Mamat dan Pak Joko menghampiri kami dengan wajah yang pias diliputi rasa bersalah, "Maaf Tuan, Nyonya, kami sudah berusaha menghadang mereka tapi kami tak berhasil, kami kalah jumlah Tuan. Mereka udah ada di depan pintu, Tuan!" ucap Mamat sambil menundukkan wajahnya."Gak apa-apa kami mengerti, kami akan segera menemui mereka!" Aku menepuk bahu Mamat sambil melangkah menjauhi mereka."Maafkan saya, Tuan," lirih Mamat dan Pak Joko yang masih bisa ku dengar saat aku perlahan meninggalkan mereka."Pak Firmaaan ... Jangan coba-coba kabur!" Bruug! Bruuug! Suara mereka mulai berusaha mendobrak pintu depan.Aku langsung membuka pintu membuat mereka terkejut, "Hei, kalian mau merusak pintu rumahku!" gertakku dengan mata melotot pada mereka."Hahaha ... Tuan Firman, kami kira Tuan akan melarikan diri," ucapnya dengan nada meledek."Kan tadi aku sudah bilang, tunggu!! Aku akan bersiap kenapa kalian tidak bisa bersabar sih!!" Aku berteriak keras pada mereka, kesal dengan tindakan mereka yang ber
"Mas mengenal laki-laki yang ada di foto itu?" tanya sang tukang kebun melihat kami begitu terkejut."Tentu saja Pak, laki-laki ini adalah kakak ipar saya yang sedang ada masalah dengan Maya yang saya ceritakan sama Bapak itu.""Apaaaa ... Saya gak percaya! Ja-jadi kakak ipar yang Mas ceritakan sama saya tempo hari itu adalah mantan kekasih Non Mayra!"Pria yang berprofesi sebagai tukang kebun plus penjaga rumah itu sangat terkejut mendengar pengakuanku."Iya Pak, Bapak pasti sama terkejutnya sama kami.""Iya Mas, yang tak habis pikir kenapa punya hubungannya sama Non Maya, harusnya kan sama Non Mayra yang jelas-jelas pernah menjalin hubungannya dengan kakak iparnya si Mas." Dahi Pria tua itu terlihat mengkerut, sepertinya ada yang aneh dengan kasus yang menimpa Mas Firman."Nah, itu yang sedang kami selidiki saat ini Pak. Biar semuanya lebih jelas gimana kalau Bapak ceritakan soal hubungan Mayra sama Mas Firman, Kakak Ipar saya ini!" timpal Yudha yang sejak tadi penasaran ingin mende
POV ArlitaSial! Aku gak bisa ngulur-ngulur waktu nih! Aku terpaksa mengikuti semua kata mereka, aku hanya bisa duduk di mobil menuju tempat akad nikah tanpa bisa berbuat apapun.Aku menatap orang yang mengawal mobil kami, aku rasanya pernah melihat salah satu dari mereka, sejak dari rumah tadi aku terus mikir di mana aku pernah melihat orang itu, kenapa rasanya wajahnya rasanya tak asing yah? Ayolah, ingat-ingat, Arlita! Siapa tahu aku bisa menemukan petunjuk baru. Aku terus menatap orang yang mengendarai sepeda motor yang terus mengawal mobil suamiku dari bagian depan sambil terus mengingatnya.Dia melirik ke arah mobil Mas Firman, karena akan berbelok jalan, sewaktu berada di perempatan jalan, mungkin dia berjaga-jaga agar Mas Firman tidak coba-coba lari.Kali ini aku bisa lihat dengan jelas wajahnya saat dia menoleh ke arah kami.Diaaaa ... Aku ingat sekarang dia siapa! Dia adalah orang yang dulu mencoba menodong tasku saat itu, saat Maya menolongku dan itu pertama kali aku berte
"Ma-mas me-mengenal perempuan itu?" tanyaku terbata cukup terkejut Mas Firman mengenal wanita cantik dengan tubuh tinggi semampai bagaikan model yang kini ada di hadapan kami.Mas Firman sama sekali tak menjawab wajahnya diliputi ketegangan dan terlihat memucat seolah sedang melihat sosok hantu."Haaai ... Mas Alfa, apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu?" ucap wanita itu dengan nada menggoda.Mas Alfa? Dia panggil Mas Firman dengan sebutan Alfa, bagaimana dia tahu panggilan itu, yang aku tahu, orang yang memanggil dengan sebutan Alfa hanyalah orang tuanya. Apa wanita ini seseorang yang pernah dekat dengan Mas Firman.Dulu, aku pun memanggilnya dengan sebutan itu, tapi saat itu dia menolaknya dengan sebutan itu, dia lebih nyaman dipanggil dengan sebutan Mas Firman."Paaah ... jawab aku! Siapa wanita itu? Kenapa dia memanggilmu dengan sebutan Mas Alfa?" tanyaku lagi pada Mas Firman.Mas Firman tidak juga menjawab pertanyaanku."Maaaas ... jawablah, jangan buat aku salah paham!!" desa
Mas Firman menghentikan sejenak ucapan kabulnya, kemudian menghela napasnya dengan panjang dan kembali meneruskan mengucapkan ucapan kabulnya."Saya terima nikah dan kawinnya ..." Kali ini bukan hanya menutup mata, tapi aku pun menutup telingaku. Aku gak sanggup kalau harus mendengarkan kalimat itu terucap dari mulut suamiku sampai selesai dan membayangkan Maya sah menjadi istri kedua suamiku. "Tungguuuu ...!!" tiba-tiba terdengar suara seorang wanita dan suaranya itu tak asing lagi bagiku.Aku membuka mataku, aku terkesiap melihat wanita yang aku kenal sudah ada di hadapanku."Bu Rossaaa ...!!" Aku tersenyum bahagia akhirnya bantuan datang, ada kelegaan terasa di hati ini, begitupun Mas Firman kulihat ada rona bahagia pada wajahnya."Tenang Bu Arlita, saya pastikan pernikahan ini tidak akan tejadi," ujar Bu Rossa dengan senyumnya yang lebar."Hei, siapa kamu? Bagaimana kamu bisa masuk?" ujar pria berbaju hitam yang sedari tadi berjaga di dekat kami dengan tatapan sangar."Kamu tany
Azra terlihat terengah-engah saat memasuki Vila itu. Keringatnya membasahi sekujur tubuhnya lalu dia menghampiriku."Kak Lita, gak apa-apa? Mana Mas Firman dan yang lainnya?" tanyanya panik sambil melihat sekelilingnya."Zra, tolong Mas Firman! Dia dibawa oleh Mayra dan anak buah Mayra, melalui pintu belakang!!" Aku menunjuk suatu ruangan yang mungkin ada sebuah pintu keluar di ujung ruangan itu."Apaaa ...! Apa aku sudah terlambat? Aaaargh ... sial!" Azra terlihat sangat kesal, dia pun bergegas, dia berlari sekuat tenaga menuju ruangan yang tadi aku tunjuk. Mudah-mudahan Azra bisa menyusul mereka."Gimana Zra, apa mereka bisa terkejar?" tanyaku saat melihat Azra kembali masuk."Maaf Kak Lita, mereka sudah kabur, mobil mereka sudah tidak ada." Azra terlihat kecewa tidak dapat mengejar mobil Mayra yang sudah lenyap ditelan bumi."Zraaa ... gimana ini?" Aku sudah gak kuat menahan air mata ini walaupun sedari tadi aku terus berusaha tegar."Tenang Kak, kita akan terus berusaha mencari ke
POV Firman"Hei, aku mau dibawa ke mana?" tanyaku dengan kesal mereka membawa paksa diriku, tanganku ditarik-tarik hingga keluar dari sebuah pintu.Aku berjalan sudah seperti hewan peliharaan yang tengah dibawa tuannya untuk disembelih, pria berbadan besar itu terus menarik tanganku dengan langkah langkah terburu-buru menuju mobil yang sudah terparkir tak jauh dari pintu itu.Seseorang membukakan pintu mobil, lalu badanku didorong hingga aku terjatuh ke dekat jok mobil, "Weeei ... jangan kasar-kasar!" makiku."Udah jangan banyak omong, duduk saja di sana!!" "Gak, aku gak mau!!" Aku hendak berdiri dan turun dari mobil itu, tapi lagi-lagi aku didorong dan kali ini aku dipaksa duduk dipepet oleh dua orang berbadan besar itu.Aku tidak terima, tanganku meronta-ronta tak ingin aku ikut mereka."Aku gak mau ikut kalian!!""Godek pindah ke depan, aku mau di sini menemani Mas Alfa!" kata Mayra, duduk di sebelahku."Gak Mayra, aku gak mau ikut, biarkan aku turun dan menemui istriku, dia past
Ceklek!! Suara gagang pintu yang ditarik seseorang membuatku terbangun, "Siapaa ...??" teriakku sambil membalikkan tubuh ke arah pintu, walaupun sama sekali tak terlihat karena kain hitam ini masih melekat menutupi mataku."Tenanglah Mas Alfa, ini aku, calon istri kamu," jawab Mayra dengan suara yang mendesah manja."Mayra, bisakah kamu buka penutup mata ini, aku sangat tidak nyaman tidak bisa melihat begini?" pintaku seraya memohon."Baiklah, tapi janji yah Mas Alfa tidak akan kabur!""Iya, aku janji, aku gak akan kabur."Lalu Mayra pun membukakan penutup mataku, kubuka mataku perlahan, aku edarkan pandanganku, aku tengah berada di sebuah ruangan yang cukup nyaman, sepertinya memang sebuah kamar, kulihat ada tempat tidur yang cukup besar, semua interiornya lengkap, entah rumah siapa ini yang jelas rumah ini sepertinya jarang ditempati, kulihat semua furniturenya berdebu begitu juga lantainya yang agak kotor seperti jarang dibersihkan."Tenanglah Mas, di sini tempatnya jauh dari mana-