Share

Egoisnya Bara

Tadi malam. Setelah selesai melaksanakan ritual mandinya, Bara keluar dari dalam kamar mandi dengan hanya menggunakan kimono mandi saja.

Dia terlihat mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Diana, dia merasa kesal saat tidak melihat keberadaan wanita yang baru saja dia buka segelnya itu.

Padahal, dia hanya menggertak Diana saja dengan mengatakan perempuan itu harus pergi saat ini juga. Menurutnya kata talak yang sudah dia katakan tadi hanya karena emosi semata, seharusnya Diana tidak menganggap dirinya dengan serius.

Seharusnya Diana merayu dirinya agar Bara mau tetap melanjutkan pernikahannya, tetapi jika untuk memiliki anak dari Diana, dia tetap tidak akan mau.

Dia sudah memiliki 5 orang anak, rasanya tidak mungkin lagi untuk dirirnya menambah anak lagi. Karena memang rencana awal Bara untuk menikah lagi adalah untuk mencari ibu untuk anak-anaknya, bukan untuk memproduksi anak lagi.

"Ke mana perginya wanita sialan itu? Kenapa dia berani sekali pergi dari sini? Kenapa kopernya pun tidak ada?" gerutu Bara seraya melemparkan barang-barang yang ada di sana.

Bara terlihat begitu marah, dengan cepat dia memakai bajunya dan berniat untuk mencari Diana. Saat tiba di lobi hotel, dia pun bertanya kepada security yang ada di sana.

"Maaf, Pak. Apakah anda melihat istri saya?" tanya Bara dengan sopan.

Security yang sedang berjaga terlihat memindai penampilan Bara, dia tersenyum lalu teringat akan Diana yang baru saja pergi.

"Anda pengantin pria dari nona--"

"Diana, yang tadi siang nikah di ballroom hotel," jawab Bara dengan cepat.

"Oh, sudah saya duga. Nyonya Diana sudah pulang ke kediaman ayahnya," jelas security.

Dia bisa mengatakan hal itu, karena security tersebut mendengar sendiri ketika Diana meminta pak sopir untuk mengatakan dirinya ke kediaman ayahnya.

"Oh, terima kasih," jawab Bara seraya mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

Darah Bara benar-benar mendidih, dia benar-benar kesal karena Diana tidak berusaha sekali untuk memperbaiki hubungannya dengan dirinya.

Diana malah meninggalkan dirinya, Bara sangat marah dan hal itu membuat Bara ingin memukul Diana sampai wajah wanita itu tidak berbentuk.

"Lihat saja, Diana. Untuk malam ini aku akan memberikan ketenangan untukmu, tapi besok pagi kamu tidak akan merasakan ketenangan lagi!" ucap Bara dengan seringai di bibirnya.

Keesokan pagi harinya, setelah Bara terbangun dari tidurnya, dengan cepat dia membersihkan diri dan segera meminta sopirnya untuk mengatakan dirinya ke kediaman Bagas.

"Kamu harus ikut pulang denganku, Diana. Harus, aku tidak boleh pulang sebelum bisa membawa kamu pulang. Mom pasti akan marah," ucap Bara dengan tatapan kesalnya.

Saat tiba di kediaman Bagas, Bara merasa kesal karena Diana ternyata tidak mau ikut pulang dengan dirinya.

Padahal, dia merasa jika dirinya masih berstatus sebagai suami dari Diana. Tanpa Bara sadari, jika seorang pria sudah menjatuhkan talak, maka gugur pula pernikahan mereka secara agama. Walaupun pada kenyataannya pernikahan mereka masih tercatat dia negara

"Aku tidak mau pulang, Mas. Kamu sudah menjatuhkan talak tiga kepadaku, bahkan jika kita menikah lagi pun pernikahan kita tidak akan sah. Karena kamu sudah menjatuhkan talak tiga," ucap Diana.

Bara terlihat begitu kesal mendengar apa yang dikatakan oleh Diana, tetapi dia masih berusaha untuk menahan amarahnya. Bara terlihat menghela napas berat, kemudian dia pun kembali berkata.

"Pulanglah Diana, Sayang. Maafkan aku, anak-anak membutuhkan kamu, aku juga sangat membutuhkanmu. Kumohon pulanglah," pinta Bara dengan mengiba.

Sayangnya kata-kata yang Bara lontarkan benar-benar membuat hatinya sakit, karena tetap saja Bara hanya memedulikan dirinya dan anak-anaknya saja. Bara tidak memedulikan perasaan dari Diana sendiri.

"Maaf, Mas. Tidak bisa, karena jikalau seorang lelaki sudah menjatuhkan talak dengan talak tiga, maka kamu tidak bisa menikahi aku lagi. Ada syarat yang harus dilakukan sebelum kamu menikahi aku kembali," jelas Diana.

Bara terlihat tertarik dan apa yang Diana karatan, karena dengan seperti itu dia bisa menikahi kembali Diana, pikirnya.

"Apa itu? Syarat apa yang harus aku lalui?" tanya Bara.

Diana menghela napas panjang lalu mengeluarkannya dengan perlahan, Diana baru tahu jika Bara seperti memiliki dua kepribadian.

Bara bisa menjadi lelaki yang lemah lembut dan juga penyayang, tetapi Bara juga hisa berubah menjadi lelaki yang menurutnya sangat mengerikan.

"Aku harus menikah dengan pria lain terlebih dahulu, setelah aku bercerai dengannya, baru kamu bisa menikahiku lagi. Tapi, maaf. Walaupun seperti itu, aku tidak ingin menikah denganmu kembali," ucap Diana.

Diana memang mencintai Bara dengan begitu tulus, tetapi dia tidak mau jika hanya dijadikan sebagai pemuas napsu Bara saja.

Dia juga tidak mau jika hanya dijadikan pengasuh buat anak-anaknya, dia wanita normal. Dia ingin dicintai, ingin melahirkan putra dan putrinya sendiri, bukan hanya sekedar menikah seperti yang Bara inginkan.

"Kamu tidak usah belagu, Diana. Kalau memang kamu harus menikah terlebih dahulu, apa salahnya kamu menikah dengan mang Udin, sopir aku. Setelah itu, kamu bercerai dengan mang Udin dan langsung kembali menikah denganku. Bereskan?" ucap Bara dengan enteng.

Diana dan juga Bagas terlihat menggelengkan kepalanya mendengar apa yang dikatakan oleh Bara, menurut mereka Bara benar-benar keterlaluan.

Sepertinya apa yang ada di dalam pikiran Bara itu benar-benar tidak bisa diduga, semuanya dianggap enteng, diremehkan dan tidak dipikirkan terlebih dahulu.

"Maaf, Mas. Aku benar-benar tidak bisa kembali padamu, tolong urus surat perceraian kita. Aku mohon lepaskan aku," pinta Diana.

Diana sudah tidak ingin kembali lagi kepada Bara, pria itu sangat mengerikan baginya. Dia tidak ingin tinggal satu rumah dengan pria itu.

Bara tertawa terbahak-bahak mendengar permintaan dari wanita yang sudah dia jatuhkan talak tadi malam itu, kemudian dia menghampiri Diana dan menepuk-nepuk pipi Diana.

"Baiklah, Diana. Pilihannya hanya 2, kamu pulang bersama aku atau kamu berpisah denganku? Tapi, satu hal yang harus kamu ingat. Hidup kamu tidak akan pernah tenang, karena aku akan menjadi penggangu di dalam hidupmu."

Bara mengatakan hal itu seraya menatap Diana dengan tatapan penuh ancaman, Bara benar-benar tidak rela jika harus kehilangan Diana.

Dia sudah benar-benar merasa cocok dengan wanita itu, dia merasa jika putra-putrinya juga begitu dekat dengan Diana. Rasanya melepaskan Diana begitu saja adalah hal yang sangat sulit, baginya.

"Terserah apa yang kamu mau katakan, Mas. Yang pasti aku tidak ingin kembali padamu," putus Diana.

Mata Bara terlihat memerah karena amarah, rahangnya terlihat mengeras dengan kedua telapak tangannya yang terlihat mengepal dengan sempurna.

Dia merasa kesal dengan setiap kata yang terlontar dari mulut Diana, menurutnya Diana terlalu berani menantang dirinya. Bara akan pastikan jika Diana akan mendapatkan ganjaran yang setimpal, karena wanita itu sudah berani melawan dirinya.

"Baiklah, jika itu yang kamu inginkan. Aku akan mengabulkannya, bersiaplah untuk menikmati kesengsaraan yang sebentar lagi akan datang!"

Setelah mengatakan hal itu, Bara terlihat keluar dari rumah Bagas. Dia bahkan terlihat membanting pintu dengan begitu keras, karena dia kesal tidak bisa membawa Diana pulang.

Setelah kepergian Bara, Diana langsung memeluk ayahnya dengan tubuh yang bergetar hebat. Dia merasa takut dengan ancaman dari mantan suaminya itu.

Bagas yang menyadari ketakutan dari putrinya langsung mengelus lembut punggung putrinya tersebut, dia berusaha untuk menenangkan hati putrinya.

"Jangan terlalu dipikirkan, ada Bapak yang akan melindungi kamu. Semoga saja Tuhan selalu memberikan keselamatan kepada kita, semoga saja Tuhan menjauhkan segala macam hal buruk yang akan datang."

Diana tidak bisa menimpali ucapan dari Bagas, dia hanya bisa terdiam seraya memeluk erat ayahnya tersebut.

Dia benar-benar tidak habis pikir karena Bara bisa bersikap jahat seperti ini, padahal dia selalu melihat sosok Bara yang lembut dan juga pengertian. Bahkan, Bara cenderung perhatian. Dia tidak pernah bersikap dan berkata kasar seperti sekarang ini.

"Kenapa semua ini bisa terjadi kepadaku, Pak?" tanya Diana.

Dia benar-benar takut jika Bara akan melakukan hal yang tidak-tidak, hal yang akan membuat dirinya dan juga ayahnya sengsara.

"Mungkin ini adalah ujian buat kita," jawab Bagas.

Bagas dan Diana terlihat saling memeluk dan saling menguatkan, mereka juga sedang berpikir bagaimana caranya untuk menghindari ancaman dari Bara.

Berbeda dengan Bara, setelah keluar dari rumah Bagas, dia langsung masuk ke dalam mobilnya dan membanting pintu mobil itu dengan begitu kencang.

Pak sopir yang berada di dalam mobil bahkan terlihat kaget dengan apa yang dilakukan oleh Bara, dia tidak menyangka jika tuannya akan berlaku kasar seperti itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status