PLAK!!!
Sebuah tamparan keras mendarat dengan mulus di wajah flawless Sabrina. Dangelo terkejut dengan sikap wanita blonde-nya itu dan langsung menarik tangannya.
"Apa yang kau lakukan, Amber? Kenapa kau menampar Sabrina tanpa alasan yang jelas?" Dangelo menaikkan volume suaranya.
"Tanpa alasan yang jelas!?" Amber lalu menunjuk wajah Sabrina yang memerah menahan panas akibat tamparan kerasnya. "Jalang ini! Kenapa bisa dia ada di sini? Dan kenapa kau tiba-tiba memerlukan sekretaris pribadi!? Apa aku tak cukup, Dangelo?"
Sabrina menahan emosinya sembari melirik ke arah Amber dengan tatapan tajam dan tangan sebelah mengepal kencang.
"Kenapa kau melihatku begitu? Apa kau marah, hah? Apa kau tak terima dengan tamparanku? Apakah sebegitu sakitnya tamparanku?" tanya Amber mulai melangkah menghampiri Sabrina.
Sabrina hanya tertunduk, menahan emosinya dan menelan saliva-nya dalam. Seakan ingin balik menampar wanita yang berdiri dengan ang
"Apakah dari awal kau sudah menginginkan Blue House, Kael?" tanya Adley penasaran. "Jika kujawab ya, bagaimana menurutmu?" 'Dia bukan seperti Kael yang aku kenal sebelumnya.' Adley bergumam sembari menatap pria yang akan menjadi laki-laki dewasa di depannya itu. "Kenapa diam?" tanya Kael. "Kurasa saat ini kau tak tepat berkata begitu. Lagipula, Blue House sudah ada di tanganmu. Dan sekarang Cleon, kakakmu sedang terbaring di rumah sakit. Apa kau masih bisa berdiri dengan mendongakkan kepalamu?" "Cleon, dia ...." Kael lagi-lagi tak meneruskan ucapannya. "Kael, jika kau ingin bicara, bicara saja! Jangan selalu menggantungkan kata-kata!" kesal Adley. "Ada hal yang harus aku urus. Tolong jaga kakakku." Kael segera meninggalkan kamar Cleon seraya melirik sedikit ke arah sang kakak. Sementara Adley hanya termangu melihat sikap duo Graciano bersaudara yang layaknya bukan seperti kakak-adik. Setelah Kael pergi, Adle
Blue House Club Kael yang saat ini menjadi pemimpin sekaligus pemilik Blue House tengah berada di ruangan yang dulu milik sang kakak. Netra biru lautnya menyeloroh setiap bagian ruangan yang belum berubah sama sekali. Gelas-gelas wine serta beberapa minuman alkohol maaih terpampang di etalase kaca dan kulkas mini ruangan itu. Dengan setelan tuksedo lengkap, Kael merapikan kembali penampilannya dan melihat dirinya di sebuah cermin yang berujuran sedang sambil berkata, "Aku tak ingin selalu berada di bawah bayang-bayangmu. Kini aku memiliki apa yang aku inginkan dan tak akan kulepaskan, meskipun nyawa taruhannya!" Tok ... tok ... tok ... "Masuk!" "Tuan, semua persiapan telah selesai." Salah satu pegawai Blue House menghadap Kael. "Hnn. Panggil Maddy ke sini." "Baik." Tak lama kemudian, seorang wanita cantik dengan berbusana mini warna gold dengan renda serta anting besar dan rambut ditata menyamping datang menemui K
Sabrina langsung melumat bibir Kael di depan banyak orang! Kael yang sangat terkejut dengan wanita yang tak dikenalnya itu langsung mendorong dengan kasar hingga terjatuh. Entah dari mana sekelompok paparazi tiba-tiba datang dan mengambil foto Kael ketika mendorong tubuh Sabrina hingga terjatuh. "Dari mana sampah paparazi itu datang, hah!?" bentak Kael pada pegawainya. "B--baik, Tuan. Akan segera kami bereskan!" Para petugas keamanan Blue House langsung mengambil kamera paparazi itu dan mengusir mereka dari Blue House. Sontak, acara yang seharusnya menjadi malam yang menyenangkan bagi Kael harus berubah menjadi bencana tatkala ia menerima 'sesuatu' di luar dugaannya. "Paparazi itu ...," Amber melirik Dangelo. Dangelo hanya tersenyum sinis dan membalikkan tubuhnya meninggalkan Blue House. Amber yang melihat bagaimana Sabrina diperlakukan oleh Kael tersenyum puas dan tak lama mengikuti Dangelo keluar Blue House. "Siapa kau!?" tanya Kael
"Jadi, kapan kau akan membuka jalur sutera di Blue House, Sayang?" tanya Amber seraya menyandarkan kepalanya di bahu datar Dangelo. "Sabar, Sayang. Kita nikmati saja dulu suasana tenang ini. Aku ingin lihat kelinci yang telah kita beri makan, apakah akan bisa menjerat para kelinci jantan di luar sana." "Lalu Sabrina?" "Kenapa Sabrina?" tanya balik Dangelo. "Apa yang kai inginkan darinya? Kenapa dia harus ada bersama kita? Dan lagi, kenapa kau menerimanya sebagai sekretaris pribadimu? Bukankah aku cukup untuk menemani dan memuaskanmu!?" Amber spontan mengangkat kepalanya dari bahu Dangelo dan menatap tajam lelaki di sebelahnya "Kau ... cemburu?" pancing Dangelo. "Tentu saja aku cemburu! Lagipula ada sesuatu yang tak aku senangi dari dirinya!" sinis Amber melihat sang kekasih. "Haha, Sayang, you're just being jealous. Apa kau pikir aku benar-benar menyukainya? Bukankah sudah kukatakan berulang kali dia hanya ump
"Lyn, bagaimana? Apa Adley menghubungimu?" tanya Ignacio / Iggy sedikit menaikkan volume suaranya dari ruangannya. "Belum, Pak. Adley sama sekali belum mengabarkan apa pun," jawab Lyn lugas. "Kabari aku segera jika dia telah menghubungimu!" "Baik, Pak." Segera, Lyn berdiri dari kursinya dan mencari tempat yang aman untuk menghubungi Adley. Dengan was-was dan suara pelan, Lyn mencoba menghubungi Adley namun tak ada jawaban. "Adley ... Adley, ke mana dirimu--" Berulang kali menghubungi, berulang kali pula tak ada jawaban. Lyn kemudian memeriksa berita mengenai Adley yang pernah menjadi viral di media online, "Aneh! Kenapa tiba-tiba beritanya hilang?" gumam Lyn sambil membuka beberapa situs berita terkenal dan mencari berita tentang Adley. "Benar-benar aneh! Semua berita tentang Adley hilang! Siapa yang memiliki kuasa begitu besar hingga mampu menghapus berita tentang Adley hanya dalam waktu singkat?" pikir Lyn. Drrt
"Aku ingin menawarkan proyek yang sangat menjanjikan pada Anda, Tuan Kael." Seringai tersungging di wajah Delano saat meyakinkan Kael. "Proyek apa yang Anda maksud?" tanya Kael dengan ekspresi datar. "Blue House akan menjadi lebih dan lebih besar jika Anda bisa mempekerjakan beberapa orang dengan latar belakang serta budaya yang berbeda." "Aku sudah memilikinya!" dingin Kael menanggapi ucapan Dangelo. "Hahaha, Tuan Kael ... Anda tak perlu kaku seperti ini. Kudengar, CEO sebelumnya lebih terbuka dan mudah menerima masukan dari orang lain. Kenapa Anda ..." "Jangan samakan aku dan CEO terdahulu! Masing-masing dari kami memiliki konsep, misi, visi yang berbeda ...," "Namun tujuan yang sama, keuntungan!" Potong Dangelo tiba-tiba. Amber dan Sabrina tampak salimg pandang dengan sinis satu sama lain, "Tuan Kael, tenanglah. Maksud Tian Dangelo adalah jika kita bisa melakukan inovasi terbaru, bukan tak mungkin Blue House akan leb
"Aku sejak awal telah sadar sepenuhnya dan bahkan tahu apa yang kalian lakukan." Adley langsung memutar balik tubuhnya dan membelalakkan matanya. Netra biru lautnya melihat tubuh terbaring itu dengan tajam dan menyipit. Adley langsung berjalan mendekati Cleon sambil menahan amarah karena ucapan yang ia katakan seolah tiada bersalah. "Apa yang Anda katakan baru saja, Tuan Cleon? Anda bilang Anda sudah sadar sepenuhnya? Sejak kapan?" tanya Adley dengan suara setengah kesal. "Sejak awal." Sahut Cleon kali ini ia memiringkan kepalanya, melihat ke arah Adley. "Jika Anda sadar sejak awal, kenapa Anda tak langsung bangun dan keluar dari tempat ini?" Adley mengepalkan tangannya kencang. "Sengaja." "Apa?" "Aku sengaja melakukannya. Aku juga tahu jika banteng tua Delano datang ke sini dan bicara padamu." "Kau--!!" Adley semakin lama semakin tak bisa menahan emosinya. Dia langsung keluar kamar Cleon dan pergi menuju pintu keluar r
"Selamat datang di Blue 'brothel' House." "MADDY!" hardik Kael dengan suaranya yang tinggi dan membuat pegawai di Blue House mengedikkan bahu mereka. Maddy menghentikan ucapannya di depan Daria dan keempat wanita cantik anak buah Dangelo. Kael yang kesal akhirnya menarik tangan Maddy kasar dan membawanya ke ruangannya. "Ah!!" seru Maddy saat dirinya didorong kasar oleh Kael ke sofa merah pekat hingga tubuhnya sedikit mengenai pinggiran sofa tersebut. Kael tiba-tiba telah berada di atas tubuh Maddy, menyamarkan bayangannya di bawah lampu yang terang dan mengapit salah satu tangannya ke wajah wanita cantik nan seksi itu. "Hah, apa Anda terangsang melihatku marah, Tuan Kael?" tanya Maddy dengan suara menggoda dan tangan memegang jas biru dongker yang dikenakan Kael. Kael bergeming, hanya menatap Maddy datar dan tajam, tiba-tiba .... CUP .... Sebuah kecupan mendarat di bibir Maddy. Kecupan yang tak dalam, hanya sebatas bibi