sabar, Qila bolehkan pergi kesana? kalau papah sama mamah mau ikut juga tidak apa-apa, yang penting Qila bisa ke Ausie nemenuin Dave.”

Mamah Qila berpikir keras hingga akhirnya mengizinkan Qila untuk pergi. Dengan syarat Qila harus bisa jaga diri dan jangan lost contek. Qila begitu senang, akhirnya setelah beberapa tahun tidak bertemu, besok Qila bisa bertemu dengan Dave. Qila menyiapkan semua keperluannya dan mengabari Salsa bahwa mamahnya mengizinkannya untuk pergi. Semalaman Qila tidak tidur saking bahagianya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status