Aku terbangun pagi ini, rasanya tidurku pulas malam tadi, aku ingin tahu bagaimana perasaan Maya, pasti dia jengkel karena tadi malam gak berhasil buka pintu kamar, hahaha ...!"Papah, kenapa ini pintunya?" teriak Tita saat akan membuka pintu kamarnya."Kenapa emangnya De?" tanyaku sambil mendekatinya."Susah dibuka, terus ini gagangnya kayaknya mau copot, Pah." "Ya sudah sini, biar Papah coba!"Aku pun mencoba membukanya, eeeeh ... gagangnya malah terlepas.Gila juga si Maya, aku gak kebayang dia sangat berusaha untuk bisa masuk ke kamar ini, gagangnya sampai copot gini.Aku pasangin lagi gagangnya dan berusaha membukanya, cukup susah karena kuyakin gagang di bagian luarnya pasti sudah terlepas.Aku agak menekannya saat menarik gagangnya dan ceklek! Berhasil, pintu bisa terbuka."Horeee ... bisa kebuka!" Tita bersorak gembira.Aku perhatikan pintu itu, sesuai perkiraanku, gagangnya sudah terlepas, dan gagangnya sudah tergeletak di lantai."Tita, pintunya jangan ditutup dulu yah, tak
POV ArlitaSudah hampir seminggu aku di sini, saking sibuknya aku sampai jarang membuka ponsel."Zahra, kamu yakin udah bisa kerja lagi?" tanyaku pada Zahra yang sudah bedrest selama beberapa hari."Iya Bu, saya yakin, saya udah gak apa-apa. Badan saya udah enakan, besok saya udah bisa kerja lagi," jawab Zahra meyakinkanku."Kayaknya kamu kecapean yah, kalau gitu, kamu pegang satu cabang saja lagi yah, biar nanti yang cabang Bandung dua saya akan perintahkan sama Pak Zacky untuk sementara." "Iya Bu, maaf saya mengecewakan Ibu, saya memang semenjak memegang dua cabang suka telat makan dan kurang istirahat," ucapnya lirih, Zahra merasa tidak enak padaku karena tidak dapat mengemban tanggung jawab yang diberikan olehku untuk mengurus dua cabang sekaligus."Gak apa-apa, Zahra. Saya mengerti keadaan kamu, maaf yah saya sudah memaksakan kamu untuk beri kamu tanggung jawab yang cukup berat. Ya sudah kalau begitu saya pamit pulang yah, saya sudah kasih instruksi pada Ayaka untuk membantu kam
Zra!" Panggilku sambil melambaikan tangan, aku lihat Azra celingukan mencariku begitu memasuki cafe.Azra melihat ke arahku dan menghampiriku, "Kak." Dia pun duduk di sampingku."Kamu punya Informasi apa soal Mas Firman?" tanyaku tanpa basa-basi."Gini Kak, sebenarnya Mas Firman pernah datang ke divisi aku dan langsung menuduhku kalau aku sedang memata-matainya," Azra mulai bercerita."Mas Firman tahu kalau kamu lagi ngawasin dia?" Aku cukup terkejut, kalau benar dia tahu aku yang menyuruh Azra mengawasinya, bisa gawat nih."Tapi tenang Kak, aku udah ngeles kok. Aku bilang kalau aku gak sengaja lihat Mas Firman sedang bersama Maya.""Jadi dia mengakuinya?" "Gak Kak, dia bilang aku udah salah lihat, waktu itu Mata Mas Firman sedang kelilipan dan Maya sedang meniup Mata Mas Firman. Aku percaya sih, soalnya aku memang hanya lihat sekilas Kak, hehe ...!" "Ooh ... jadi saat itu Maya hanya meniupi mata Mas Firman, aaah ... syukurlah! Berarti kecurigaanku salah!" Aku lega mendengarnya, ber
"Bongkar kamar Maya!!" perintahku pada Mang Koko sambil menunjuk pintu kamar Maya."Bongkar??" Mang Koko dan Bi Inah tampak saling berpandangan heran melihat sikapku hari ini yang tampak murka dengan sorot mata penuh amarah."Ini serius Nyah, mau dibongkar?" tanya Mang Koko kembali."Memangnya saya dari tadi terlihat main-main!" Nada bicaraku aku naikkan satu oktaf."Ta-tapiii ... kenapa harus dibongkar Nyah?" Mang Koko masih mempertanyakan dengan apa yang aku perintahkan."Karena kuncinya cadangannya sudah hilang, dan aku hanya ingin tahu apa isi kamar WANITA JALANG itu!" jawabku berapi-api dengan menekankan kata wanita jalang pada kalimatku.Mang Koko makin merasa merasa aneh melihatku, mungkin dia terkejut yang biasanya aku yang lemah lembut, kalem, ramah, dan gak pernah marah-marah, kini terlihat seperti orang yang yang temperamen."Ayo Mang, bongkar! Kenapa diam saja!" titahku lagi dengan nada keras."I-iya Nyah!" Mang Koko gelagapan melihatku terus meneriakinya, dia pun mulai mem
POV FirmanAku mengambil ponsel yang sejak tadi terus berbunyi."Bi Inah, ada apa dia menelponku!" Aku merasa heran begitu aku melihat nama Bi Inah di layar ponselku, tumben-tumbennya Bi Inah sampai meneleponku pasti ada sesuatu yang sangat penting.Aku langsung menjawab telepon Bi Inah."Halo Bi, ada apa?""Ha-halo Tu-tuan!" Bi Inah menjawab dengan terbata-bata, dia terdengar begitu panik."Ada apa Bi?" tanyaku ikutan panik."Nyonya Tuan, Nyonya..!""Nyonya kenapa?""Nyonya pingsan!""Pingsan! Kenapa bisa pingsan, memang apa yang udah terjadi sama Nyonya?" "Maaf Tuan, ini Nyonya tiba-tiba saja pingsan, saya gak tahu kenapa, Tuan bisa ke sini sekarang.""Iya, saya langsung pulang Bi."Tanpa pikir panjang lagi, aku segera bergegas pulang."Jihan, Maya aku mau pulang dulu, kemungkinan aku tidak kembali ke kantor.""Ada apa Pak. apa ada masalah di rumah?" tanya Jihan penasaran melihat kecemasan di wajahku."Iya, istri saya pingsan, saya takut terjadi apa-apa sama istri saya.""Ya sudah,
Lita memperlihatkan galeri foto di ponselnya yang membuat mataku terbelalak, fotoku yang sedang berciuman dengan Maya terpampang jelas di layar ponsel Lita, 'Ya Tuhaaan ... gimana bisa ada foto itu di ponselnya Lita?' "Ini apa hah! Begini tiap hari yang Papah lakuin di kantor, pintar sekali Papah bersandiwara, di rumah Papah terlihat dingin sama Maya, tapi di kantor Papah malah mencumbu mesra dia, sungguh keterlaluan, kamu Pah!" teriak Lita wajahnya merah padam, tangisnya semakin deras, Lita mencurahkan semua kemarahannya padaku."Mah, dengar yah, aku terpaksa lakuin itu karena Maya terus mengancam akan memberikan bukti kalau aku sudah tidur sama dia ke kamu, Mah. Aku gak mau sampai kamu tahu, jadi aku kepaksa ikuti kemauannya ketika di kantor, Sayang please, percaya sama aku, itu sama sekali bukan kemauan aku, Mah." Aku sudah mengatakan yang sebenarnya tapi tampaknya Lita sama sekali tidak mau mempercayainya."Mana ada kucing yang nolak dikasih ikan segar hah!" Lita menyindirku deng
"Zra, kamu lama amat sih keluarnya?" tanya Gavin ketika aku sudah sampai di kantor."Iya, tadi aku ke toilet tiba-tiba perut aku sakit," jawabku sambil berpura-pura memegang perutku."Tadi Pak Muktar nyariin kamu, minta laporannya cepat dikerjakan!""Kamu bilangnya aku ke mana?""Aku bilang kamu lagi ke toilet, gak enak perut! Gak mungkin kan, aku bilang kamu keluar Kantor buat cari minum, bisa abis kamu Zra.""Makasih yah, Vin. Kamu memang sahabat aku yang terbaik! Dan keren yah, kamu bisa tebak kalau aku lagi ke toilet, hahaha!""Kalau gini aja baru deh bilang sahabat terbaik! Gak tahu juga sih, aku asal ngomong padahal, hahaha ...!" ledek Gavin diakhiri dengan gelak tawa keduanya."Hehehe ...!" Aku pun meneruskan kerjaanku yang tadi aku tinggalkan.Ya sudah, pulang kerja nanti aku mau ke rumah Kak Lita, aku cemas banget. Mas Firman juga sama sekali gak hubungi aku buat kabarin keadaan Kak Lita, ada apa sih sebenarnya? Jangan-jangan ini ada sangkut pautnya sama si Maya. Aku jadi ga
"Biar saya saja yang bicara, Bu. Malam itu malam yang indah di mana saya dan Mas Firman berbagi surga dunia bersama, di tempat tidur, aaaah ... Indahnya Bu, Pak Firman bisa membuat saya melayang malam itu, saya sangat menikmati semua sentuhannya di tempat tidur, sangat menggairahkan, aaaah!!" Aku sangat jijik mendengarkan penuturan Maya, membayangkan saja aku tidak sanggup, suamiku telah menyentuh wanita lain berbagi kenikmatan duniawi di atas ranjang dengan Maya. Ya Tuhaaan ... sanggupkah aku meneruskan ketegaran hati ini, padahal aku sudah tak sanggup menerima kenyataan ini, suami yang aku gadang-gadang sebagai suami paling setia ternyata bermain di belakangku bersama babysitter sekaligus sekretaris suamiku."Apa bener itu Pah?" tanyaku dengan nada sendu."Maafkan aku, Mah. Tapi sumpah aku gak sadar, aku lagi mabuk saat itu," Sekarang Mas Firman sudah mengakuinya, runtuh sudah pertahanan yang sudah aku jaga agar tetap berdiri tegak, hatiku luntuh lantah."Mabuk? Sejak kapan kamu ma