Bantu vote ya say. Makasih. Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu.
Talak bab 95"Mbak Rani!" Rani mendesah kesal karena pangilan itu. Lagi-lagi Della berulah, dia sudah sangat muak dengan wanita ini."Mau apa lagi Della? Tidak ada puas-puasnya kau menggangguku. Sekarang mau apa lagi?" Rani membanting pintu mobilnya. Entah darimana mantan adik iparnya ini, mengetahui tempat kuliahnya."Ampuni aku, Mbak. Kami sudah tak punya apa-apa lagi. Tolong jangan masukkan aku ke penjara, seperti kau memasukkan Mas Hendra. Meski kita tak lagi menjadi saudara ipar, tolong kasihani aku dan anakku. Kau sudah menjadi istri orang kaya, Mbak. Jangan terlalu kejam pada kami, Rara meninggal sudah takdir bukan salah kami. Kami hanya orang miskin tak bisa melawan orang kaya sepertimu." Rani mengerutkan keningnya, karena tak mengerti sama sekali, dengan apa yang Della katakan. Namun wajahnya mengeras dan rahangnya mengatup rapat, setelah menyadari apa yang telah terjadi. Entah darimana, orang-orang telah mengerumuni tempat ini.Lengkap dengan kamera dan siaran langsung. Waj
Talak bab 96Rani menarik napas lalu menundukkan kepala. Dia sudah menduga ini akan terjadi, tadi di Kampus semua orang menatapnya. Walau tak bersuara, tapi tatapan mereka sudah menjelaskan, betapa hina dan menjijikan dirinya. Kini, di kafe ini kembali, dia mendapat tatapan yang sama. Begitu suci dan terhormat kah mereka, sehingga menghakimi orang lain, yang belum tentu bersalah. Kembali Rani menarik napas, saat memangil pelayan, tapi tak ada yang mau datang. "Tutup saja kafe ini. Jika tak mau melayani pembeli, panggil Marco, aku akan membeli tempat ini dan menutupnya!"Rani melompat dari tempat duduknya. saat mendengar, suara Sean yang menggelegar. Dia terpaku saat mengetahui kalau kafe yang dia datangi milik ...Marco. "Sayang, tenang, tarik napas lalu hembuskan." Rani mengelus dada suaminya, agar pria itu tenang. Jika dia terus berteriak, melampiaskan emosinya yang rugi jelas Marco. "Apa yang kalian lakukan? Jika tak mau kerja. Silakan keluar!" Kali ini terdengar teriakan Marco.
Talak bab 97Sean menarik napas. Saat menatap pintu kamar, yang masih tertutup rapat. Sejak semalam, Rani benar-benar tidak mengijinkannya masuk, dia bahkan tak peduli meski Sean tidur di depan pintu.Hanya saja tadi pagi dia terbangun dengan selimut di tubuhnya. Sang istri ternyata membuka pintu, hanya untuk menyelimutinya. Sekarang juga tak mau keluar, meski sudah dia ketuk sejak tadi pagi. "Ngapain bengong di sini?" tanya Rani dari belakang suaminya. Sean yang tak sadar Rani berada di belakangnya menjawab dengan lirih. "Istriku marah, dia tak mau menemui aku. Dia bahkan tak mau tidur denganku lagi," jawab Sean lebih lirih.Namun tak lama dia tersentak lalu berbalik. Dia terbelalak saat melihat istrinya, menatap bingung dengan tangan memegang handuk kecil, untuk mengelap keringatnya. "Aku sudah keluar sejak tadi pagi. Kau saja yang tidur seperti orang mati, sudah selesai mandi kan? Sana ganti baju dan pergi kerja." Sean ingin berteriak tapi takut. Sang istri telah membuatnya kesal,
Talak bab 98"Kalian sudah gila." Astaga, menatap tajam. Dua pria yang beberapa bulan ini, menjadi musuh karena mencintainya. Sekarang lihatlah, mereka terlihat santai. Sean memegang dokumen Marco, sedangkan pria itu melipat selembar cek dari suaminya."Aku sampai berlari datang kemari. Membolos kuliah karena kalian, tapi lihat wajah kalian berdua. Sekarang coba pikirkan, bagaimana dengan pekerja kafe itu?" Rani melipat tangan di depan dada, lalu menatap Marco dan Sean."Bukan urusan kita, Sayang. Itu sudah menjadi tugas Marco, dia bisa membayar gaji dan sedikit pesangon. Kalau tak mau, usir saja semuanya. Bukankah mereka yang membuat Marco. Harus kehilangan kafenya, yang sudah ramai pengunjung." Rani mengepalkan tangannya, ingin rasanya memukul kepala Sean, tapi dia suami tercintanya. "Kalau bicara bisa gak, jangan terlalu kejam." Rani meraih bibir Sean, lalu memencetnya jadi mengerucut. "Cium sekalian, Sayang."Rani mencebik lalu keluar membawa Marco. Tentu saja Sean tak terima, dia
Talak bab 99"Keluar!!" pekik Rani di depan wajah suaminya. Wendi merangkak dengan wajah memar, pria itu tak mau terjadi sesuatu, pada kandungan Rani. Apalagi saat ini Rani sedang emosi."Tidak, Kak Rani lihat aku. Iya begitu, sekarang tarik napas, bagus sekali lagi." Wendi memegang tangan Rani, agar wanita Itu tenang. Tadi Sean melayangkan tinjunya, ke wajah Wendi, pria itu terkejut saat Rani mencoba melindunginya. Di detik terakhir, dia berhasil merubah posisi, menarik Rani ke belakang tubuhnya. Sialnya, itu membuat Sean murka. Dia menarik kerah baju Wendi, lalu menghajarnya habis-habisan. Sean tak memperdulikan teriakan Rani, hanya Wendi yang ketakutan, saat melihat Rani berlutut memegangi perutnya. "Ya Allah, Kak!" Sean memejamkan mata, setelah mendengar teriakan Wendi. Pria itu terpaku, saat melihat Wendi memegang tangan Rani, dan menenangkannya. "Sean, kau salah paham. Aku dan Kak Rani tak punya hubungan, seperti yang kau pikirkan. Aku menganggapnya saudara, karena kami sama-
Talak bab 100Wendi dan Marco memasang wajah bodoh. Saat menatap pasangan suami-istri, di depan mereka. Tadi saat makan, Rani menyuapi suaminya, alasannya pria itu tak bisa makan sendiri. Karena tangannya terluka setelah menghajar Wendi.Setelah mendapatkan pertunjukan romantisme. Kini mereka di tunjukkan lagi, adegan pertengkaran, ala pasangan suami-istri. "Apa semua pasangan suami-istri, akan bertingkah seperti ini?" tanya Wendi.Marco yang mendengar segera mengelengkan kepala. Dia juga tidak mengerti sama sekali. "Tidakkah ini terlihat menjijikan, Wen? Coba lihat wajah suaminya. Terlihat seperti orang idiot, tersenyum saat di marahi. Tidakkah terlihat aneh menurutmu?" Wendi ganti mengangguk. Sedangkan dua orang di depan mereka, seolah tak merasa terganggu, dengan argumen mereka berdua. Rani masih mengomel panjang, tapi tangannya sibuk membalut, tangan Sean yang terluka. Pria itu tadi menolak. Saat perawat berniat membantu, mengobati dan membalut lukanya. "Biarkan saja. Untuk apa p
Talak bab 101'Sayang, jika kelak aku tak ada. Kau harus tetap hidup dengan baik, lupakan aku, dan jalani hidupmu bersama wanita lain.'Sean menarik napas panjang. Teringat ucapan istrinya tadi, entah kenapa dia merasa, kalau wanita yang dia cintai itu, seperti meninggalkan sebuah pesan. "Sayang, coba lihat. Aku berhasil membuat black forest. Rasanya juga enak, hanya sedikit pahit. Gak apa, aku akan terus belajar sampai berhasil. Saat ulang tahunmu nanti, pasti aku bisa membuatkannya untukmu, dengan rasa yang pas dan tidak pahit lagi." Rani berkata sambil menyuapkan sepotong kue, ke mulut suaminya. Sean tersenyum, setelah merasakan kue buatan istrinya. Saat ini dia semakin berdebar, melihat senyum di wajah Rani. Debar yang tidak dia mengerti, hanya terasa sedikit ketakutan. "Aku rasa kebanyakan coklat atau pewarna coklatnya, Sayang. Coba kurangi komposisi cokelatnya, atau ganti merk coklatnya." Mendengar saran suaminya. Rani menganggukkan kepala, dia akan melakukan seperti yang Sea
Talak bab 102"Mimpi apa aku, punya Abang ipar sepertimu, Mik. Benar ini pasti mimpi, begitu bangun semua akan baik-baik saja." Sean mengusap wajahnya. Sedangkan Miko, terlihat jauh lebih frustasi lagi. "Kau pikir aku mau menjadi iparmu. Ampun, bisa-bisanya. Aku punya adik ketemu gede, kalau Kak Shima Tau. Entah apa yang akan dia katakan. 'Aku suruh cari istri, Miko. Bukan cari adik perempuan.' Miko mengelengkan kepala. Setelah membayangkan. Apa yang akan di katakan, oleh kakak perempuannya. "Aku juga berharap ini cuma mimpi. Begitu bangun, mimpi buruk ini akan berakhir," ujar Miko lirih."Kalian keterlaluan, kalau tak suka kita batalkan saja. Aku juga tak mau, punya kakak laki-laki. Apalagi punya suami sepertimu!" pekik Rani di depan wajah Sean dan Miko.Melihat Rani merajuk, kedua pria itu berlari mengejar. "Bukan begitu, Sayang. Aku dan Miko hanya belum siap, jika harus menjadi saudara ipar, iya kan Miko?" Sean bertanya, sambil menyikut sahabatnya. "Iya, memang begitu." Miko menj